Rintik hujan yang jatuh di pagi hari mengawali pertengahan bulan desember tahun ini. Tidak terasa, sudah akhir tahun. Mata Senja menerawang langit yang mendung, udaranya menyejukkan.
Bukan jemuran, apalagi semangkuk indomie rebus. Yang ada di pikirannya, apa yang sudah ia habiskan selama satu tahun terakhir?
Jatuh cinta dengan Alaska?
Ah, ia tidak bisa memikirkan alasan lain selain Alaska. Ya, Alaska merubah hidupnya yang semula datar seperti jalan tol, kini penuh tantangan seperti terjalnya menuju puncak gunung. Senja menikmati perjalanan panjang ini.
Sepertinya, hujan tidak akan berhenti dalam waktu dekat. Apakah Senja membolos sekolah saja?
Ia mengeluarkan handphone dan langsung menelvon Alaska.
Tak berapa lama berdering, televonnya di jawab.
"Assalamualaikum, dengan siapa dimana?" sapa Alaska
"Dengan Senja, di hatimu." jelas Alaska tahu, Senja tengah menggodanya.
Kekehan gemas terdengar di sebrang televon, "Jawaban anda benar. Selamat, anda mendapatkan saya!"
Senja tak bisa menahan senyumnya, kalau saja Alaska disampingnya sudah pasti ia pukul karena gemas, "Apaan sih lo garing banget."
"Tapi tetep cinta mah gak apa-apa. Jadi ada apakah gerangan adinda menelvon kakanda? Perihal rindu?"
"Iya nih, perihal rindu. Jadi, apa bisa kita bertemu?"
Walau terdengar agak cringe dua sejoli ini tak peduli. Toh, mereka sedang di mabuk kasmaran.
Tak terdengar suara dari Alaska, sepertinya pria itu agak tercengang, "Tunggu lima menit, gue otw." dan setelahnya televon mati sepihak.
Bukannya kesal Senja malah terkekeh. Alaska begitu bersemangat bertemu Senja. Bolos sekolah sekali lagi, tak apa-apa kan?
Setelah lima menit.. Alaska belum juga sampai.
"Macet kali ya?"
Sepuluh menit kemudian, hujan sudah reda.
"Mungkin tadi neduh dulu."
Tiga puluh menit, Senja resmi telat sekolah.. dan Alaska belum juga datang.
"Alaska kemana?"
__________Berkilo-kilo meter dari tempat Senja menunggu, Geraldi dan Wilona sedang tergesa-gesa menuju rumah sakit ketika mendapati kabar bahwa Alaska terpeleset dari motor karena hujan.
Hanya terpeleset, namun Wilona tahu. Alaska seperti porselin, tidak boleh jatuh, tidak boleh terluka. Akibatnya akan fatal.
"Kenapa belum mulai pengobatan? Sebenarnya penyakit Alaska ini sudah agak telat di tangani, namun kenapa masih di undur?" tanya dokter Ryan yang menangani Alaska saat itu.
Geraldi dan Wilona hanya diam, tak tahu harus menjawab apa.
Dokter Ryan menghela nafas, sepenuhnya ini bukan salah mereka. "Alaska gak apa-apa, hanya tergores di bagian lutut dan siku. Darahnya tadi sempat sulit berhenti, namun sudah bisa di tangani. Ia harus istirahat selama beberapa hari dan segera mulai pengobatan."
Tak ada kata lain yang bisa Wilona ucapkan selain terima kasih. Karena kejadian ini, Geraldi bahkan meninggalkan meeting bernilai ratusan juta hanya demi anak semata wayangnya.
Seperginya dokter Ryan, Wilona jatuh terduduk. Ia lemas, tak tahu harus bagaimana.
__________Karena hujan pagi ini, banyak siswa siswi yang tidak masuk sekolah. Namun berbeda dengan tiga cecurut, demi uang saku tentunya.
Alhasil, banyak guru tidak masuk juga. Betapa senangnya, freeclass sejak pagi.
"Lang! Ngelamun aja mikirin utang?" tanya Leon, membuyarkan lamunan Gilang.
"Apasih lo ganggu aja."
"Sensi amat lo pagi-pagi," cibirnya.
Galaksi melirik, tak biasanya Gilang yang hobinya bermain banyak pikiran, "Lo kenapa sih akhir-akhir ini banyak diemnya?" tanya nya.
"Lo gak bakal ngerti jalan pikiran gue."
"Aneh aja, baru ini gue liat lo mikir."
Gilang mendelik, "Setan."
"Lo ngerasa aneh sama Alaska gak sih? Akhir-akhir ini dia sibuk sampe jarang keliatan." kali ini giliran Leon yang berbicara.
Galaksi hanya mengedikkan bahu.
"Menurut lo gimana?" tanya Leon pada Gilang.
Mata Gilang menatap lurus kearah Leon, "Sebenernya, ada hal yang menurut gue harus kalian tau." perkataannya kali ini menarik perhatian Galaksi. Gilang melanjutkan, "Nanti kita kerumah Alaska, gue mau mastiin sesuatu."
"Najis! Sok misterius banget."
"Gue serius, Leon."
Galaksi mengangguk, "Ajak Senja sekalian?"
"Iya, ajak Senja."
"Emang lo udah baikan sama dia?" tanya Leon serius.
Gilang sempat berpikir, "Awalnya, gue emang rada kesel sama dia. Karena dia, Alaska berubah jadi bucin tolol, jarang ad waktu sama kita, segala hidupnya jadi tentang Senja dan Senja. Gue kesel. Tapi lama-lama gue mikir, ini kali pertama Alaska merasa hidup. Sebelumnya, hidup Alaska ya cuma gitu-gitu aja. Game, basket, sekolah sering bolos, udah. Semenjak ada Senja, gue baru liat mata Alaska sehidup itu."
Galaksi dan Leon menyetujui. Mereka semua merasakan hal yang sama.
__________Sudah sepuluh jam Alaska terbaring, tidak membuka matanya sama sekali. Suhu tubuhnya pun meningkat sangat panas, dokter Ryan sudah berupaya dengan usaha terbaiknya.
"Kita tunggu besok ya, berdoa aja semoga bisa cepat membaik dan memulai pengobatan khusus untuk penyakitnya."
__________Untuk anak kesehatan, maaf kalau ada salah dalam penulisan kata atau tindakan yang menyangkut perihal sakit. Karena saya bukan anak kesehatan.
Terimakasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja Di Teluk Alaska | ✔
Teen Fiction[END] "Bahkan hingga akhir, Senja tetap terbenam di Teluk Alaska." (sedang dalam proses revisi, banyak bab yang masih berantakan)