Mandi sepuluh menit, ganti seragam lanjut sisiran supaya ganteng, lalu keluar apartment menuju basement, mengemudi dengan kecepatan standar, Kawasaki hitam metallic yang ia namai Tarjo ini sudah siap mengantar Jeongwoo menjemput Tuan Putri.
Ia lihat balutan kasa di tangan kanannya, lantas tersenyum dalam hati, ia akan segera bertemu dengan orang yang hari lalu menangis sepanjang mengobati tangannya. masih jelas tergambar raut sedih si pemuda April, ternyata dia itu cengeng sekali.
Sepuluh menit ia telah sampai di depan rumah tak berpagar milik keluarga Watanabe. Yang pertama kali menyambutnya adalah sebuah teriakan berbunyi, "HARUTO PACARMU JEMPUT!!" dari seorang wanita yang Jeongwoo asumsikan sebagai calon mertuanya—tengilnya anak muda.
Ia turun dari kuda besinya ketika seorang pria paruh baya keluar dari dalam rumah dengan senyum ramah. Garis usia tergambar di ekor mata kala ia tersenyum namun tetap tampan, "temennya Haruto, ya?" adalah pertanyaan pertama yang Jeongwoo dengar.
Ia anggukan kepala setelah sebelumnya meletakan helm di atas tangki motor, "selamat pagi, iya saya temennya Haruto, Om." Kata Jeongwoo sedikit canggung.
Tak lama seorang wanita datang, "kamu Jeongwoo bukan? yang kemarin anterin Haruto pulang kan?" berondong tanya darinya membuat Jeongwoo hanya mengangguk, "iya tante, saya Jeongwoo, yang anter Haruto." Kemudian ia di rangkul Ayah Haruto.
"Ayo masuk dulu, Haruto masih di kamarnya ni kayanya belum siap, kamu udah sarapan belum?"
Jeongwoo jadi degdegan, "kebetulan udah tadi, Om," katanya.
"Ya udah tunggu disini dulu, biar tak panggilin Haruto," kata bunda, ia terlihat berjalan riang sambil bersenandung meninggalkan ruang tengah yang di isi oleh Ayah Haruto dan Jeongwoo.
"Kamu kok tumben keliatan, temen barunya Haruto ya?"
"Saya—"
"Selamat pagi semua!!!" begitu Jeongwoo berniat menjawab, seruan heboh Haruto menyela dan membuat mereka menitik atensi pada senyum riangnya.
Ada apa dengan Haruto?
"Eheh, Ayah, aku berangkat dulu ya!" begitu saja ia tarik tangan Jeongwoo agar berdiri, lalu di ikuti ayah yang meraut bingung tapi tetap merasa lucu dengan tingkah putranya.
"Kamu ini kenapa?" bukan ayah tapi bunda, sedari tadi hanya diam dan menganga melihat Haruto yang sejak dari kamar sampai undakan tangga terakhir berjalan sambil bersenandung riang.
"Aku? ehehehe, aku nggak apa-apa? aku mau sekolah, Bunda, Ayah aku izin ya, nanti aku—" melirik Jeongwoo, "pulang sama Jeongwoo (?)" dan si Park mengangguk patuh.
"Iya, Om Tante nanti saya juga yang antar Haruto pulang," katanya.
Sebetulnya, bunda, ayah dan Jeongwoo sendiri masih kaget dengan kelakuan Haruto tapi, "hehe, ya udah, sana deh, jangan lupa hati-hati ya Jeongwoo? kalau Haruto rewel jewer aja, ok?" bunda mengusap bahu Jeongwoo, lantas tersenyum mengejek pada Haruto yang hendak protes tapi tidak berani.
"Iya Tante, saya pamit ya, Om, saya pasti hati-hati kok." Katanya, seraya mencium punggung tangan ayah dan bunda Haruto bergantian.
Ayah dan bunda mengantar mereka keluar, sampai di halaman, begitu mereka sedang memakai helm masing-masing, ayah memanggil tepatnya setelah di bisikan entah apa oleh bunda, "oh iya, nak Jeongwoo?" yang di balasnya dengan atensi penuh.
"iya, Om?"
"Panggilnya jangan Om Tante dong, panggil kami Ayah Bunda, sama kayak Haruto," katanya.
Waduh-waduh, gonjang-ganjinglah jatung Haruto di buatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Walk You Home [JeongHaru]
Fanfictiontentang abu-abunya jatuh cinta, sederhana yang luas serta perasaan-perasaan mereka tentang perasaan mereka. sedikit rumit, tapi cinta memang selalu seperti itu. pernah di : #1 on #wooharu #3 on #treasure #5 on #yedam #5 on #damdo #1 on #kyusahi #1 o...