Setelah pertemuan di pernikahan Luna waktu itu, jangan berpikir bahwa Arjuna dan Senja akan langsung bersama seperti pada sinetron yang Senja tonton. Arjuna masih sangat sibuk koas, ia seperti tidak punya waktu untuk memikirkan cinta. Jangankan cinta, untuk tidur sejenak aja ia kewalahan.
Setidaknya, itulah yang dipikirkan Senja. Beberapa kali, Senja masih setia mengunjungi makam Alaska untuk sekedar melepas rindu dan melayangkan doa-doa. Senja sudah sepenuhnya mengikhlaskan Alaska. Namun, cerita dan cinta mereka tidak akan sampai disitu saja. Jika ada kehidupan selanjutnya, Senja akan selalu mencari Alaska bahkan sampai ujung dunia sekalipun. Ia akan tetap jatuh hati pada Alaskanya. Itu terbukti, bertahun-tahun tidak bertemu, tidak bercakap, tidak saling menatap, namun Senja tetap merindukan dan mencintai Alaska.
Namun, hidupnya harus tetap berjalan dengan baik.
Setelah lulus kuliah, Senja bekerja sebagai pegawai di perusahaan yang dikelola oleh ayahnya Leon. Satu departemen dengan Leon pula. Sudah terhitung dua tahun Senja bekerja disana.
Namun, di tempat kerja, Senja harus setia menghormati seniornya itu walau terkadang sikapnya sangat menjengkelkan.
"Neng, ayo bareng abang!" teriak Leon dari dalam mobilnya ketika melihat Senja berdiri dipinggir jalan sepulang kerja.
Senja menggeleng, "Enggak! Makasih!"
"Gue gak nawarin, gue maksa."
"Apasih lo prik banget."
"Cepet masuk atau gue culik?" Tanya Leon yang sudah berancang-ancang keluar mobil.
"Yaelah," Walaupun sedikit kesal, Senja tetap menurut. Lebih baik begitu daripada ia harus diculik oleh seorang Leon yang terkadang tingkahnya tidak masuk akal.
Suasana hening sesaat di dalam mobil. Tidak ada lagu, dan Leon tidak mengajak bicara.
Senja berdehem, merasa tidak nyaman. Ia harap Leon membuka percakapan. Namun, tidak ada respon. Pria itu fokus menyetir. Senja jadi bertanya-tanya, apakah ia marah perihal Senja yang suka menolak ajakannya untuk pulang bersama?
Bukannya ia tidak mau, hanya saja rumahnya berbeda arah dan takut merepotkan. Mungkin Leon masih menganggap Senja pacar dari sahabatnya yang harus ia jaga setelah sahabatnya pergi.
"Kenapa ehem-ehem mulu dah, keselek lo?" Tanya Leon setelah Senja secara tidak sadar berdehem lagi.
"Enggak, haus doang."
"Mau mampir beli minum?"
Senja mengangguk, "Boleh."
Mobil Leon menepi ke sebuah minimarket pinggiran kota. Bukan hanya Senja yang turun mobil, tapi Leon juga. Ia membeli beberapa minuman dan camilan. Setelah Leon membayar, ia duduk di kursi yang sudah disediakan minimarket itu. Senja mengikutinya.
"Makasih ya, kak."
"Santai aja," Ucap Leon sambil meneguk menumannya.
Mereka sama-sama diam dan memperhatikan jalanan malam. Suasana kota sedikit sepi, hanya ada mereka yang duduk di tempat ini.
"Gue mau ngomong serius boleh?" Tanya Senja.
"Gak boleh, gue lebih suka bercanda."
"Serius dulu, kak."
Leon tertawa kecil, "Iya boleh."
"Kalo kak Leon bersikap terus-terusan seperti ini karena masih nganggep gue pacarnya Alaska dan berpikir masih bertanggung jawab ngejagain gue setelah Alaska pergi, mending sudahin kak. Jujur, gue ngerasa gak nyaman. Gue harus tetap professional di tempat kerja, tapi gue juga kadang ngerasa risih kalo orang-orang kantor nganggep kita ada hubungan spesial karena kakak memperlakukan gue dengan sangat baik."
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja Di Teluk Alaska | ✔
Fiksi Remaja[END] "Bahkan hingga akhir, Senja tetap terbenam di Teluk Alaska." (sedang dalam proses revisi, banyak bab yang masih berantakan)