[36] Selamat Ulang Tahun, Senja!

1.8K 122 17
                                    

Di suatu pagi yang temaram, bau tanah sehabis hujan menyeruak masuk kedalam hidung Alaska. Menyalurkan suasana nyaman yang sekarang jarang sekali ia dapatkan. Di tatapnya taman rumah sakit yang kini sudah seperti rumah keduanya.

Hari ini jadwal kemoterapi dan tentu saja.. ulang tahun Senja.

Sebenarnya, Alaska sudah menyiapkan sebuah hadiah. Namun, hubungan mereka sudah usai. Alhasil, ia bingung harus memberikan hadiahnya atau tidak.

"Mama mana?" tanya Geraldi --papa Alaska-- yang baru saja datang membawa secangkir kopi untuk dirinya sendiri.

"Cari sarapan."

Geraldi ikut duduk di samping putranya. Walau mereka tak terlalu dekat, namun rasa sayang keduanya sungguh tak dapat terukur. Geraldi kadang memang sibuk dengan kerjaan hingga lupa dengan keluarga kecilnya, namun sifat ke-ayah-an nya tidak akan pernah hilang. Apalagi, saat tahu Alaska sakit, ia lebih banyak meluangkan waktu dengan keluarga.

"Kamu lagi galau?" seakan merasakan kegundahan yang Alaska rasakan, Geraldi tiba-tiba bertanya.

Tanpa di paksa Alaska mengangguk. Di tatapnya kotak biru berpita hitam --hadiah untuk Senja-- lama.

"Senja ulang tahun hari ini. Alaska udah beli hadiahnya jauh-jauh hari. Tapi sayangnya, kemaren kita putus." Alaska memulai cerita.

"Putus kenapa?"

"Alaska gak mau egois, pa. Biarlah dari sekarang Senja belajar move on dari Alaska, biar nanti pas waktunya habis dia gak terlalu sedih."

"Kamu ngomong apa sih, Alaska!" bentak Geraldi.

"Alaska ngomong realitanya aja, pah."

"Emangnya kamu tau apa tentang hidup? Umur kamu baru delapan belas tahun!"

"Mungkin cuma sampe delapan belas."

"Alaska!" nada bicara Geraldi kini naik beberapa oktaf.

"Papa gak bakal tau rasanya putus asa! Alaska bahkan gak tau sampe kapan bisa hidup. Setiap waktu Alaska ngerasain sakit, rasanya kayak malaikat pencabut nyawa udah ngikutin Alaska tiap detik yang siap ngambil nyawa kapan aja. Alaska cuma jaga-jaga pah, biar gak ninggalin luka terlalu dalam." nada yang awalnya membentak, kini berubah menjadi lirih seiring berakhir nya kalimat.

Perasaan Geraldi seperti tercabik-cabik. Apa yang di katakan Alaska menyayat hatinya. Tanpa sadar, air matanya jatuh perlahan, isakan tak dapat terbendung.

"Lapa ngerasa gagal jadi ayah yang baik. Papa cuma punya satu anak, dan papa gagal menjaganya. Kamu tau rasanya? Setiap saat papa berdoa, biar papa aja yang sakit. Jangan kamu ataupun mama kamu." Alaska terdiam, Geraldi melanjutkan, "Setiap hal dalam hidup udah papa capai. Karir yang baik, istri yang cantik, dan kamu. Kamu adalah pencapaian terbaik papa. Saat tau kamu sakit, perasaan papa hancur. Berapa banyak hal yang papa lewati sampe gak bisa menjaga kamu?"

Sejak kecil, Geraldi memang jarang ada waktu untuk Alaska. Dirinya selalu disibukkan dengan pekerjaan. Alaska pikir, papanya tidak pernah menyadari hal itu. Ternyata ia salah, papanya tahu. Sejenak, hatinya menghangat mendengarnya.

Direngkuhnya Geraldi untuk pertama kali. Setelah sekian lama, Alaska mensyukuri takdir yang diberikan.

Memang benar apa yang dikatakan oleh banyak orang, 'ayah adalah orang yang ingin aku peluk, tapi aku malu'

Tapi kali ini, Alaska memeluknya. Karena ia tak tahu, kapan lagi ia punya waktu.

"Papa.. Alaska mau adek, boleh?"

__________

Kalau galau versi Alaska adalah karaoke, lalu seperti apa galau versi Senja? Apalagi, mereka putus tepat sehari sebelum ulang tahunnya.

Sebenarnya, Senja belum meng-iya-kan ajakan Alaska untuk putus. Ia pergi karena bingung. Padahal waktu itu ia hanya menggertak Alaska, tak di duga malah pria itu mengajaknya putus sungguhan.

Tega sekali.

Handphone Senja terus bergetar akibat dari berbondong-bondong ucapan selamat ulang tahun yang temannya berikan lewat sosial media. Namun orang yang di harapkan justru tidak memberikan tanda apapun untuk memberinya ucapan.

"Putus beneran apa, ya?" gumamnya.

Di amatinya kolom chat dengan Alaska, padahal status pria itu sedang online tapi tak ada niatan untuk memberi kabar.

"Bener-bener ya ni laki, masa harus gue dulu yang chat duluan?" gemasnya.

Tiba-tiba saja, pintu kamar Senja terbuka. Menampilkan Saga, Darren, Luna, Dara, dan Arjuna yang berjalan masuk sambil membawa sebuah kue serta beragam balon helium.

"HAPPY BIRTHDAY TO YOU.. HAP-"

Mata mereka terbelalak sempurna, nyanyian yang tadinya meriah tiba tiba berhenti ketika mendapati Senja di kamarnya hanya menggunakan tanktop dan celana pendek yang nyaris menyerupai celana dalam.

"KELUAR LO SEMUA DARI KAMAR GUE!!!" teriak Senja sambil kalang kabut mencari benda apapun yang dapat menutupi tubuhnya.

Saga bergerak cepat menutup kembali pintu kamar Senja. Jantungnya berdebar tak karuan.

Darren yang memegang kue lantas melirik Saga, "Lo bilang aman? Gimana sih?"

"Ya mana gue tau kalo dia di kamar cuma pake daleman doang," bela Saga untuk dirinya sendiri.

"Tau begini harusnya kita pake ide Luna aja. Sesat emang ngikutin bang Saga," kini Dara malah semakin menyalahkan Saga.

Tatapan mematikan dari teman-teman Senja berhasil membuat pria itu terpojok. Sudah pasti ia akan mendapat amukan dari adiknya. Namun tanpa di duga, terdengar isakan tangis dari dalam kamar Senja.
__________

"Ja.. Gue gak bermaksud begitu. Lo malu ya? Maafin gue ya. Nanti gue beliin yupi sekardus deh," bujuk Saga. Sejak lima belas menit lalu, tangis Senja tak berhenti namun ia masih tak mau berkata apa-apa.

Tubuhnya kini sudah ditutupi oleh selimut besar. Baik Saga, Luna, Dara, Arjuna, dan Darren kumpul di ruang kamar Senja.

Kejutan ulang tahun Senja berakhir kacau.

Dalam suasana tegang itu, Arjuna menyenggol lengan Luna dan berbisik, "Kok lo bisa ngajak Dara? Bukannya kalian musuhan?"

Luna balas berbisik, "Musuhan mulu, ga cape apa."

"Ya mana gue tau, kan lo yang musuhan."

"Juna!"

Darren yang biasanya banyak omong dan bertindak, kini lebih memilih diam. Karena Darren sadar, sejak lima belas menit lalu Senja bukan menangis karena malu. Tapi menangis karena kenyataannya ia putus dengan Alaska.

Tak sengaja, Darren membaca pesan yang Alaska kirimkan dari bar notifikasi handphone gadis itu.

From: Alaska
Selamat ulang tahun, Senja. Terimakasih karena pernah menjadi pacar Alaska. Bahagia selalu, baik dengan ataupun tanpa aku.

Namun chat selebihnya tidak dapat terbaca, karena kalimatnya terlalu panjang.

Senja Di Teluk Alaska | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang