5. Sebuah pena.

3.6K 525 22
                                    

Jadi begini; Haruto nampak seperti orang bodoh yang linglung sepanjang hari. Bahkan dia terlihat seperti seorang yang tidak tidur selama satu minggu. Maka dengan baik hati, Asahi bersama Doyoung dan Mashiho mengikut sertakan Haruto ke dalam agenda pergi menyaksikan pertandingan futsal yang di helat di gelora olahraga dan tentu saja tim dari sekolah mereka tengah bertanding.

Dan, disinilah ia saat ini. Duduk diam, di salah satu baris tribun di antara ketiga teman yang duduk mengapit dirinya.

"Sebetulnya, gue kasian liat Haruto udah kayak orang gak tidur sebulan.. Lo itu habis begadangin apa sih?" pertanyaan Asahi membuat Haruto melemaskan bahu yang semula di paksa tegak, lantas menggeleng lalu menunduk.

"Gue gak bisa tidur Sa, sumpah, udah gue coba tapi tetep gak bisa!" katanya, dengan nada frustasi.

Doyoung meringis kecil, "emang kenapa sih? lo mikirin apa? papa lo marah ya karena lo pergi latihan basket kemarin? atau karena lo pulang sore?" dan memberondongnya dengan pertanyaan.

Namun gelengan Haruto menjadi jawaban, sementara belum sempat ia memberi jawaban terakurat tentang mengapa ia tidak bisa tidur semalaman. Dua kubu dari sekolah yang berbeda telah memasuki lapangan, yang mana salah satu dari dua itu adalah perwakilan dari sekolah mereka.

"Wahh, Jaehyuk.." seru Asahi seraya menyenggol lengan Mashiho yang tengah fokus beradu pandang dengan kekasihnya, salah satu pentolan dari tim sekolah mereka, si ketua osis, Yoon Jaehyuk.

Sementara Doyoung ikut-ikut bertepuk tangan, Asahi terus menggoda Mashiho, si Haruto malah duduk terdiam.

Begitu yang di lihatnya adalah seseorang yang menjadi tersangka utama tragedi tidak bisa tidurnya. Benar, Park Jeongwoo.

"—To"

"Haruto.."

Plak!

"Aw! apasih!?" Haruto menoleh dan menatap tajam Doyoung yang telah memukul bahunya.

"S-sorry.. lagian lo di panggilin malah bengong, jadi ngeri lo bakal kesambet.." kata Doyoung, dengan wajah beraut khawatir.

"Ya gak usah mukul kan bisa.."

"Ya maaf sih, lagian lo liatin apa dah sampai bengong gitu?"

"Gak ada, cuma lewat."

"Apanya yang lewat?"

Haruto kembali menoleh pada Doyoung, sementara si Kim melempar raut tanya, Haruto menghela nafas, ia sadar dirinya sudah menjadi amat sangat tidak jelas.

"Gak tau deh ah, lupain aja!" serunya malas.

Pada akhirnya, empat pemuda tingkat dua itu memilih menikmati pertandingan yang akhirnya di menangkan oleh tim dari sekolah mereka, dengan raihan angka tertinggi atas angka terbanyak di buat oleh Jeongwoo.

Ke-empat pemuda itu lantas bergerak untuk bangkit berniat untuk pergi, namun baru saja keluar dari area tribun, suara Jaehyuk menghentikan langkah mereka. Pemuda dengan senyum manis itu datang bersama dengan Jeongwoo, Yoshinori, dan Jihoon.

Haruto memilih berdiri paling belakang, mengumpati tubuh tingginya di antara tiga orang pendek di antara dirinya yang tidak bisa menyamarkan dia dari penglihatan Jeongwoo, si pemuda bernetra tegas yang tengah menatapnya.

Sialan, bisa gila!

"Gimana gimana?" tanya Asahi ketika langkah mereka di hadang.

"Gak gimana gimana, cuma mau anterin Jeongwoo nemuin Haruto," kata Jaehyuk santai.

Jeongwoo mengangguk singkat, lantas bergerak mendekati Haruto yang malah bergerak menjauh, hal itu tidak luput dari perhatian enam pasang mata lainnya.

Jeongwoo nampak mengerutkan alis bingung, lantas bergerak mendekat lagi, tapi Haruto terus menjauh bahkan memasang gestur bersiap berlari.

Jeongwoo jadi semakin bingung, "kenapa? mau lari lagi ya?" tanyanya asal.

Haruto berkedip-kedip lamat, mencoba memikirkan jawaban yang sesuai dengan pertanyaan Jeongwoo, sementara nyatanya saat ini kepalanya sedang tidak bisa berpikir.

"A-anu.. itu.."

"Kenapa?"

"Gu-gue.."

"Gue cuma mau balikin ini." Jeongwoo menyerahkan sebuah pena, dan kemudian menatap tangannya yang melayang di udara lantaran Haruto tidak juga menerima pemberiannya.

"Ini, punya lo kan?"

"I-iya,"

"Ambil."

Dan ajaibnya, Haruto langsung meraih pena miliknya dari tangan Jeongwoo.

"Mm, Jeongwoo, mak—"

"Dah ya, gue pergi dulu."

Haruto kaget, karena Jeongwoo lantas pergi begitu saja, diikuti ketiga temannya yang lain, meninggalkan dia dengan raut tanya.

"Aduh aduh.. ada apa nih, kok di kasih pulpen?" tanya Doyoung kemudian, memecah fokus Haruto yang menatap kepergian Jeongwoo.

"Ck, apa emang!? ini pulpen gue kok, Jeongwoo balikin karena dia liat gue gak sengaja jatuhin waktu itu." kata Haruto dengan raut kesal, lalu berjalan pergi begitu saja.

Doyoung kemudian bersitatap dengan Mashiho dan Asahi secara bergantian, "dia itu.. kenapa?"

Gedikan bahu dari Mashiho dan sebuah decak malas dari Asahi menjadi balasan.

"Entahlah, kesambet kali."

tbc.

Walk You Home [JeongHaru]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang