Mata Luna tak bisa berhenti berkedip. Seluruh penonton terpesona akan seseorang yang sedang berdiri di atas panggung. Siapa lagi jika bukan Arjuna.
Sebelumnya, Luna sudah berdebat panjang dengan Arjuna. Gadis itu meremehkan, dan berkata bahwa yang Juna lakukan hanya bermain basket, bersikap dingin, serta memarahinya. Ia tidak mempunyai kemampuan yang lain. Jelas saja Juna marah, ia tidak suka di remehkan. Oleh karena itu, Juna ada di atas panggung saat acara penutupan.
Entah apa yang akan pria itu tampilkan.
Seragam basketnya telah Juna ganti dengan kemeja putih kebiru-biruan dan celana jeans berwarna hitam yang semakin menampilkan pesona seorang Arjuna.
Pria itu tersenyum remeh di atas panggung. Ia sudah memegang microfon yang artinya Juna akan bernyanyi.
Apakah ia bisa bernyanyi? Ah tidak.. masalahnya apakah suara Juna bagus?
Tepat ketika musik di mainkan, Arjuna mulai mengeluarkan bakatnya. Seluruh penonton riuh dengan suaranya yang lembut dan indah secara bersamaan.
Ia tersenyum.
Arjuna tersenyum hingga matanya membentuk bulan sabit.
Luna kehilangan kata-kata.
Jika.. ku air wudhu mu.. menjadi seri mu dalam lima waktu..
Jika kau kuat percaya, aku lah jodohmu.. jagamu selalu..
Menarilah sayang, di hari bahagia..
Di bawah bulan bintang, kasih kita berdua..
Jangan bimbang sayang, kita arungi bersama berdua selamanya..
Sampai ke hari tua.. cintaimu..
Di akhir part, Juna memberikan sebuah finger heart yang dituju pada Luna. Astaga, ingin mati di tempat rasanya.
Arjuna.. sempurna sekali.
Gemuruh tepuk tangan terdengar disana sini, Luna tak mau kalah. Ia menyiapkan suara nya agar menyamakan suara toa.
Gadis itu menghela nafas dalam-dalam sebelum berteriak.. "ARJUNAAA! AYO KITA NIKAH AJA!"
Luna tersenyum puas saat Juna mendengar teriakannya. Pria itu kikuk di atas panggung, bahkan hingga salah lirik. Gemuruh penonton ada yang tertawa, ada pula yang memcemooh tindakan berani Luna.
Sheila yang sedang merekam Arjuna merasa terganggu. Ia mematikan rekamannya, lalu menatap Luna kesal. "Suara lo bikin rekaman gue jelek tau gak?"
Luna melirik dengan santainya, "Ups, sorry. Lagian lo ngapain juga ngerekam cowo orang?"
Sheila tertawa remeh, "Cowok orang? Siapapun tau kalo lo cuma ngejer-ngejer Juna padahal Juna gak suka sama lo."
"Lo gak tau gue udah pernah di peluk Juna?"
"Paling lo yang nyosor duluan," desis Sheila. Ia berniat pergi tapi tangan Luna menahannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja Di Teluk Alaska | ✔
Ficção Adolescente[END] "Bahkan hingga akhir, Senja tetap terbenam di Teluk Alaska." (sedang dalam proses revisi, banyak bab yang masih berantakan)