4. Park Jeongwoo.

4.1K 579 14
                                    

Haruto mengabaikan pesan dari Doyoung, dia lebih memilih memusatkan atensi pada tulisan tangan di atas sebuah buku tugasnya. Sepulang dari sekolah dan sepanjang perjalanan menuju rumah, Haruto tidak tau jelas apa yang ada di dalam kepalanya dan apa yang menyebabkan dirinya berlari begitu saja ketika Jeongwoo bergerak mendekat, bahkan menyerukan namanya.

Bibir pucat Jeongwoo mengudara lantang namanya di antara derasnya hujan sore tadi, di tambah dengan segala macam ocehan Doyoung mengenai jatuh cinta dan segala tetek bengeknya. Haruto terlalu awam untuk hal-hal seperti ini, tapi berkat otak cerdas yang di milikinya, bukan hal yang sulit untuk menyangkut pautkan kalimat-kalimat Doyoung perihal bentuk-bentuk jatuh cinta dengan reaksi dari jantungnya hanya karena seorang Jeongwoo.

"Masa iya gue jatuh cinta?"

"Dan lagi, sama Jeongwoo gitu?"

Ia menatap pantulan dirinya di permukaan sebuah cermin kecil di salah satu rak meja belajarnya. Jelas-jelas semburat merah muda muncul begitu saja di pipinya. Membuat ia segera menggeleng ribut lantas menampar pipinya sendiri.

"Ah, gak mungkin!" katanya.

"Haruto... Lo gak mungkin jatuh cinta sama Jeongwoo!"

"Gak, lo gak boleh jatuh cinta sama dia."

Dengan berbagai macam kalimat pengingat yang sama, perihal larangan untuk dirinya sendiri agar tidak jatuh cinta dengan seorang Jeongwoo.

"Gue gak boleh jatuh cinta sama Jeongwoo, dia laki-laki."

Bukan. Perkara terhebat bukan masalah Jeongwoo seorang laki-laki sama sepertinya. namun Haruto tetap mempermasalahkan hal itu, semata-mata hanya agar ia tidak benar-benar lepas kendali.

Haruto berhenti dengan kegiatan mengacak-acak tatanan rambutnya sendiri, kemudian menatap sebuah figura berisi dirinya dan seorang wanita paruh baya disana tengah tersenyum ke arah kamera.

Kemudian tiba-tiba, 'lo bakal ketemu sama orang yang bisa nunjukin ke lo kalau cinta itu gak semonoton abu-abu.' Ucapan Asahi tempo lalu membuatnya kembali jatuh pada topik awal di kepalanya.

Mengenai jatuh cinta dan segala gradasi warna yang tersembunyi di balik abu-abu yang Haruto lihat saat ini. sebagaimana arti dari kalimat Asahi untuknya.

"Tapi, gak mungkin sama Jeongwoo."

Sebuah kalimat bernada tak kasat rasa mengudara bersamaan dengan melemasnya bahu Haruto lantas ia bangun dari duduknya, bergerak mencapai ranjang lalu memberi ruang untuk tubuhnya beristirahat setelah begitu sibuk hari ini.

Menatap lamat langit-langit kamarnya yang berwarna putih bersih. Kemudian sebuah hela napas panjang ia langitkan, sementara setelahnya Haruto memejamkan mata mencoba untuk masuk ke alam mimpi.

'Haruto!' sebuah suara terngiang di teliga, kontan membuat ia membuka mata dan tertegun setelah sadar siapa si pemilik suara.

"Park Jeongwoo." Menyebut sebuah nama, dengan gambar-gambar abstrak tentang si pemilik nama yang ia kenal mulai memenuhi pikirannya.

tbc.

Walk You Home [JeongHaru]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang