[17] Jawaban

2.5K 196 46
                                    

Setelah membaca pesan dari Luna, Senja benar-benar berangkat pagi sekali. Pukul setengah enam, ia sudah sampai di sekolahnya. Namun ternyata, gerbang sekolahnya belum terbuka. Jadi ditengah dinginnya pagi, gadis itu duduk sendiri menunggu satpam datang dan membukakan gerbang.

"Kalo tau gini mending gue berangkat jam enam aja," gumamnya.

Gadis itu menunggu selama setengah jam hingga akhirnya, pak Burhan --satpam sekolahnya-- datang membukakan pintu gerbang.

Senja segera berlari menyusuri sekolah, berharap menemukan sesuatu. Namun nihil. Ia hanya menemukan poster tentang dirinya yang sudah ditempel penuh di mading.

Lagi-lagi, Senja merasa kecewa. Poster itu sepertinya baru di tempel, namun ia tidak dapat menemukan siapapun.

Langkahnya berjalan menuju kelas, mungkin lebih baik ia tidur.

Tak terasa, satu-persatu murid mulai berdatangan. Kini telinga Senja sudah terbiasa dengan gunjingan mengenai dirinya, ia tidak peduli lagi. Gadis itu setia dengan posisinya, yaitu menyelundupkan kepalanya di atas meja dengan tangan yang terlipat. Tas nya ia buat sebagai penyangga.

"Gak tau malu amat sih itu cewek, kalo jadi dia gue mah udah bunuh diri kali ya gara-gara malu."

"Cantik-cantik serem, pembunuh."

"Katanya kemarin dia jadian sama kak Alaska? Gue liat dia gandengan tangan."

"Cewek itu kan emang ganjen, sana sini mau. Waktu itu juga gue liat dia ditarik tangannya sama Darren."

"Darren? Anjir badboy ganteng itu?"

"iya."

Gadis itu mati-matian menulikan pendengarannya, ia tetap pura-pura tidur.

Tiba-tiba saja, terdengar suara gebrakan meja.

Braakkk.

Senja agak terkejut, namun ia setia dengan posisinya.

"Lo ngomong apa tentang Senja?" suara yang sangat familiar di telinga Senja terdengar.

Itu suara Alaska. Alaskanya.

Gadis-gadis itu terdiam, ia tak berani berbicara.

"Jawab! Lo ngomong apa tentang cewek gue?!" bentak Alaska.

Di belakangnya, Galaksi menahan Alaska untuk tak bertindak lebih jauh, "Udah Ka. Cewek ini."

"Kalo lo cowo aja udah benjol kepala lo." suaranya berubah menyeramkan.

Kali ini, ia menatap murid-murid di kelas Senja yang terdiam melihatnya, "Kalo sampe gue denger ada yang ngomongin Senja lagi, mau itu cewek cowok ataupun bencong sekalian. Babak beluk di tangan gue. Paham?" Alaska tidak berteriak. Namun siapapun tahu, pria itu sedang marah dan akan sangat menyeramkan bila sudah mengamuk.

Setelahnya, Alaska menarik tangan Senja untuk pergi dari sana, "Jangan pura-pura tidur lagi, ayo."

Senja berjalan tergesa karena tangannya ditarik, "Ih pelan-pelan! Lo jangan gitu lain kali. Malu gue nya." gerutu gadis itu.

"Kenapa? Kan biar lo aman."

"Suka-suka lo deh."

Sampai koridor pun, Senja masih jalan tergesa. Alaska tidak meregangkan cengkramannya sedikitpun.

Dari jauh, ia melihat Dara yang sedang memasukkan buku paket kedalam tasnya, Alaska semakin berjalan cepat, hingga akhirnya..

Braakkk.

Senja menabrak Dara, dan seluruh isi tasnya buyar seketika.

Alaska agak terkejut, ia menghampiri Senja yang terjatuh, "Ja! Lo gak papa?"

Senja Di Teluk Alaska | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang