__________
Dara sudah meminta maaf kepadanya. Begitu pula permintaan maaf Bara yang di wakilkan oleh gadis itu. Walaupun bukan malaikat, Senja juga bukan seorang iblis. Ia tetap memaafkan mereka.
"Gimana? Udah lega?" Alaska memberikan satu cone es krim rasa strawberry pada Senja. Gadis itu menerimanya dengan senyum merekah.
"Udah, ya walaupun gue tau pertemanan gue sama Dara gak bisa kayak dulu lagi." gadis itu memasukkan gigitan pertama es eskrim kedalam mulutnya, lalu mengerjab lucu karena dingin.
Masa skors Alaska sudah selesai, hanya tinggal beberapa hari lagi sebelum masa skors Dara juga selesai. Senja dan teman-temannya sudah mendengar tentang kepindahan Bara, ia turut sedih.
"Si Leon ngajak liburan, katanya mau survey villa baru punya keluarganya di pinggir pantai."
"Kapan?"
"Abis festival sekolah."
alis Senja mengernyit, "Emangnya Leon se kaya itu sampe punya Villa?"
"Iya. Lo tau mall besar yang waktu itu kita datengin buat nonton? Itu salah satunya."
Senja terkagum-kagum, ia tak menyangka. "Enak kali ya gue selungkuh sama Leon?"
"Gue pikir lo cukup pinter, Ja. Walaupun Leon kaya, tapi otaknya cuma seuprit. Kalo di timbang paling gak sampe satu ons." Alaska menggingit es krim nya yang kesekian kali.
Dari arah belakang, datang Leon yang langsung menggeplak kepala Alaska gemas, "Lo kalo mau ghibah liat-liat tempat. Gak liat dari tadi gue disini?"
Alaska dan Senja menatap tak suka, "Lo ngapain disini? Ngobrol sama pohon?"
Kali ini Leon mengambil tempat untuk bergabung dengan Senja dan Alaska. "Gue ngikutin kalian tadi. Takut aja berdua-duaan di tempat sepi, terus yang ketiga setan. Kan jadi hilaf anu-anu."
"Iya lo setannya," celetuk Senja asal.
Mata Alaska melirik eskrim Senja yang belepotan di pinggir bibirnya, "Lo kalo makan kayak anak kecil sih."
"Modus aja itu," cibir Leon.
Senja tersenyum kuda, belum sempat ia bersihkan, Alaska lebih dulu mengecap eskrim yang menempel di pinggir bibirnya dengan mulutnya sendiri.
Tindakan itu terlalu tiba-tiba, membuat Senja membatu begitu pula Leon yang melihat.
"Asu! Ternodai mata gue. Emang peran gue disini sebagai setan kayaknya!" Leon berdecak kesal lalu bangkit dari tempat duduknya. Ia berjalan menjauh, meninggalkan Alaska dan Senja berdua.
"Lo kenapa diem git- aarkkhhh!" perkataan Alaska terpotong ketika tiba-tiba Senja menggigit lengannya.
"Kenapa sih? Kok gue digigit?" Alaska mengelus tangannya, ada bekas gigitan yang cukup dalam disana.
"Pengen aja. Abisnya lo ngeselin."
__________Hari-hari sibuk SMA Garuda telah dimulai. Andan-- sang ketua osis --sedang memberi pengumuman bahwa beberapa hari lagi, festival tahunan yang di adakan SMA Garuda akan dimulai.
Arjuna sebagai kapten basket harus berlatih terus-menerus, membuat Luna kesal karena tidak pernah punya waktu untuk mengganggu pria itu. Yang ia lakukan hanya menontonnya dari pinggir lapangan.
Sebenarnya, ia sudah punya jadwal lain. Yaitu latihan dance, namun karena dirasa Luna sudah mahir, gadis itu lebih memilih menonton Juna. Sepertinya, Juna juga tidak merasa terganggu.
"Luna!" Luna menoleh saat mendapati Andan sudah berlari mendekatinya.
"Gue bisa minta tolong lo?" tanya Andan langsung.
Luna melirik, "Boleh. Tapi jangan yang berat-berat. Minimal kasih gue makan abis gue tolong."
Andan terkekeh, "Iya. Gue beliin makan nanti lo mau apa ambil aja. Tapi tolong gue dulu."
"Apaan emang?"
"jadi MC buat acara Lusa. Osis kekurangan orang."
Luna menggeleng, "Kalo itu gue gak bisa. Gue juga sibuk soalnya."
"Ngapain? Ngebucinin Juna?"
"Itu bener sih, tapi gue juga harus tampil di acara itu pas bagian dance penutupnya."
Andan mengangguk mengerti. Luna memang anak dance dan jabatannya juga lumayan penting. Lalu, ia harus minta siapa untuk membantunya?
Melihat Andan yang bingung, Luna segera memeri usul, "Senja aja. Kayaknya itu cewek gak sibuk apa-apa."
Ah, benar juga.
Sang ketua osis tersenyum senang, lalu melambai dan segera pergi dari lapangan basket.
Baru saja Luna berbalik badan, ia terkejut ketika sudah mendapati Juna yang berdiri di depannya dengan wajah menyeramkan. Sangat datar, tanpa ekspresi, dengan satu tangan memegang bola basket.
"Loh, udah sele-"
"Lo ada hubungan apa sama dia?" tanya Juna langsung.
Luna gelagapan, "Gak ada, dia cuma temen sekelas gu-"
"Kalo lo gak niat nonton gue mendingan lo pergi."
"Nawaitu nonton Juna maen basket," ucap Luna random.
Arjuna berdecak, raut wajahnya masih datar, "Pergi aja sana lo."
"Nanti gue pergi lo kesepian."
Tiba-tiba saja, Arjuna mengacak-acak rambutnya sendiri seperti orang gila, "Arkhh, lo bikin gue gila tau gak?"
Luna semakin bingung, "Gila kenapa sih?"
"Gue cemburu gue gak suka lo deket-deket Andan!" ucap Juna nggegas tanpa nafas.
Astaga, Juna menggemaskan sekali saat marah.
__________"Jadi gimana? Lo setuju gak?" tanya Andan.
Senja memegang kertas di tangannya, ia beralih menatap Andan, "Jadi gue MC acara pembukaan sama penutup?"
"Iya."
"Sama siapa?"
"Sama gue."
Akhirnya, Senja mengangguk. Ia menyetujui permintaan Andan tanpa syarat apapun. Lagi pula, sepertinya menjadi moderator tidak terlalu buruk untuk Senja.
__________
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja Di Teluk Alaska | ✔
Novela Juvenil[END] "Bahkan hingga akhir, Senja tetap terbenam di Teluk Alaska." (sedang dalam proses revisi, banyak bab yang masih berantakan)