Sekokah sudah sepi, kepala Jeongwoo menengadah menghadap cakrawala yang gelap tanda langit mungkin sedang muram. Tapi itu tidak membuat ia dan Yoshi menghentikan permainan. Lima belas menit yang lalu masih ada Jihoon dan Hyunsuk yang belakangan bilang punya setumpuk tunggakan tugas di meja belajar, alhasil lapangan basket outdoor kali ini di invasi dua remaja ini.
Sudah banyak tanya dan jawab terlontar, sampai ketika Yoshi menangkap bola yang memantul jatuh setelah berhasil masuk ke dalam ring.
"Kalau Haruto gak mau sama lo, lo mau sama Junghwan?" pertanyaan ini membuat langkah Jeongwoo terhenti.
"Gak." Katanya.
"Kenapa?"
"Kalau Junghwan gak mau sama lo, lo mau sama orang lain?" pertanyaan tadi kini berbalik pada Yoshi, ia diam tak bicara, melempar bola hingga jatuh tepat di kedua tangan Jeongwoo.
"Gak asik, pertanyaan di balik-balik mulu!" keluhnya kesal.
"Ya konteksnya sama aja."
"Lagian kenapa sih, kenapa gak mau Junghwan? gak beda jauh sama Haruto, dan malah udah kenal lebih lama sama lo, dude-"
"Ya karena gue bukan lo, Yoshi."
Jeongwoo berlari kecil lalu melempar bola di tangannya masuk ke dalam ring, lantas kembali menatap Yoshi.
"Cara gue liat Haruto itu sama kayak cara lo liat Junghwan, mereka selamanya gak akan pernah sama, apalagi buat coba-coba terima yang akhirnya bisa aja gue nyakitin Junghwan, lo mau?"
Lagi, Yoshi terdiam kelu. Jeongwoo memang selalu bisa membungkam siapa saja yang coba menyanggah pandangannya, dan itu semua karena memang benar, semua kata yang ia lontar dari lisannya, semuanya sisi terbenar dari apapun yang jadi perdebatan.
Dan ia kalah, "hari ini lo mau nembak Haruto, bener?"
Sejujurnya, Jeongwoo hanya sesumbar. Ia tidak tau apa iya atau tidak. Jadi ia gedikan bahu tanda tak tahu pasti lalu menjatuhkan diri di tengah lapangan, duduk dengan kedua kaki menekuk, bola menggelinding akibat lemparan Yoshi di susul duduknya ia di sisi Jeongwoo.
"Tuh liat, Junghwan," Jeongwoo tunjuk sudut terjauh dari lapangan, di salah satu selasar, Junghwan duduk sendirian di samping pilar.
Yoshinori menghela napas, "susah kali berhenti mantau hidup lo," katanya.
Jeongwoo hanya memandang datar pada bola yang berputar di atas telunjuknya, "susah bukan berarti gak bisa, tapi belum."
"Belum saatnya Junghwan bisa relain perasaan dia gitu aja."
"Bisa-bisanya lo ngomong gitu padahal orang yang dia suka itu lo, anjir!"
Wajah Yoshi nampak kesal, ia sugar rambut yang lepek ke belakang, namun sesaat kemudian kembali jatuh mendarat di headband yang ia kenakan.
"Mau siapa kek yang dia suka, gue tetep di posisi sebagai temannya, yang berhak buat bantu dia keluar dari masalahnya."
"Then, how?"
"Lo harus lebih tegas sama perasaan lo, dia aja terus suka gue kenapa lo lemah banget di katain doang udah mundur?"
Decih sebal meluncur dari bibir Yoshi, "apa hubungannya, panjul!?"
"Ya ada, gue gak akan pernah bisa tanggung jawab atas perasaan Junghwan, dan lo bisa gantiin posisi gue, disana."
"Gimana bisa kalau dia aja gak suka?"
"Usaha, lebih keras lagi, lebih dari yang pernah lo lakuin selama ini."
"..."
"Udah sana, angkut!" kata Jeongwoo seraya bergerak untuk berdiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Walk You Home [JeongHaru]
Fanfictiontentang abu-abunya jatuh cinta, sederhana yang luas serta perasaan-perasaan mereka tentang perasaan mereka. sedikit rumit, tapi cinta memang selalu seperti itu. pernah di : #1 on #wooharu #3 on #treasure #5 on #yedam #5 on #damdo #1 on #kyusahi #1 o...