Masih dalam atmosfer ulang tahun Senja, pada akhirnya semua berjalan seperti semestinya. Orang tua Senja mengadakan pesta kecil-kecilan dengan Darren, Luna, Arjuna, Dara dan tak lupa Saga setelah kejutan kacau itu berakhir.
Jika dipikir-pikir, tak seharusnya Senja mengacaukan ulang tahunnya sendiri. Ia harus bahagia, untuk apa ia menangis? Perlahan senyum terurai lagi dalam wajah gadis itu. Menyambut setiap yang datang dan memberikan doa-doa agar ia bahagia.
Namun siapapun tahu, senyumnya tetap bermakna hampa --karena tak menemukan Alaska di hari ulang tahunnya.
Kali ini, Darren terlihat lebih banyak diam. Tak ada yang menyadarinya kecuali Saga.
Selepas isya, pesta itu berakhir. Teman-temannya mulai kembali kerumah masing-masing. Senja berjalan masuk menuju kamarnya, merebahkan diri, menutup mata, dan mulai tertidur. Malam ini, rintik hujan turun perlahan.
Tak berapa lama, telinga Senja mendengar suara yang sangat familiar. Gadis itu pikir ia salah dengar, namun ternyata tidak.
Itu suara Alaska.
"SENJA!" suara itu memanggil namanya, terdengar dari bawah balkon kamar Senja.
Dengan buru-buru gadis itu beranjak menuju balkon dan menemukan Alaska dengan banyak balon helium di tangannya dan sebuah kue ulang tahun sederhana. Malam itu, Alaska nampak sangat tampan dengan wajah berseri-seri.
Senyum tak dapat terelakkan, hati Senja kembali berbunga-bunga.
"Ngapain kamu disitu?" teriak Senja dari balkon kamarnya.
"Turun dulu sini!"
Senja menggeleng, "Gak mau!" tentu saja bermaksud untuk menggoda Alaska.
"Gue mau minta maaf, sekaligus ngajak nikah."
Perkataan Alaska membuat Senja terkekeh, saat itu ia seperti melupakan semua kesakitan yang terjadi akhir-akhir ini. Dengan langkah tergesa Senja berlari keluar rumah dan menghampiri Alaska.
Rintik hujan yang tadi entah sirna kemana, menyisakan langit malam yang penuh bintang. Senja mengambil balon yang Alaska pegang, dan membiarkan pria itu menyalakan lilin di atas kue.
"Selamat ulang tahun.. Selamat ulang tahuunn.."
Saat alunan lagu 'selamat ulang tahun' terdengar, Senja sontak bertepuk tangan mengikuti irama lagu yang dinyanyikan Alaska.
"Seamat ulang tahun Senja.. Semoga panjang umur!" nyanyian itu selesai, namun lilin belum juga Senja tiup.
"Menapa lilin nya gak ditiup?" tanya Alaska.
"Mau make a wish dulu."
"Pamali loh percaya begituan."
"Iya udah maaf," bukannya ditiup, Senja malah melirik Alaska.
"Kenapa ngeliatin mulu?"
Tiba-tiba, sorot matanya mendadak pedih. "Kalo suatu hari kamu hilang, terus aku tiup lilin kamu bakalan muncul kayak di goblin gak?"
Alaska terkekeh, "Kita coba aja kali ya."
Senja tersenyum, wajahnya mulai mendekat ke arah lilin dan meniup apinya. Mendadak, semua buram bersamaan dengan api yang padam. Hujan tiba-tiba turun dengan sangat lebat, hingga sepadan dengan badai.
Dengan sekejab, Alaska menghilang. Senja mulai menangis di tempat nya berdiri.
Lalu perlahan, matanya terbuka. Ternyata semua ini, hanyalah mimpi buruk --yang manis.
Entah mengapa, mimpi itu terasa sangat nyata. Begitu pula dengan hujan yang turun dengan sangat deras saat ini.
Air matanya mulai keluar, tak ada yang bisa menetralisir rasa sesak yang ia rasakan kecuali menangis. Gadis itu berjalan menuju balkon, mencoba menemukan Alaska disana. Namun nihil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja Di Teluk Alaska | ✔
Novela Juvenil[END] "Bahkan hingga akhir, Senja tetap terbenam di Teluk Alaska." (sedang dalam proses revisi, banyak bab yang masih berantakan)