Pagi ini, majalah dinding masih penuh dengan rumor yang menyebutkan bahwa Senja adalah si pembunuh Raina. Gadis itu merasa sangat terintimasi di setiap ia melangkah menuju kelasnya.
Dengan setia, Darren terus memarahi siapapun yang berani mendekati mading, dan terus merobek kertas yang berisikan beeita mengenai Senja.
Gadis itu jalan menunduk, sampai tak sadar ia menabrak bahu seseorang. Senyumnya merekah sempurna ketika ia mendapati Alaska yang berada di depannya.
"Alaska- eh?" belum selesai Senja bicara, Alaska sudah berjalan melewatinya tanpa berbicara apapun.
Apa Alaska mengabaikannya?
Gadis itu menatap punggung Alaska yang menjauh tanpa menoleh sedikitpun, para murid mulai membicarakannya.
Senja masih tetap harus berpositif thinking, mungkin Alaska hanya terlalu lelah. Ia kembali berjalan menunduk menuju kelasnya.
Suasana dikelasnya pun tak jauh beda. Ia disambut dengan tatapan sinis dan sebuah tulisan besar di papan tulis yang mengatakan bahwa Senja seorang pembunuh.
Gadis itu serasa ingin menangis.
Luna berusaha menghapus tulisan itu, "Anggep aja hari ini lo gak liat apa-apa dan gak denger apa-apa."
Senja mengangguk paham, ia duduk disamping Dara yang sedang sibuk mendengarkan podcast dengan earphone di telinganya.
Tiba-tiba saja, Bara yang baru datang menghampiri Senja.
"Ja, lo gak papa?" tanya Bara.
Senja menggeleng, ia agak terkejut dengan kehadiran Bara yang akhir-akhir ini ia lupakan, "Eh.. gak papa kok."
"Mata lo sembab? Abis nangis?" tanyanya.
Senja menggeleng lagi sambil tersenyum paksa.
Dara melepas eaphone nya, "Kepo amat sih lo."
"Kalo diliat-liat, nama sama muka kalian kok mirip ya?" celetuk Senja asal.
Dara dan Bara saling berpandangan, "Idih gue dimiripin sama dia? Mati aja sono."
"Dara! Mulut lo minta di plester ya!" balas Luna yang baru datang.
Senja hanya terkekeh kecil.
Tiba-tiba saja, Ella si gadis ketus menyeletuk, "Ebis bolos bisa haha hihi haha hihi di kelas, enak amat ya. The power of orang cantik."
Seketika Senja terdiam. Walaupun Ella tidak berkata bahwa perkataan itu untuknya, namun ia yakin bahwa Ella menyinggungnya karena berita bahwa ia membolos dengan Alaska kemarin sudah tersebar luas.
"Mulut lo dijaga ya!" bentak Luna sambil menggebrak meja.
Kini mulai Ryan, laki-laki bermulut lemes yang angkat bicara, "Lo gak usah muna deh Lun! Kan emang kenyataannya gitu, mauan aja temenan sama pembunuh. Hati-hati loh lo korban selanjutnya."
Luna sudah naik pitam, "Heh titisan gorila, lo kebanyakan temenan sama cewe-cewe gak bener ya? Apa lo iri sama Senja? Secara lo kan maho, terus kenyataannya cowo ganteng disini banyak yang suka sama Senja dan lo gak ada kesempatan buat dapetin cowo. Iyakan? Ngaku lo!"
Tidak terima di olok-olok, Ryan sudah mulai ancang-ancang untuk mendatangi meja Luna dan menjambak rambutnya, untung saja segera ditahan oleh sang ketua kelas.
"bisa diem gak?!" bentak ketua kelas.
Saat mendengar bentakan ketua kelas yang terkenal sabar, mereka langsung terdiam. Tiba-tiba saja, dari arah pintu Arjuna datang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja Di Teluk Alaska | ✔
Teen Fiction[END] "Bahkan hingga akhir, Senja tetap terbenam di Teluk Alaska." (sedang dalam proses revisi, banyak bab yang masih berantakan)