Sekolah sudah berakhir sejak dua jam yang lalu dan hari pun sudah mulai sore. Leon sedang berkutat dengan tiga kucing ras yang masing-masing ia beri nama Robert, Andrea, dan Violetta. Ia mengamati tiga makhluk lucu yang sedang makan itu dengan perasaan gemas.
"Aduh lucunya anak-anakku," gumamnya sambil tersenyum.
Namun, mata Leon memicing ketika dirinya melihat Violetta yang terlihat agak gemukan, apalagi di bagian perut. Pria itu langsung menggendongnya, "Letta, kok kamu gemukan?"
Beberapa menit Leon berfikir, lalu ia sampai pada satu kesimpulan bahwa, "Jangan-jangan kamu hamil?!" histerisnya terkejut.
Dengan hati-hati Leon meletakkan Violetta kembali, "Siapa yang hamilin kamu?!" namun pertanyaan Leon hanya dibalas meong-an tak jelas.
"Kamu ngomong apa sih aku gak ngerti!"
Pria itu sudah frustasi memikirkan siapa yang menghamili kucing betina keasayangannya, "Pasti di antara Andrea sama Robert ini." ucapnya yakin.
Makanan kedua kucing jantan itu Leon rebut dan ia sembunyikan. Andrea terus mengeong, sedangnya Robert mencari-cari makanannya, "Andrea! Robert!" Leon mengangkat tubuh dua kucing itu agak berjejer di depannya.
"Siapa diantara kalian yang udah ngehamilin Letta?" tak ada jawaban, mereka malah keluar barisan.
Leon semakin frustasi, "Jawab papa!"
Lagi-lagi hanya meong-an yang terdengar, Leon sudah berniat menceramahinya, "Haduh kalian ini! Violetta itu masih dibawah umur! Kalian juga. Kalo polisi kucing tau, kalian bisa dipenjara! Sekarang yang ngehamilih Violetta siapa?"
"Robert ya? Apa jangan-jangan Andrea? Ah ini pasti Andrea, kamu kan badcat! Kemaren aja kamu udah ngehamilin si kucing tetangga kan?"
Astaga, kemana kah perginya kewarasan seorang Leon?
"Leon, kenapa sih teriak-teriak?" seorang wanita paruh baya yang masih sangat cantik datang dari arah dapur sambil membawa setoples biskuit.
Siapa lagi jika bukan Fany-mama Leon.
"Ma! Violetta hamil!" adunya.
"Ya terus? Biarin lah."
"Tapi kan belum cukup umur!"
Fany menghela nafas lelah melihat kebodohan anaknya, "Terus kamu harus nunggu Letta umur sembilan belas tahun dulu gitu baru boleh hamil? Keburu mati lah!"
"Mama!" Leon malah semakin merengek.
Tingggg.
Tiba-tiba saja bel rumah Leon berbunyi.
"Siapa tuh?" tanya Fany.
"Entah."
"Bukain sana," suruh mamanya.
Leon menggeleng, "Aku masih mau nyidang si Andrea sama Robert. Mama aja."
"Kamu mau ya mama kutuk jadi mi ayam?"
Tiba-tiba saja Leon berdiri tegak, lalu hormat, "Siap laksanakan ibu negara," lalu berjalan menuju pintu.
Sesaat pintu terbuka, ia terkejut ketika mendapati Alea yang datang kerumahnya.
"Gue boleh masuk?" tanya Alea.
Leon mengangguk kaku, dirinya masih terkejut. Alea langsung duduk di sofa Leon tanpa disuruh.
Pria itu membawakan Alea camilan dan air putih.
"Gue boleh minta jus jeruk aja?"
"Gak boleh. Gue gak ada jeruknya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja Di Teluk Alaska | ✔
Fiksi Remaja[END] "Bahkan hingga akhir, Senja tetap terbenam di Teluk Alaska." (sedang dalam proses revisi, banyak bab yang masih berantakan)