Bagian (1) Anoyying Kasih

426 173 362
                                    

Kita adalah sepasang pernah yang enggak bisa jadi sekumpulan cerita indah yang harus menjelma kenangan.

When Love is Empty

🍁🍁🍁

Lian POV'S

10 April 2009

TAKDIR itu artinya ukuran. Allah berfirman bahwa segala sesuatu ada ukurannya. Misalnya, Allah menurunkan hujan ada ukurannya. Burung bisa terbang dan manusia tidak, itu pun juga contoh bahwa segala yang terdapat dalam semesta ada ukurannya.

Seorang dokter kerap kali dituntut untuk berpikiran logis dan kritis mendiagnosa berdasarkan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan,selalu saya anggap tabu,karena bagi saya hanya ada ketidak pastian di sekelilingnya.

Maka tak jarang orang yang memberikan pertanyaan 'kapan menikah?'.Pertanyaan itu memang menyentil ginjalku,menikah. One word that i never thought of. Satu kata yang tidak pernah masuk dalam daftar rencana masa depan saya. Jika, saya nanti jadi perjaka tua, saya siap-siap saja.

"Dokter Lian, pasien bernama Radit kabur lagi."suara Asraf tampak berat, hembusan napasnya tidak beraturan terdengar jelas di telepon.

"Udah kamu cari? "

"Sudah Dokter. Ini, pasien sudah di tangan saya juga.Sekarang lagi ngamuk di koridor,Dok."ucapnya terengah-engah,sepertinya ia kewalahan mengurusi pasien kabur.

Saya memijat pangkal hidung."Saya ke sana,"ucapnya sebelum memutus sambungan telepon.

Memasuki lorong saya merasa gelisah, firasat saya menyatakan jika asistennya tidak becus mengurusi satu pasien yang mengamuk. Bagaimana jika dia harus dihadapkan sepuluh pasien yang sama. Apakah dia masih membuat kerusuhan di hari libur saya?

Brugh.

Saya hampir tersungkur saat seorang gadis berjilbab menumbruknya dari belakang. Hati saya seketika tertohok,"saya menambrak gadis berhijab,"pikir saya dengan panik.

"Maaf, saya menabrakmu."ucap saya penuh penyesalan.

Gadis itu mengangguk,sebagai jawaban atas perkataan saya. Namun, kepalanya masih saja menunduk.Sedetik kemudian, ia berlari.Saya menatap tubuh gadis berhijab yang sudah menjauh.Hatiku tertarik mengambil buku kecil yang jatuh tergeletak di dekat kakiku.

"Duh, bukunya ketinggalan lagi."batin saya.

Baru membuka halaman pertama, saya teralih ke telepon dari Ashraf."Iya, Raf. Saya ke sana lima menit lagi. InsyaAllah. "

Sampai di rumah yang dikenal angker dan tak ada orang yang berani masuk keculi orang berkepentingan.Saya mendorong pagar dengan santainya dan tak jauh dari langkahnya ia menemukan sosok pria berjas putih mencekal pria dewasa dengan keadaan mabuk.

Saya tersenyum masam. Saya menyilangkan tangan di depan dada. Saya plintir tangan hingga lelaki itu mengaduh kesakitan. Dengan cepat, saya menyuntikkan obat penenang. Detik berikutnya lelaki itu pingsan.

"Ron, bantu Asraf memasukkan lelaki ini kedalam sel."perintah saya kepada seorang berbaju putih di sampingnya.

"Baik,Pak."

Setelah menginyakan perintah Lian,Ashraf dan Roni mengangkat lelaki yang tak sadar itu ke dalam sel yang tak jauh dari koridor rumah sakit.

***

Saking penasarannya,saya tergugah untuk membuka buku yang tak sengaja wanita itu tinggalkan. membaca satu persatu aksara yang tertulis rapi di sana.

Sudah biasa sedih
Sudah biasa sedih
Sudah biasa sedih

Afternoon Depresion |Tamat✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang