17. The Heaven of Ours.

4K 436 38
                                    

Di berkatilah aura maskulin seorang Jeongwoo yang begitu menguar segera melingkupi mereka. Mampu membuat Haruto tak berkutik ketika ia menuntut pagutan lebih dalam pun ketika ia beri elusan lembut di sepanjang tengkuk sang submissive; bibir berperisa manis nan kenyal itu jua membalas ciumannya.

"Hmph.." lenguhan demi lenguhan terdengar begitu merdu di telinganya, suara khas Haruto membuatnya melayang, semakin berhasrat untuk memperdalam kegiatan yang saat ini ia lakukan; menginvasi ciumannya dengan Haruto.

Remasan di bahu berpindah ketika kedua lengan Haruto menyasar lehernya, memberi rematan kecil di surai legam Jeongwoo tatkala ia dengan sengaja memberi gigitan pada bibir bawah si manis.

Dapur yang sunyi berikut segala isinya menjadi saksi bisu ciuman panjang mereka. Yang baru berhenti ketika tangan kanan Haruto menepuk dada bidang Jeongwoo sebagai gestur bahwa ia telah tak lagi sanggup mengimbangi ciuman; ia butuh udara untuk tetap sadar.

Segera Haruto meraup banyak oksigen, tanpa peduli kedua mata Jeongwoo menitik atensi padanya. Pada durja sayu Haruto, juga pipi yang merona merah serta bibir bawah yang mulai membengkak atas Ulah Jeongwoo.

"Lo.. hhh, mau bunuh gu—hmph!" belum sempat ia menyelesaikan protesnya, Jeongwoo sudah lebih dulu membungkamnya dengan ciuman yang lebih liar, tangan Haruto bergerak meremat kencang bahu Jeongwoo.

"Hngh.. hmph.." Haruto tidak sengaja, begitu tangan Jeongwoo memberi remasan di pinggangnya, ada gelenyar aneh yang membuat ia tanpa sengaja melenguh di buatnya.

Sialan sekali!

Rematan di bahu berubah jadi pukulan yang di susul dengan beberapa pukulan lainnya, membuat Jeongwoo mau tidak mau harus melepas pagutannya.

Ia jauhkan wajah, menatap cairan merah dari sebuah luka yang ia ciptakan di bibir bawah Haruto.

"Sakit..." keluh Haruto, merasakan perih di belah bibirnya, ia tatap Jeongwoo dengan mata berkaca-kaca.

"Haruto," hanya sebuah panggilan, di susul dengan suasana berat dan panas, entah bagaimana bisa ketika Jeongwoo menatapnya begitu dalam, kala pemuda di hadapannya melempar tanya.

"Can i?"

Haruto tidak bodoh, bahkan di saat seperti ini pun ia tau apa maksud dari pertanyaan Jeongwoo, ia sadar, ia telah berbuat terlalu jauh, maka ia gelengkan kepala.

"No, please..."

"Ok, ayo pulang." Jeongwoo bergerak turun dari kursinya, menarik tangan Haruto dan berniat mengantar anak itu pulang namun Haruto tak bergerak, ia jua menahan tarikannya.

"Gak mau pulang?" tanyanya, serius, ia sedang berusaha menahan diri.

Mata boba Haruto menatapnya, ia hanya takut. tapi, ini Jeongwoo dan lagi entah bagaimana bisa ia tarik tangan Jeongwoo sampai pemuda itu berdiri di hadapannya.

"Gue, gue takut," katanya, ada air mata yang menetes namun ia tidak peduli.

"Gue pesenin taxi, ada disini bakal bikin lo gak aman," kata Jeongwoo, ia meraih ponsel di sakunya lantas berniat memesan taxi untuk Haruto namun harus batal karena Haruto menarik dan menjauhkan ponselnya.

"Jeongwoo."

Dan kemudian kembali bertukar tatap, sialan sekali mata itu, Jeongwoo tidak kuat lagi.

"Jangan," katanya.

Jeongwoo sudah tau bahwa Haruto akan—

"Jangan disini."

....

"Setelah malam ini, lo milik gue, Haruto."

tbc.

part sex di potong permanen, gue gak mau ada yg protes lagi alias bayangin sesuai imajinasi masing-masing. part ciuman masih aman, they are uper 17.

sekian. terima kasih.

Walk You Home [JeongHaru]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang