Bagian (4) Awal Kisah Kita

234 94 157
                                    

Seorang pujangga pernah berkata;mencintai itu bukan kata kerja, juga bukan kata benda, tapi ia adalah kata sifat. Sifat yang membuna mata untuk melihat ketulusan.

When Love is Empty

🍁🍁🍁

Gluduk, gluduk!

Suara pertir menyambar disertai langit yang temaram. Angin dingin berhembus menerbangkan dedauanan di trotoar,tampak memukau indah namun juga membawa sensasi kelam yang menambahi gelapnya sore ini.

Anisa menggosok-gosok telepak tangannya supaya badannya merasa hangat. Ia berencana untuk sholat Magrib berjamaah di Masjid dekat Panti Asuhan, sayangnya Allah punya rencana lain.

Anisa mengamati sekitar halte.Ada beberapa orang yang berlari ke arahnya,sepertinya mereka ingin berteduh.Ia tertawa miris.

Gluduk! Gluduk!

Suara gemuruh kembali terdengar, kali ini disertai hujan yang mulai turun rintik-rintik."Aduh,ya Allah,"Anisa berseru panik. Diambilnya payung berwarna coklat dari tasnya, lalu ia menoleh ke arah lelaki yang berdiri disampingnya.

"Tuan,mau sholat sama kayak saya?"tanya Anisa memastikan. Lalu, lelaki itu mengangguk pelan.

"Kalo gitu, sama saya saja,"ajaknya.Lelaki itu hanya berdehem dan melangkah menuju Anisa. Mereka berdua berjalan dengan langkah terseok-seok karena menghindari genangan air yang mulai tercipta.

Sampai di depan Masjid. Mereka berpisah, Anisa langsung berjalan menuju tempat wudhu wanita. Tanpa Anisa sadari, lelaki yang ia bantu beberapa menit lalu tampak menengok dirinya sekilas.

Anisa mendengar lantunan adzan,dan lagi-lagi ia terpana. Suara itu, suara yang sama saat dirinya berada di Panti Asuhan beberapa waktu yang lalu.Suara yang membuat hatinya terenyuh dan mengharu biru, serasa ada yang mengglitik hatinya.

Ketika Shalat selesai, ia ikut berdzikir bersama jamaah yang lain. Tangannya menengadah untuk berdoa, dan ketika tangannya membasuh wajah untuk mengaamini, ia baru sadar jika di pipinya,telah mengalir air mata.

Anisa keluar dari Masjid, dan duduk di pinggiran Masjid. Ia menutup kembali payungnya, hujan sudah reda sedari tadi dan payungnya sudah tidak perlukan lagi. Lelaki yang sama datang menghampiri Anisa, Anisa tidak enak jika meninggalkan.

"Terimakasih untuk bantuannya,"ucapnya.Anisa hanya berdehem sebagai jawabannya.

"Kenapa kamu mau nolongin saya? Padahal nggak kenal sama saya,apalagi tadi berdiri satu payung dengan orang bukan mahrom."

Anisa mendongak."Karena sesama muslim harus membantu,kata seseorang yang pernah membantu saya dalam kesulitan,"ucapnya kemudian berlalu meninggalkan lelaki itu.

Wajah lelaki itu langsung berubah."Tunggu!"serunya.

Anisa menoleh."Iya? "

"Boleh saya tahu dimana alamat rumahmu? "

0ooo0

"Aku ada bukan hanya untuk menemuimu berbahagia. Tapi juga untuk menemuimu dalam segala masalah yang tak bisa kau katakan pada dunia."

***

Entah apa yang terjadi kepada logika Lian sejak kemarin malam?Siang ini, setelah ia melakukan pekerjaan rumah sakit. Dia benar-benar mencari rumah Anisa.Ya,gadis yang tak segan-segan membagi payung kecil itu bersamanya,orang yang bukan mahromnya.

Ia memasuki gerbang rumah keluarga Rajendra yang begitu besar dan berhenti tepat dihalamannya. Ia keluar dari mobil dan menghampiri wanita paruh baya yang sedang menyirami bunga.

Afternoon Depresion |Tamat✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang