28. Semua yang bertaruh.

2.2K 335 26
                                    

Kalau boleh meminta, Junkyu ingin dirinyalah yang bertanggung jawab atas kehidupan Jeongwoo sepanjang sisa usianya. Bukan sombong tapi Junkyu memang sesayang itu pada sang adik sepupu, terlepas dari bagaimana perjalanan hidup sang adik, Junkyu tetap akan menyayangi Jeongwoo sebanyak ini sampai kapanpun.

Junkyu selalu jadi orang pertama yang akan Jeongwoo datangi untuk mengadu kalau ia melihat sang papa datang ke rumah bersama kekasihnya, dulu. Junkyu juga orang pertama yang tau kalau Jeongwoo pernah ingin mencoba obat-obatan terlarang karena di rundung stress tak berkesudahan. Junkyu adalah orang yang selalu mencari tahu segala macam keinginan Jeongwoo yang tidak bisa ia dapatkan dari sang papa, Junkyu ingin Jeongwoo tetap bisa merasakan semua itu.

Dan hidup Junkyu baik-baik saja selama ini, menyayangi Jeongwoo seperti adiknya sendiri, layaknya saudara satu rahim. Pertalian darah membuat ia begitu memprioritaskan kehidupan Jeongwoo. Junkyu punya hidup yang baik, tinggal di antara kedua orang tua yang lengkap, bunda yang lemah lembut dan penyayang serta ayah yang baik hati dan penyabar. Itu membuat Junkyu selalu terluka hatinya tiap kali harus menjadi saksi seberapa besar sakit hati Jeongwoo terhadap apa yang ia alami.

"Kakak, aku di cuekin..." sebuah rengekan membuat Junkyu lepas dari lamunan berisi gambar bergerak tentang kisah lampau Jeongwoo.

"Kak, mikirin apa?" tanya Asahi.

Asahi adalah orang yang ia temukan secara tidak sengaja selepas putus dengan selingkuhannya beberapa bulan lalu. Asahi adalah orang yang tertawa karena tamparan di pipinya membekas merah, Asahi juga yang bersedia mengobati bekas itu dengan tangannya sendiri. Singkat kata dan cerita, pertemuan klasik nan tengil itu membuat Junkyu jatuh hati, serius jatuh cinta, bukan main-main seperti sebelumnya.

"Kakak!!" pekik Asahi kencang. Dan lagi membuat Junkyu tersentak, keluar dari bayang rekam tempo lalu pertemuannya dengan Asahi.

"Berisik."

"Ya udah, aku pulang."

Junkyu terkekeh, ia hanya bercanda, lantas menarik pergelangan tangan Junkyu untuk kemudian ia jatuhkan ke dalam pelukan.

"Ih, apa nih peluk-peluk?!"

"Gak mau di peluk?"

"Mau!!"

Junkyu terkekeh singkat, lantas mengelus lembut surai legam kekasihnya, "kamu mau tau gak kakak mikirin apa?"

"Mau, kan dari tadi juga nanya."

"Ya, bawel, iya.. ini juga mau kasih tau."

"Ya udah apa, cepet!"

"Ayo taruhan, Haruto sama Jeongwoo bakal jadian, atau nggak?"

Wajah Asahi lantas beraut datar, "kalau kata ku sih nggak."

"Kok gitu?"

Junkyu melepas pelukan, lalu menatap yang lebih pendek yang kemudian melempar tanya, "menurut kakak kalau di deketin cuma gara-gara penasaran gitu bakal jadian apa malah musuhan?"

"Dih, kata kakak mah Jeongwoo serius sama Haruto."

"Kok bisa yakin?"

Tampang Asahi seolah menantang keyakinannya, "ya bisa lah, they're soulmate. Percaya deh sama kakak."

"Halah, gaya amat solmet-solmet!"

Junkyu mendengus kecil, "tapi serius, Jeongwoo kan ga bisa liat masa depan Haruto, itu tu mungkin karena Tuhan mau Jeongwoo menjalani setiap detik sama Haruto secara langsung, gak pake gambaran dulu, kaya kita gini, siapa yang tau abis ini kita mau apa?"

"Masa sih?"

"Kamu kakak nikahin ya kalo mereka bener jadian?"

Asahi meraut sangsi, "banyak gaya, urusin dulu tuh mantan-mantan yang bertebaran!" lantas bergerak menjauh, di susul Junkyu yang melepas tawa kecil.

Walk You Home [JeongHaru]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang