8. Ayo bicara.

3.1K 486 12
                                    

Haruto duduk berdua dengan Doyoung di sudut kantin yang ramai, dari sana saat ini mereka tengah memandangi satu meja yang di isi lima orang, salah satunya adalah Jeongwoo.

"Terus lo balas apalagi setelah itu?" pertanyaan Doyoung membuat Haruto urung menyuap makanannya, demi membalas tatapan penasaran sang kawan.

"Ga ada. Gue gatau mau balas apa (?)" jawabnya santai.

Sok santai, padahal dalam hati overthinking karena mau tidak mau harus memikirkan kenapa tiba-tiba saja seorang Jeongwoo ingin mengobrol dengannya?

"Ya lo tau sendiri, gimana si Jeongwoo." katanya lagi.

Doyoung menoleh, "Mang napa sih? dia manusia biasa, dia juga sama kaya kita," katanya.

Haruto merasa telah salah bicara, maksudnya bukan begitu, "gue gak bilang dia bukan manusia biasa kan? tapi seluruh sekolah udah tau predikat dia selama masuk sini kayak gimana."

Doyoung mendengus kecil, "terus maksudnya itu bikin lo gak mau ada interaksi sama dia gitu? lo memilih-milih berdasarkan bagaimana orang itu biar bisa bercengkrama sama lo?"

Haruto langsung kehilangan selera makan ketika mendengar persepsi Doyoung mengenai perkataannya.

"Gak gitu Doy, ah lo mah negative thinking terus sama gue!" dan memilih untuk memberi tatapan kecewa pada Doyoung yang membalas dengan gedikan bahu.

"Ya berdasarkan apa yang bisa gue tangkap dari kata-kata lo tadi tentang gimana seorang Jeongwoo di mata seluruh penghuni sekolah, kesannya lo seolah membangun jarak sama dia. Lo gak mau terlibat dalam hubungan lebih jauh dari sekedar 'balikin pulpen' sama dia."

Haruto diam-diam menyimak, sembari memandangi beberapa anak perempuan yang kemudian ia lihat mengambil posisi duduk di meja yang sama dengan Jeongwoo dan kawan-kawannya.

"Jeongwoo emang bukan anak baik, bisa di bilang anak badung tapi begitupun anak-anak sekolah tetep mau tuh berteman sama dia, bahkan menurut analisa gue banyak yang naksir sama dia." Jelas Doyoung dengan argumennya, membuat Haruto kemudian mengigiti sedotan dari minumannya.

Doyoung yang merasa ucapannya tidak bersambut pun menghela napas lantas menenggak minumannya hingga tandas.

"Au deh, cape gue ngomong sama lo."

"Tampang doang ganteng udah kayak playboy ternyata jiwanya anak tk, polos banget, heran!" setelah memberi beberapa kata penuh kasih sayang, Doyoung berdiri dan berlalu.

Haruto meringis setelah Doyoung meninggalkannya, "kok jahat banget mulutnya?" gumamnya kecil di susul dengan dengusan kesal.

Begitu ketika ia berniat untuk berlari menyusul Doyoung, seseorang lebih dulu datang menghampiri mejanya.

"Haruto," sekonyong-konyong meraih pergelangan tangannya, dan membuatnya harus membalas tatap matanya.

Sialan, jantungnya mulai lagi.

"Lo mau apa?" tanyanya setelah memberi sebuah hempasan yang membuat Jeongwoo melepas pegangannya.

"Bisa gak kita ngomong, berdua?" dan lagi, terlalu tiba-tiba Jeongwoo.

"Ng-ngomong apa? ini kita udah ngomong dari tadi.." katanya.

Bahkan rasanya suara Haruto yang biasanya berat hanya terdengar seperti cicitan kecil saat ini.

Jeongwoo sempat mengalihkan atensi sekejap, lantas kembali menatap.

"Gak disini, lo sama gue. Ada yang mau gue tanyain sama lo."

Tidak tau apa yang terjadi, tapi hanya karena menatap keseriusan yang netra Jeongwoo pancarkan, ia mengangguk dan membiarkan si Park kembali meraih pergelangan tangannya.

Membawanya ke sebuah tempat yang tidak pernah ia kunjungi di sekolah ini, gudang arsip.

tbc.

Walk You Home [JeongHaru]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang