Kesalahan 6

2K 152 3
                                    

Halo gaes, apa kabar?
Masih ada yang nunggu cerita ini enggak?
Jamgan lupa follow ig @/ny.lestari   dan ig  @/penuliis_wattpad

Karena disitu aku bakal post seputar cerita yang aku tulis salah satunya ini

Jangan lupa vote, komen dan share ?
Jgn lupa masukan ke perpus kalian juga
Happy readingHalo gaes, apa kabar?
Masih ada yang nunggu cerita ini enggak?
Jamgan lupa follow ig @/ny.lestari   dan ig  @/penuliis_wattpad

Karena disitu aku bakal post seputar cerita yang aku tulis salah satunya ini

Jangan lupa vote, komen dan share ?
Jgn lupa masukan ke perpus kalian juga
Happy reading

.
.
.





  Hati dan pikiranku berkecamuk ketika mengamati objek yang sedang menjelaskan di depan, antara mencernah perkataannya atau hatiku yang berporak-poranda karenanya.

  Saat ini aku sedang di ruang osis untuk mengikuti rapat. Bukan, aku bukan anggota osis namun karena minggu depan akan ada acara family gattering dan panitia dari osis kurang jadi mereka mengambil dua orang  perwakilan setiap kelas untuk menjadi panitia dan aku ditunjuk bersama dengan Putera teman sekelasku yang lumayan aktif dalam kegiatan olahraga.

  "Nah, jadi nanti jam istirahat mereka bisa makan bersama di tempat yang sudah di sediakan," tutur Zayn yang memimpin rapat tersebut dengan di sebelah kanannya wakil ketua yang mungkin itu anak IPA karena pakaiannya yang rapi, bukan aku mengecam anak IPS berpenampilan sembrono dan IPA rapih, tapi sejauh yang aku lihat kalau di sekolahku penampilan anak IPA dan IPS berbeda, anak IPA yang prepi sedangkan anak IPS yang penting eksis. Disamping itu ada juga Sintia --- anak kelas 11 IPA 1 yang berdiri di depan papan tulis untuk mencatat point-point pada rapat.

   Terkadang aku kasihan kepada Sintia, sudah mencatat di papan tulis ia juga harus menyalin lagi di buku folio hitam miliknya yang tidak pernah ketinggalan setiap rapat.

  "Izin nanya, Bang, itu mereka bawa bekal sendiri atau kita sediain makannya?"

  Aku menoleh ke pojok kanan dekat pintu ketika seorang lelaki bersuara.

  "Nah, itu kita suruh mereka bawa sendiri."

  Kalau seperti ini aku sangat takjub kepada Zayn yang begitu lihai memimpin rapat, dan aku yakin tidak ada yang percaya jika seseorang dengan almamater maroon yang sedang memimpin rapat itu suka keluar masuk bar.

  "Terus apa gunanya mereka disuruh bayar 30 ribu?"

  Sampai di titik ini aku masih jadi pengamat dalam rapat ini, karena tidak tau apa yang harus aku lontarkan apalagi mendadak kepalaku pusing sekali rasanya dan lidahku mendadak pahit.

  "Uang 30 ribu itu untuk snack, dan melengkapi perlatan game yang belum ada, kayak tepung, mangkuk dan semacamnya."

  Aku menggigit bibirku saat tiba-tiba saja tubuhku lemas dan keringat dingin, entahlah padahal aku sudah sarapan tadi juga makan dulu sebelum rapat karena aku tahu rapat akan menyita jam istirahatku.

  "Sudah, tidak ada lagi yang mau ditanyakan? Ini semuah yang di papan tulis udah setuju?" tanya nya kepada kami hingga tidak sengaja mata aku dan Zayn bertemu, waktu seolah berhenti aku dapat merasakan kehangatan mata itu yang menatapku datar. Tak ada kata yang diucapkan namun mata seolah sedang berbicara hingga Zayn langsung memutuskan kontak diantara kami lalu beralih ke Sintia.

Kesalahan (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang