22. Anak Bunda, Jatuh Cinta.

2K 361 18
                                    

Haruto ingat lagi, ketika ia menolak Jeongwoo untuk mengantarnya pulang.

"Pesen taxi aja sih."

"Yang apa-apain lo semalem itu gue, bukan supir taxi."

"Jeongwoo!?" ia mendelik kesal, juga malu karena mengingat kejadian semalam lagi.

"Ayo, kok malah diem?"

Ketika itu, ia ulurkan tangan dan menatap Jeongwoo, "bantuin," pintanya.

Jeongwoo raih tangan Haruto hingga anak itu berdiri kemudian mengangkatnya begitu saja, seperti menggendong pengantin wanita ia telusuri jalan sepanjang lorong-lorong apartment menuju basement di temani ocehan mencicit Haruto yang mengeluh malu.

"Gue gak lumpuh, anjir?!"

"Diem, pura-pura pingsan aja biar gak malu," kata Jeongwoo.

Pasalnya meski tak banyak, tetap saja ia di perhatikan oleh beberapa orang yang berpapasan. Sialan sekali Jeongwoo ini.

Tapi tidak menampik bahwasanya ia suka, afeksi dari Jeongwoo untuknya membuat ia merasa bahagia.

"Kok mobil?"

"Tadi buru-buru, motor gue parkir di tengah, yang gampang keluarin cuma ini." Katanya, seraya menempatkan tangannya di pucuk kepala Haruto agar tidak terbentur ketika ia masuk ke dalam mobil. Jadilah Haruto memasang sitbelt dengan wajah yang bersemu.

"Lo demam?" tanya Jeongwoo ketika tak sengaja mendapati wajah Haruto memerah.

Haruto lantas gelagapan, melirik pada pantulan dirinya di kaca spion, "gue.. pusing dikit," alasannya.

Jeongwoo mengangguk kecil, "ya udah jangan ikut ke rumah sakit."

"Kok gitu?"

"Kan pusing, mending tidur di rumah."

"Tapi mau jenguk Jaehyuk," katanya dengan bibir melengkung ke bawah.

"Jaehyuk masih di rumah sakit untuk waktu yang lama, lo bisa kesana kalo udah mendingan."

"Tapi gue gak apa-apa!"

Jeongwoo menoleh kemudian menatapnya, lalu entah kemana perginya semua keberanian yang ia miliknya sejak semalam, Jeongwoo lagi-lagi menumbuhkan gentar di dalam dirinya.

"Iya, yaudah, gue pulang aja."

"Pinter." ucap Jeongwoo sebelum akhirnya menjalankan mesin mobilnya keluar dari area basement apartment Junkyu.

Kepulan uap hangat dari secangkir teh buatan bunda jadi candu bagi Haruto sore hari ini. ia duduk bersama malaikat dunianya, Bunda.

"Kemarin nginep ngapain aja, dek?" tanya bunda, menatapnya seteduh biasa.

"Cuma main terus nonton, gitu-gitu aja sih, Bun," katanya. Merasa tercubit di hati ketika ia sadar telah berbohong pada bunda.

Maafin Haruto Bunda. batinnya memohon, yang mana hanya bisa ia bagi kepada Tuhan.

"Yang tadi anter siapa? pacarnya Asahi?"

"Bukan Bunda, itu Jeongwoo, sepupu pacarnya Asahi."

"Sepupu pacarnya Asahi, pacarmu?" bukan, niat bunda kan cuma tanya, tapi wanita paruh baya berdaster merah muda ini mendapati pipi sang putra tunggal bersemu sewarna dasternya.

"Bunda," ia hanya tidak tau, mengapa rasanya malu. Harus ber-acting bagaimana? wajahnya tidak bisa di ajak kompromi.

"Oalah, pacarnya betulan?"

"Nggak Bunda..."

"Nggak atau belum?"

"Nggak... tau?"

Dan tergelak lah bunda ketika Haruto memeluknya, menyembunyikan raut malu-malunya di dalam pelukan hangat bunda.

"Jadi, akhirnya anak Bunda jatuh cinta, ya?"

Haruto diam, tidak membernarkan juga tidak menyalahkan. Sesungguhnya ia bimbang, apakah benar perasaannya ini di sebut jatuh cinta? Apa iya semua bentuk malu-malu ini adalah ekspresi dari jatuh hati yang tengah ia alami?

"Gimana rasanya?" tanya bunda.

"Jantungku ngebut terus Bunda, lalu aku sering kepikiran dia, aku gak tau gimana bisa tapi belakangan ini kita sering ketemu, sering habisin waktu berdua."

Senyum bunda merekah manis, persis seperti milik Haruto, "karena siapa?"

"Yaa, dia.."

"Dia siapa, Jeongwoo?"

Anggukan dari Haruto membuat senyum bunda semakin lebar. Putra kesayangannya telah jatuh cinta, pada akhirnya, hari ini bunda merasakan degup luar biasa karena menjadi orang pertama yang tau bahwa ia yang telah bunda sayangi sedari dalam kandungan kini telah jatuh hati. Bukan hanya pada setiap hal baru yang ia temui di perjalanan hidupnya, tapi ini cinta. Haruto telah bertemu cintanya.

"Kalau nanti di tembak, mau nggak?"

Haruto melepas pelukan, lantas menatap bunda, ia bimbang, lagi.

"Nggak tau Bunda, aku nggak yakin."

"Kenapa?"

"Soalnya yang tanya Bunda, bukan Jeongwoo."

tbc.

Walk You Home [JeongHaru]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang