13. Kabar duka.

2.8K 434 21
                                    

Berkat mengingat bahwa dirinya ini adalah seorang anak laki-laki yang gagah berani, maka ketika Jeongwoo menyebut namanya seraya melempar tatapan menyelidik, lagi, Haruto bergerak memposisikan diri di sebelah Jeongwoo, berdiri dengan sebuah handuk hangat di tangan, "kalau gue nekennya kekencengan, bilang ya, Woo." Dan hanya di balas dengan deheman singkat.

Tangan Haruto pun dengan telaten memberi usapan di permukaan bahu Jeongwoo yang mulai membiru. Tidak sedikitpun terdengar suara ringisan atau keluhan dari belah bibir Jeongwoo.

Haruto pun hanya fokus pada kegiatannya, sampai ketika matanya memusat atensi pada postur bahu nan tegap milik Jeongwoo. Ah, ia ingat dirinya baru saja berlindung di balik bahu kokoh nan kuat ini. Dan secara alami pikiran Haruto berkelana, pada bagaimana ya sekiranya bila di hujani atensi dan afeksi oleh Jeongwoo, bukan hanya berlindung di balik tubuh tegapnya, tapi juga—Apa?! Tidak-tidak! Haruto lantas menggeleng ribut demi menghalau pemikiran ajaibnya itu.

"Lo kenapa?" dan ternyata Jeongwoo melihatnya.

Lagi, Haruto menggeleng, "nggak kenapa-napa. Ini, udah mendingan belum?!" tanyanya sebagai pengalihan isu.

Jeongwoo hanya mengangguk, karena memang bahunya tidak separah itu, ia beranjak untuk memakai kembali seragamnya, menutup pemandangan tubuh atas yang sempat mengunci perhatian Haruto tadi. Dan mengubah posisi duduk; membiarkan kedua kakinya menyentuh lantai.

"Thanks," katanya, seraya memandangi setiap pergerakan Haruto ketika mengembalikan peralatan yang tadi ia gunakan.

"Sama-sama, lagipula gue yang harusnya bilang makasi, karena kalau gak ada lo tadi, gue mungkin udah pingsan kena bola." Ucap Haruto yang berdiri di depan lemari, balas menatap pada Jeongwoo yang masih enggan beranjak dari brankar.

Dan, hening.

"Oh, Jeongwoo."

"Apa?"

Apa ya?

"Kenapa, Haruto?"

Tidak ada yang memutus tatap, sampai ketika Haruto membuka mulut untuk melempar tanya, namun pintu uks di buka dengan kerasnya.

Doyoung masuk, berikut Mashiho dan Yoshi.

"Haruto!" seruan dari Mashiho di susul tubrukan dari empunya suara, menjatuhkan beban tubuhnya pada Haruto yang beruntungnya tidak perlu jatuh ke belakang karena Jeongwoo dengan sigap memegangi dirinya.

Tangis Mashiho terdengar putus-putus, lantas membuat Haruto semakin bingung, ia lempar sorot penuh tanya pada Yoshi dan Doyoung. terdengar helaan napas dari Yoshi lalu ia menatap arah lain untuk kemudian mengusap ekor matanya. Ya, ia menangis.

Dan lalu pada Doyoung, "Jaehyuk, udah meninggal." katanya.

Lantas membuat Haruto merasa hatinya mencelos, belum lagi karena tangis Mashiho yang semakin jadi, rasanya kaki-kaki panjang Haruto melemas, ia bahkan tidak sadar lengan Jeongwoo kini bantu menopang tubuhnya, bertengger di pinggang Haruto.

Jeongwoo menatap pada Yoshi yang telah berusaha sekuat tenaga menahan tangisnya, Jaehyuk adalah seseorang yang begitu baik baginya, tak ayal kabar duka ini membuatnya begitu bersedih.

Tak lama, Junghwan datang, "Kita ke kelas aja dulu, pbm gak berlangsung karena kabar duka ini." Dan merangkul Yoshi untuk memimpin jalan menuju kelas tujuan.

Jeongwoo menjadi yang paling terakhir di barisan, ia pergi sendirian setelah memastikan teman-temannya masuk ke dalam kelas. Langkah kaki ia ayun lebar-lebar menuju lokasi dimana Jaehyuk terlibat kecelakaan; selasar kelas sebelas.

Ia berdiri di samping sebuah pilar besar, memandangi keamanan yang saat ini tengah sibuk menghalau siswa yang penasaran akan kejadian perkara. Kepala bermahkota legam itu reflek menoleh kala sang kakak sepupu datang dan sepersekian detik sudah berdiri di sampingnya, "dia, mati, Woo." katanya.

"Kalau tadi lo cegah dia lewat sini, gak cuma ngelarang yang kemungkinan besar dia gak nurut, Jaehyuk gak akan mati." ucap Junkyu dengan nada sarat putus asa.

Namun Jeongwoo tetaplah Jeongwoo, ia hanya menatap datar pada pecahan pot yang berlumur darah di lantai selasar.

"Disini gak ada Jaehyuk, dia gak mati." Katanya singkat, membuat Junkyu menoleh dan melempar sorot tanya.

"Dia gak mati, tunggu aja." Tambahnya, kemudian berlalu pergi, meninggalkan Junkyu yang kemudian bungkam.

tbc.

Walk You Home [JeongHaru]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang