20. Junghwan side.

2.7K 376 27
                                    

Haruto itu anak laki-laki yang baik. Ia terbentuk dari 50% kelembutan sang bunda dan 50% kebaikan ayahnya. Jadilah seorang Haruto Watanabe yang penyayang, sedikit cerewet, agak galak dan juga cengeng. Mungkin gen bunda mendominasi tumbuh kembang sifat dan pembawaannya. Meski ia tetap akan menjadi setegas ayah di ranah yang memang seharusnya.

Tapi yang namanya Haruto ini hatinya lembut sekali, sedikit saja ia melihat sesuatu yang tidak sesuai dengan kehendak perasaannya, maka ia akan menjadi pemikir sekali, kemudian bertanya-tanya mengapa ini dan itu harus terjadi sedemikian rupa hingga tak jarang harus menitikan air mata hanya karena sang maha rasa tengah tak baik-baik saja.

Begitu pula ketika ia mendapati banyak luka berhias serpihan kaca di punggung tangan Jeongwoo, perasaan seketika bergejolak, apalagi kala wajah pemuda itu nampak santai sekali, seolah tidak ada yang terjadi.

Jatuhlah air matanya, ketika dengan tak berekspresi Jeongwoo bilang, "biarin aja, nanti juga kering sendiri kena angin," ketika Haruto berniat mengobati, namun entah dorongan dari mana, Haruto tak peduli tubuhnya nyeri, ia tetap bangkit dan mengabaikan Jeongwoo yang terus menolak. beruntungnya Junkyu mengangkat telepon dan memberi tahu dimana letak kotak pertolongan pada kecelakaan.

Segera setelah ia dapatkan, Haruto kembali dengan sebuah mangkuk berisi air hangat dan kain sebagai tambahan. Ia duduk seraya mempersiapkan semua keperluan untuk mengobati punggung tangan Jeongwoo.

Mata boba Haruto mulai memerah, ketika tak sedikitpun ia dengar suara ringisan dari Jeongwoo, bahkan ketika ia tekan luka itu dengan kain.

"Lo kenapa nangis sih, astaga.."

"Lo kenapa gak sakit? ini gue teken tau, gue jadi takut.." kata Haruto dengan suara tarikan ingus di sela kalimatnya.

Lucu sekali, kan Jeongwoo?

"Orang gak sakit kok, udah lo kenapa jadi makin nangis, laki bukan?"

Haruto mendelik, ia sangat tersinggung, "kata bunda, laki-laki juga berhak nangis, laki-laki juga punya perasaan, Jeongwoo!"

Jeongwoo menatapnya, "oh, berarti lo punya perasaan?"

"Ya punya lah, menurut lo aja sih!?"

"Perasaan apa?"

"Ya banyak, sedih, senang, bahagia, masa masih nanya?!"

"Ada semua ya?"

"Uhm!"

"Perasaan buat gue, ada gak?"

Jeongwoo perhatikan Haruto yang hanya diam dengan bibir bawah yang di gigit sambil membalut lukanya dengan kasa.

"Kok diem, padahal gue—"

"Tanya yang lain, jangan itu. Gue bodoh malasah begituan."

"Kemarin kita—"

"Iya, itu salah satu kebodohan gue."

Ia mendapat balas tatap, namun kemudian Haruto tersenyum.

"Gak apa-apa tapi, gue suka." Katanya.

Kemudian pergi mengembalikan mangkuk dan P3K ke dapur. Meninggalkan Jeongwoo yang menghela napas lantas menggeram rendah karena mendengar ucapan Haruto.

Ah, sial. Ternyata osis galak yang seringkali membuatnya menahan emosi bisa jadi semenggemaskan ini.


















Junghwan adalah salah satu orang yang Jaehyuk sebut cukup dekat dengan Jeongwoo. Orang yang harusnya tau banyak tentang sosok pemuda bermata tajam bak serigala itu. Benar. Meski memang tak sebanyak itu.

Junghwan tau Jeongwoo seringkali datang pagi-pagi buta untuk kemudian tidur di pojok kelasnya. Ia juga tau Jeongwoo jarang mau datang ke kantin sendirian, Jeongwoo tidak akan sudi datang ke sekolah kalau ada mata pelajaran matematika. Junghwan tau, kapan Jeongwoo akan pulang; setelah sekolah sepi atau lompat dari tembok belekang perpustakaan.

Junghwan selalu ada di sudut terjauh saat Jeongwoo duduk sendirian di atap sekolah seraya menikmati batang nikotin bervarian mentol kecintaannya. Ia selalu ada di balik pilar atau dinding selasar ketika Jeongwoo sedang berusaha bolos bersama Yoshi dan Jihoon. Juga ketika Jeongwoo bermain basket sendirian di sore hari, tak jarang ia duduk di sudut tribun terjauh menyaksikan Jeongwoo bermain sendirian.

Sebuah senyum ia sunggingkan kala mengingat setiap kali ia menjadi penonton private Jeongwoo.

"Kenapa sih susah banget ilangin lo dari kepala gue?!" dan tiba-tiba sambat.

Sebelum ia selesai dengan urusan mencoba menghalau Jeongwoo dari kepalanya, sebuah notifikasi membuatnya mengalih atensi, ada pesan singkat dari Jihoon, yang isinya adalah pembatalan perjanjian tentang pergi bersama ke rumah sakit untuk menjenguk Jaehyuk.

"Ya masa gue jalan kaki?" gumamnya kemudian, ia ingat bahwa ia telah berjanji untuk datang. Sialnya, saat ini tidak ada satupun kendaraan yang bisa ia tumpangi.

Kecuali satu, nebeng Jeongwoo. Yang ternyata tanpa banyak tanya langsung mengiyakan permintaannya.

Rasanya senang sekali. Jangan tanya kenapa, karena biar saja ia sendiri yang tau. Bahwa Junghwan telah lama menyukai kawannya sendiri. Lebih jauh dari rasa per-teman-an. Ya maaf saja, hati manusia siapa yang tau?

"Kok tumben bawa mobil?" adalah pertanyaan pertama Junghwan ketika telah duduk anteng di kursi samping kemudi.

"Karena gak bawa motor."

"Serius lah, gue nanya bukan becanda."

"Kenapa dah, kepo amat?"

Mobil yang di kemudikan Jeongwoo berjalan dengan kecepatan standar, hujan rintik turun setelah mereka keluar dari komplek perumahan Junghwan.

"Tadi habis darimana?" tanya Junghwan memecah sunyi.

"anterin Haruto balik."

Haruto lagi, apa Jeongwoo sudah sedekat itu dengan Haruto? atau memang Jeongwoo serius dengan Haruto?

"Emang kalian darimana?"

"Semalem dia ikutan nginep di apartment Junkyu, di ajak Asahi."

Mengangguk paham, setelahnya Junghwan terkekeh, "lo sama Haruto deket ya sekarang?" menyembunyikan semburat sendu dari wajahnya.

"Gak tau gue," ucap Jeongwoo membuat ia menoleh lantas meraut bingung.

"Kok gak tau, gimana dah?"

"Yaa.. gak tau."

"Aneh lo, kemarin-kemarin kelimpungan banget cuma buat bales chat Haruto, sekarang malah gak jelas!"

"Udah gak sih, biasa aja sekarang."

"Kalian, jadian?" hati-hati bertanya, supaya tidak sesak di jalan. Hahaha

"Belum."

Kemudian tak lagi Junghwan mencoba merusak hening. Ia biarkan sepi menyelimuti perjalanan mereka. Kata 'belum' berarti mungkin iya akan segera. Dan itu artinya, ia harus rela hatinya terluka.

Suka memang kadang sulit di terka. Rasa yang bisa saja datang tiba-tiba dan memaksa mu untuk berhenti dengan banyak cara. Mencintai memang tak secengeng itu, tapi mencintai kadang kala bisa jadi semenyakitkan yang biasa kaum patah hati suarakan.

Junghwan tidak bercanda, ia menyukai Jeongwoo. Sedari lama, sebelum ada Haruto, ia sudah lebih dulu jatuh cinta dengan si pemuda Park.

'kalau gue gak bisa, gimana?'

tbc.

Walk You Home [JeongHaru]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang