SUDAH tiga hari sejak Bara di rawat di rumah sakit. Perlahan-lahan pria itu mulai membaik. Orang tua pria itu sudah meninggal sejak Bara kecil karena sebuah kecelakaan. Di peristiwa itu, hanya Bara yang selamat. Namun sayang, dirinya di cap sebagai pembawa sial oleh nenek dan kakeknya sampai Bara kecil tak diakui lagi oleh keluarga. Dia di rawat oleh om dan tantenya sendiri, dan pindah ke rumahnya. Sejak ia pindah, di rumah baru itu lah Bara bertemu dengan Raina dan Dara.
Rumah mereka berada tepat di samping rumah yang ia tinggali. Awalnya, Bara merasa terganggu setiap kali Raina berusaha untuk mengajaknya berteman. Ia lebih menyukai Dara yang acuh tak acuh padanya. Namun lama-kelamaan, Bara merasa terbiasa dengan kehadiran Raina. Gadis itu sangat manis di tambah celotehannya yang sangat menggemaskan.
Bara satu sekolah dengan Dara, sedangkan Raina ia sekolah di tempat yang berbeda dengan mereka. Yang Bara tidak tahu, Raina selalu di bully oleh teman-temannya di sekolah, namun ia tidak pernah mengeluh. Hanya saja terkadang, gadis itu pulang dengan banyak luka lebam yang ia bilang karena jatuh.
Rumah pohon, ayunan depan rumah Raina, serta lapangan menjadi saksi bisu kisah manis mereka. Sejak dulu Bara sudah menyukai Raina, dan semakin lama perasaan itu semakin besar. Puncaknya, saat Raina di temukan tewas tenggelam, Bara sangat terpukul. Walaupun saat itu ia masih sangat kecil, Bara ingat dengan jelas rasanya.
Ia tidak menangis di depan jasad Raina, namun saat Raina sudah di kebumikan, Bara menangis histeris di depan Dara. Gadis itu adalah saksi keterpurukan Bara akibat meninggalnya Raina. Hingga suatu hari, Dara dan keluarganya pindah rumah serta pindah sekolah. Bara sendiri lagi.
Selama beberapa tahun, Bara terus mengingat Raina. Saat dirinya menginjak kelas tiga SMP, Bara mendengar Aldo, kakak Dara dan Raina di penjara akibat hampir membunuh Senja-- yang ia pikir orang yang membuat Raina bunuh diri. Saat masuk SMA, Bara memutuskan untuk pindah ke tempat Senja sekolah agar bisa membalaskan dendamnya. Di SMA garuda lah ia juga menemukan Dara dengan dendam yang sama.
Namun lama-kelamaan, Bara menyadari bahwa selama ini Senja tidak bersalah. Disisi lain, dirinya sudah bertindak sejauh ini dan tidak memiliki orang selain Senja untuk ia lampiaskan atas kematian Raina. Karena alasan itu, Bara tega melakukan semuanya.
Dan patah tulang serta memar-memar, adalah harga yang pantas di bayar oleh Bara. Ia tidak marah pada Alaska, malah ia berterimakasih karena dengan begini ia impas karena sudah menyakiti Senja dan meneror nya.
"Nih makan." Dara menyodorkan makanan rumah sakit.
Tidak ada respon dari Bara, pria itu terus menatap televisi yang menyala namun dengan tatapan kosong.
"Bara!" panggil Dara lagi.
Bara tersadar dari lamunannya, "Apa?"
"Ngapain sih ngelamun mulu? Ini makan!" suruh Dara lagi.
Bara menatap makannya, daripada harus berdebat dengan Dara, lebih baik ia memakan makanannya saja.
"Eh iya, tadi om sama tante lo dateng pas lo lagi tidur."
Bara mengangkat satu alisnya, "Terus?"
"Gak papa sih kasih tau aja."
Setelah beberapa suap, Bara tidak melanjutkan acara makannya lagi. Diliriknya Dara yang sedang sibuk menonton acara youtube korea kesayangannya.
"Ra.." panggil Bara.
Dara tidak menoleh, "apa?"
"Mey.." panggil Bara lagi.
Nama 'Mey' adalah nama kecil Dara yang ia dapatkan dari Bara. Gadis itu tak menyangka ia akan mendengar nama itu lagi.
"Lo manggil gue apa?" tanya Dara speechless.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja Di Teluk Alaska | ✔
أدب المراهقين[END] "Bahkan hingga akhir, Senja tetap terbenam di Teluk Alaska." (sedang dalam proses revisi, banyak bab yang masih berantakan)