Pukul sepuluh, Haruto terbangun dengan bunyi gemeretak ribut di setiap sendi pada tubuhnya. bahkan ia baru mengubah posisi menjadi menengadah, menyaksikan langit-langit kamar yang beda warna dengan kamarnya. Pun juga aroma berbeda yang masuk ke penciuman.
Tidak, ia tidak kaget. Serius. Tapi, saat ini ia hanya akan diam. Sampai ia mampu mencerna dan memikirkan apa yang hendaknya ia lakukan setelah semua yang terjadi padanya semalam.
"Hhh, demi Tuhan, Haruto..." gumamnya seraya menutup seluruh bagian kepala, menyisakan rambut yang ia usak hingga berantakan.
Ia benar-benar malu, rasanya panas di seluruh wajah, entah harus merasa beruntung atau kesal karena ketika ia membuka mata eksistensi Jeongwoo tidak ada di sisinya.
Ia sudahi kegiatan mempermalukan diri sendiri lewat mengingat segala yang ia alami malam tadi, ia harus mandi, oh! bahkan ia lupa kalau ia datang bersama Asahi. Ok, ini semua andil pemuda absurd satu itu, iya! Andai kata ia tidak di seret untuk ikut, pasti Haruto sedang menonton Marsha dan beruang di ruang tengah rumah di temani pancake strawberry buatan bunda.
Tapi tubuhnya harus tumbang lagi ketika bangkit rasanya sungguh sakit, serius, sampai ia mengumpat "bangsat!" kala mampu menetralkan napas dan kemudian sibuk memaki Jeongwoo.
"Sialan, ini gimana jalannya anjing!?" ok, hiperbola. Ia bisa, hanya saja kalau mau menahan rasa sakit di bagian bawahnya.
Demi Tuhan, ia mengutuk Park Jeongwoo dan segala kelakuannya, sialan!
"Bunda.." dan ia usap lelehan air mata yang tau-tau menetes dari pelupuk.
Ceklek. suara pintu di buka, bukan Jeongwoo tapi Asahi.
"Selamat pagi Tuan Putri..." sapanya, dan apa-apaan senyum manis itu!? apa dia tidak kesakitan sepertinya?! oh, atau mungkin Asahi sudah terbiasa?
"Astaga, ada yang habis—"
"Bacot, gue bunuh kalo lo berani lanjutin!!" ancam Haruto ketika Asahi berniat menggodanya.
Sialan, ini memalukan. Oh Bunda, maafkan Haruto.
"Galak bener orang habis—"
"ASAHI!!"
"Eheh, iya iya.. kalem sayang, kalem.. Tapi ini lo apa gak mau bangun, ini udah mau siang lho.." kata Asahi setelah sempat berjengit kecil karena dengar teriakan Asahi.
"Gak bisa, bantuin gue." pinta Haruto.
"Aduh, baru pertama kali ya, pasti rasanya nyes banget sih," kata Asahi yang di balas delik tajam oleh Haruto di sela ringisnya kala mencoba untuk duduk.
"Gak usah bacot Sa! gue mau mandi, serius, sumpah demi apa, lo jangan buat gue emosi bisa!?" marahnya menyembur Asahi dengan menggebu, sampai pada akhirnya Asahi membantu ia berjalan menuju kamar mandi di sudut kamar.
"Temenin," pintanya setelah Asahi kembali masuk dengan setelan pakaian yang bukan milik Haruto.
Asahi duduk dan menunggu Haruto di keramik sebelah washtafel, memang seabsurd itu anak ini. Sudahlah, entah apa yang membuat Junkyu tergila-gila padanya. Aneh.
"Sa, Jeongwoo kemana?" adalah pertanyaan Haruto setelah selesai membersihkan diri.
"Baru di tinggal bentar udah rindu."
"Rindu pala lo, gue nanya bukan berarti rindu ya?!"
Asahi hanya cengar cengir ketika lagi lagi Haruto mendelik marah padanya, "Jeongwoo pulang ke rumahnya, pagi-pagi banget bapaknya telepon Junkyu," kata Asahi.
"Bapaknya?"
"Iya, mungkin ada perlu (?) soalnya gue tanya Junkyu, dia gak mau bilang, cuma katanya si Jeongwoo ada urusan sama bapaknya," katanya sebagai penjelasan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Walk You Home [JeongHaru]
Fanfictiontentang abu-abunya jatuh cinta, sederhana yang luas serta perasaan-perasaan mereka tentang perasaan mereka. sedikit rumit, tapi cinta memang selalu seperti itu. pernah di : #1 on #wooharu #3 on #treasure #5 on #yedam #5 on #damdo #1 on #kyusahi #1 o...