Bagian (5) Ekstra Ordinary You

230 89 137
                                    

"Kenapa Mas Lian gak cari yang lebih sempurna dari Kasih?"  ucapku dengan suara sekecil mungkin dan kesannya seperti orang habis tersedu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kenapa Mas Lian gak cari yang lebih sempurna dari Kasih?"  ucapku dengan suara sekecil mungkin dan kesannya seperti orang habis tersedu.

" Langit pun tak menjelaskan mengapa dia berwarna biru,dan seperti aku yang tak bisa menjelaskan mengapa aku mencintaimu." balasmu  sembari mendongakkan daguku,agar aku menatap manik matamu.

Afternoon Depression

🍁🍁🍁

ANISA menatap Langit yang sedang sibuk menendang bola.Dia adalah yang paling lincah dilapangan,beberapa kali mendapatkan poin dan membuat para gadis terpesona.

Kaki Anisa sudah sampai koridor.Ia berjalan lurus meninggalkan lapangan.Anisa mendengar dari belakang langkah kaki seseorang,yang berlari.Langkah kaki itu terhenti tepat di depan Anisa.Ada langit di depan matanya.

"Kenapa Kak Langit?"Anisa menatap langit dengan sebal,sembari jemarinya memegang buku yang ia pinjam dari perpustakaan.

"Pinjem,ya!"Langit merampas buku Seno Gumira Ajidarma dan turut merampas catatan berisi puisi-puisi yang ia tulis dan ... beberapa buatan Lian.Dia terus berlari ke lapangan,sementara di lapangan,Anisa tidak mengerti mengapa banyak siswa dan siswi telah berkumpul disana.

Demi mie ayam ibu kantin,tolong jangan dibuka.Diam-diam Anisa merapal dalam hati,jika Langit membaca puisi itu semua akan hancur.Tapi,Anisa terlambat.

"Kamu adalah orang yang selalu ada dalam doa,kamu yang hadir dalam duka,menguatkan ketika rapuh,melindungi ketika tertindas.Kamu yang menjadi pelipulara dan dengan namamu keseharianku untuk bersyukur bertambah satu."Langit mulai membacakan salah satu puisi Anisa dengan suara lantang.

Anisa ketakutan dan berlari.Ketika kaki Anisa semakin dekat dengan Langit,Langit langsung mengangkat catatan puisinya tinggi-tinggi hingga Anisa terus berusaha.Tapi tidak ada yang menolongnya menggagalkan Langit untuk membaca puisinya,semua orang malah mengunci tatapannya pada Langit.Menatap lelaki itu dengan tatapan lugu,malu dan sedikit candu.Menyebalkan.

Langit berjalan dengan santai,mengelilingi setiap siswa dan siswi yang berkumpul di lapangan,"ada tubuh yang dipeluk pilu kerinduan.Aku harus seperti apa?Mataku terpejam,menutup rindu yang sudah mengumpal.Ragaku meronta,tertahan sunyi yang kian berteriak lantang....(Kerinduan itu menunjuk kau,Aulian.)"

Langit berhenti mengucapkan puisi di tengah jalan,ada dua baris yang belum ia sebut.Iris coklatnya mengamati dan seketika ekspresinya berubah;dari heran,lalu kaget.

Mampus!Sudah jatuh,tertimpa mangkuk mie kosong ini mah!

Anisa masih berusaha keras merebut catatannya,tapi para siswa-siswi berlonjak senang,meminta dibacakan puisi lainnya.Langit langsung menurunkan catatan tepat di depan mata Anisa,sehingga Anisa tak perlu melompat lagi untuk meraih catatannya.Dia memberikan buku itu kepada Anisa,kemudian meletakkannya dijemarinya.

Afternoon Depresion |Tamat✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang