"Sebenarnya ngapain kita duduk di selasar gini?" Haruto yang di apit Mashiho dan Doyoung akhirnya melontar tanya.
Sedari sepuluh menit sekolah bubar, Doyoung mengajak ia dan Mashiho untuk duduk di selasar sampai sekolah benar-benar sepi. Hanya ada suara pantulan bola dari lapangan di samping sana, entah mungkin ada yang sedang mengisi kegabutan.
"Nggak apa-apa sih, biar drama aja," kata Doyoung dengan santainya.
Dua lainnya menatap sangsi. Doyoung memang selalu se-aneh itu untuk ukuran anak remaja. Herannya, si Yedam sang ketua osis sekaligus siswa terpandang itu malah mendeklarasi diri sebagai budak cinta abadi Kim Doyoung.
"Drama gimana?"
"Belakangan, kita lebih banyak habisin waktu sendiri-sendiri kan? nggak se-banyak bercerita dulu," kata Doyoung dengan sorot mata lurus jamak makna.
Haruto dan Mashiho membenarkan dalam hati. Keduanya bisa di kata lebih banyak menghabiskan waktu untuk melupakan persoalan yang ada di banding untuk bertukar isi kepala dan mencoba mencari solusi dari argumentasi kawan sendiri.
"Kalian kenapa?" tanya Doyoung, menoleh menatap kedua karibnya yang kompak membisu.
"Sedih deh gue di kacangin..." bibir Doyoung melengkung turun sejurus dengan kedua tangan yang ia guna untuk menangkup kedua pipi.
Haruto menarik napas panjang, Mashiho menghela napas ribut. Nampak begitu frustasi.
"Tuhkan, ikut lah gue!" Doyoung menghela napas ribut panjang-panjang sampai wajahnya memerah.
Mashiho terkekeh, "nggak apa-apa, lo nggak perlu gini ah, nggak keren," katanya
"Kalian kalau ada masalah nggak mau cerita lagi ke gue," kata Doyoung.
"Bukan gitu," sanggah Haruto.
"Ya terus gimana, cerita!" kata Doyoung nyaris menghentak paksa.
Haruto dan Mashiho lagi-lagi bungkam.
"Ya udah.."
"Tapi kalian tau nggak?"
"Kadang, kalau nggak mau bicara, kalian bisa dengar dan kasih waktu sedikit biar ngerasa lebih lega di banding terus melarikan diri."
Haruto merasa amat sangat tersinggung, mengingat saat itu Jeongwoo sempat katakan cukup dengar jika tak mau bicara.
Dua minggu sudah ia melarikan diri, dan begitu juga Takata Mashiho, bahkan ia memampukan diri untuk melewati hari tanpa Jaehyuk, tanpa sang pemilik hati.
"Apapun yang kalian hadapin saat ini, pelan-pelan, jangan korbanin perasaan karena gengsi ataupun egoisasi diri sendiri, sakit nanti."
Doyoung bergegas merapikan sweater yang ia kenakan ketika Yedam mendekat ke arah mereka.
"Gue duluan ya, sok sana balik, gue mau kencan!" kata dia setelah berdiri. Sempat-sempatnya menepuk pipi Haruto dan Mashiho bergantian dengan pelan.
Senyum manis Doyoung makin mengembang begitu Yedam merangkul dirinya. Kemudian pamit pada dua orang lainnya, membawa sang pacar keluar.
Haruto rasakan tepukan di bahunya, ada Mashiho yang menyengir kikuk.
"Berasa di tampol gak, Ru?"
Anggukan Haruto tergerak pelan, ia sama kikuknya dengan Mashiho, namun teralihkan ketika sebuah suara berbunyi, "Shiho!!" membuat mereka menoleh.
Dari arah depan, Jaehyuk datang dengan kepala yang masih di bebat perban tipis.
"Ngg.." Haruto mendengung kecil sementara Mashiho menghela napas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Walk You Home [JeongHaru]
Fanfictiontentang abu-abunya jatuh cinta, sederhana yang luas serta perasaan-perasaan mereka tentang perasaan mereka. sedikit rumit, tapi cinta memang selalu seperti itu. pernah di : #1 on #wooharu #3 on #treasure #5 on #yedam #5 on #damdo #1 on #kyusahi #1 o...