2. Pertemuan pertama.

5.1K 658 22
                                    

Penyesalan itu memang selalu datang belakangan. Begitulah sekiranya apa yang saat ini Haruto alami, tadi itu Mashiho sudah dengan amat baik hati mau menampung dan mengantar dirinya pulang tapi katanya Haruto akan menyusul belakangan, lantaran ada benda yang harus ia ambil di kolong meja di dalam kelas. Begitulah alasan mengapa saat ini ia duduk dengan mata malas dan segala macam pisuhan yang hanya tersua di dalam hatinya.

Melihat keluar kelas dimana saat ini hujan sedang dengan erat memeluk bumi, sekali dua kali petir ikut hadir bersambut gemuruh dan tidak jarang membuat Haruto harus menutup erat telinganya begitu kilat cahaya seolah datang membelah langit senja.

Hela nafas berat terlepas begitu saja, ketika dalam benak memperkirakan bahwa hujan tidak akan reda dalam waktu dekat, Haruto memilih untuk membuka buku di atas mejanya, memindai helai demi helai dengan bibir yang sesekali menyuara kecil ujung-ujung kalimat yang ia baca.

Tidak sampai beberapa waktu berlalu panjang, sebuah suara tidak asing mengalih perhatiannya. Suara yang di hasilkan dari hantaman bola basket pada lantai lapangan, dan satu-satunya lapangan terdekat dari kelasnya saat ini adalah lapangan outdoor di samping kelas.

Suara yang nyatanya tidak kunjung berhenti itu lantas membuat Haruto nyaris menyatukan kedua alisnya, "orang bego mana yang main basket sambil hujan-hujanan?" menyuara tanya pada ruang kosong, Haruto segera memasukan buku yang tadi ia baca ke dalam tas, lantas pergi ke luar kelas menuju lapangan.

Langkah lebar Haruto harus terhenti begitu ia melihat dari selasar, seseorang sedang bermain basket di bawah guyuran hujan yang bisa di bilang deras. Cukup deras untuk membuat tubuh orang itu tercetak jelas dari balik sehelai baju kaos hitam yang dia kenakan.

Haruto masih berdiri diam di tempatnya, memandang lamat pemuda di dalam lapangan yang asik berlari kesana kemari dengan bola basket yang sesekali ia lempar keras-keras ke arah ring dan memantul kembali ke arahnya.

Angin dingin menyadarkan Haruto dari acara khidmatnya memperhatikan orang yang sedang bermain basket di bawah hujan sana. Begitu pula suara khas dari dering ponselnya, ia mendapat sebuat panggilan dari Doyoung.

"Hallo, kenapa?" begitu tanyanya setelah menerima panggilan; dengan nada agak tinggi mengingat suara hujan cukup meredam suaranya.

"Ru, jangan bilang lo terjebak di sekolah?" tanya Doyoung, Haruto tetap mengangguk meski temannya itu tidak melihat.

"Kan udah di bilangin, tadi tuh mending balik aja karena udah mendung banget."

Haruto diam. Dia tidak membalas ucapan Doyoung, sebab begitu ia niat membuka mulut, seseorang di dalam lapangan sana berdiri dengan jarak cukup jauh darinya, namun memberi atensi penuh pada persensi Haruto yang kini berdiri mematung dengan tangan memegang ponsel di telinga.

"Haruto? lo kenapa, kok diem? lo gabut ya? .. lo kepikiran gak sih Ru, sama apa yang gue bilang tentang gimana rasanya jatuh cinta?"

Haruto masih tetap diam. Sebab mau berbicara entah bagaimana rasanya yang bisa ia lakukan hanya membalas tatapan dari anak laki-laki yang memegang erat bola basket di tengah lapangan sana.

"Kalau lo ngerasa asing sama cinta, bakal jadi dua kali lipat lebih sulit kalau nanti lo ketemu sama orang yang bikin lo jatuh cinta."

Haruto menahan napasnya, lantaran mendengarkan ucapan Doyoung, begitupula dengan mata yang masih mengamati setiap langkah yang pelan-pelan mengikis jarak di antara dirinya dengan si anak laki-laki yang kini berjalan mendekat ke arahnya tanpa memutus tautan mata mereka.

"Satu lagi, jatuh cinta itu ketika mata lo gak bisa berhenti menatap satu orang, ketika jantung lo berdetak kencang karena satu orang, dan ketika lo kehilangan kemampuan buat bicara karena satu orang yang-"

"Cukup, Doyoung, stop." Haruto lantas memegangi bagian dadanya, meremat seragam basketnya kuat-kuat begitu yang dia rasakan adalah detak riuh yang asing dan tidak ramah.

"Haruto!" suara itu menggema di pendengarannya, membuat ia lebih jauh merasa aneh dengan detak jantung dan isi kepalanya yang mendadak rancu.

tbc.

Walk You Home [JeongHaru]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang