15. Awkward night.

3.1K 454 38
                                    

Junkyu terkekeh selepas dengar sendawa kecil dari adik sepupunya, "lo mikirin apa? muka lo sepet banget gue liat-liat," tanyanya, lelah sudah dengan senyap di antara dirinya dan Jeongwoo, hanya ada denting sloki yang beradu dengan meja keramik atau benturan botol whiskey dengan sloki.

Hela napas terdengar setelah Jeongwoo menandaskan satu sloki, membiarkan tenggorokannya di basahi minuman beralkohol itu, lantas menggeleng dengan kepala tertunduk, "gue takut," katanya singkat.

"Takut apa?"

"Haruto, gue takut dia hilang bahkan sebelum gue bisa genggam dia."

"Oh, astaga Jeongwoo. Jadi lo beneran suka dia?"

Setelahnya Jeongwoo hanya diam, berkat kegemaran barunya; ialah menatap mata boba Haruto, mengikuti si pemuda april selagi ia sempat dan berada di sekitarnya—beberapa kali bahkan saling bersentuhan, Jeongwoo tau dan ia sangat sadar akan detak riuh dan gegap gempita di dalam dadanya ketika ada Haruto di dekatnya.

Jeongwoo telah jatuh hati.

"Wah.. boleh gak sih gue berharap kalau ini adalah sebuah berkat?" celetuk Junkyu, yang mungkin saja kesadarannya mulai tergerus akibat menandaskan dua puluh sloki whiskey sejak tadi.

Jeongwoo pun masih diam, ia sibuk mencerna kata apa yang selayaknya ia utarakan kepada sang kakak, agar ia tak salah paham pada perasaan Jeongwoo, tidak sekecil apapun.

"Mending lo stop, Asahi bisa ngambek satu minggu penuh kalau tau lo mabuk." Dan pada akhirnya, yang ia katakan adalah sebuah peringatan.

"Ya kalau dia gak tau mah gak akan ngambek," kata Junkyu dengan santainya.

"Tadi udah gue kasih tau, katanya otw kesini sih, paling bentar lagi sampai." Dan setelahnya Jeongwoo beranjak pergi, berniat kabur dari amukan sang kakak yang bahkan mengacungkan botol whiskey.

"SIALAN LO PANTAT PANCI!" seru Junkyu ketika terdengar bel apartment dari seseorang yang datang bertamu.

Demi tuhan, kalau ini Asahi, ia akan benar benar menumbuk wajah datar Jeongwoo sampai mati.

Junkyu bangkit, melangkahkan kaki jenjangnya menuju pintu, berdoa dalam hati sebanyak mungkin agar setelah ini Asahi-nya tidak langsung mengucap kata pisah.

"Sebentar!" serunya cukup kencang sampai terdengar suara pintu ia buka.

"Eheheheh, say—"

"Gak usah ngomong, bau alkohol!" mata berbulu lentik milik Asahi menatap tajam, Junkyu pun langsung terdiam.

Asahi menarik seseorang yang ia bawa ikut masuk ke dalam apartment kekasihnya, dan tebak siapa dia? ya, Watanabe Haruto.

Junkyu beranjak masuk, mencoba meraih tangan Asahi untuk membujuk kekasihnya agar tidak marah lebih parah.

"Haruto lo duduk disini aja, anggap aja rumah sendiri," kata Asahi mempersilakan Haruto untuk duduk di sofa seolah ialah yang punya rumah.

Sementara Junkyu bergerak memeluk tubuh kecil Asahi, di depan mata Haruto yang sejak tadi hanya cengar-cengir awkward karena sungguh ia tidak tau kalau Asahi sudah sejauh itu dengan Junkyu.

"Eheh, kalian.. kalau mau selesaiin masalah bisa ya, jauh-jauh, jangan di depan mata gue," katanya, sesungguhnya ia tidak enak, tapi ia mungkin akan muntah karena melihat ke-romantisan Asahi dan Junkyu, jadi ia memutuskan untuk memberi waktu pada sepasang lovebirds itu untuk menepi, masuk kamar atau kemanapun, ia tidak mau peduli.

Jadilah ia duduk memandangi botol-botol whiskey dan beberapa kaleng beer di atas meja, ada banyak.

"Wah, apa gak kisut itu lambungnya bang Junkyu minum sebanyak ini?" gumamnya heran. Melihat ada dua sisi meja yang di hiasi puntung rokok bekas, timbulah asumsi bahwa Junkyu tidak sendiri.

Haruto pun masih tidak peduli, ia mengeratkan kardingan yang membalut sebuah kaos putih bersih yang ia kenakan, si bodoh Asahi tadi menariknya begitu saja, katanya ada hal emergency yang mengharuskan ia untuk segera pergi—dan tidak mau sendiri. Memang beban dunia sekali Asahi ini.

Sepuluh menit berlalu setelah Junkyu menarik Asahi ke dalam sebuah kamar berpintu tinggi besar, selama itu pula Haruto harus rela menyita waktunya dengan bermain ponsel.

Kepala bersurai halus itu menunduk, ia sibuk pada apa yang layar ponselnya tampilkan, sekali dua kali ia sempat sampirkan rambut ke belakang telinga, tak sadar saja ada yang memandanginya.

•••

Entah garis takdir mana lagi yang membawa Haruto datang padanya, berada di bawah atap yang sama juga sedekat ini dengan dirinya.

Jeongwoo tau jelas pemilik bahu sempit yang saat ini tengah menyandarkan tubuhnya di sofa semula tempatnya duduk.

Entah dimana sepupunya, yang saat ini ingin sekali Jeongwoo lakukan adalah

"Haruto." Memanggil ia yang telah merenggut banyak ruang di dalam kepalanya.

"Huh? Jeongwoo?" dan menatap, lagi. Pada pahatan nyaris sempurna berwujud Haruto Watanabe yang saat ini menatap dengan raut bingung pada persensinya.

Langkah kaki jenjangnya membawa Jeongwoo sampai pada jarak hanya selangkah dengan Haruto yang duduk dan mendongak untuk menatapnya.

"Kenapa ada disini?"

"Anterin Asahi, ketemu Junkyu."

Jeongwoo lantas duduk, di sisi sebelah Haruto dan membuat jarak di antara mereka hanya beberapa jengkal saja.

Entah kenapa, Haruto kembali berdebar.

"Gu-gue pikir, Junkyu minum sendiri." Kata Haruto, berusaha menciptakan obrolan.

"Sama gue," balasan Jeongwoo di sambut suara sebuah lenguhan.

Suara lenguhan dari dalam kamar yang di susul rintihan yang membuat Haruto ingin tenggelam saat itu juga.

Sialan, sialan, sialan!

"Gak usah di dengerin," kata Jeongwoo.

"Eheh, anu, Woo.. bang Junkyu mabuk?"

"Iya," singkat, padat dan jelas.

Atmosfir di antara mereka membuat Haruto merasa tercekik, apalagi kala Jeongwoo menoleh padanya, menatapnya dalam-dalam, menguar aura dominasi yang pekat dan menyebut namanya dengan suara yang membuat ia meremang seketika.

Bersesuaian dengan suara-suara laknat dari kamar Junkyu, Jeongwoo melempar tanya.

"Lo tau Junkyu sama Asahi ngapain?"

Kaku, namun Haruto tetap mengangguk. Lagipun dia tidak sepolos itu.

"Biasalah, orang mabuk." Katanya, memutus tatap dengan mata Jeongwoo, lantas mencoba berdistraksi dengan pikiran yang ternodai.

"Haruto."

"Iya?"

"Gimana kalau gue juga mabuk?"

Oh, sialan!

tbc.

Walk You Home [JeongHaru]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang