Kesalahan 9

2.1K 129 6
                                        

Halo gaes, apa kabar?
Masih ada yang nunggu cerita ini enggak?
Jangan lupa follow ig @/ny.lestari dan ig  @/penuliis_wattpad

Karena disitu aku bakal post seputar cerita yang aku tulis salah satunya ini

Happy reading

.
.
.
.

  Dadaku rasanya jantungan setengah mati saat ini, panas dingin terus membasahi tubuh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


  Dadaku rasanya jantungan setengah mati saat ini, panas dingin terus membasahi tubuh. Bagaimana tidak? Pasalnya Zayn meminta supaya kami pergi ke rumah orang tuaku.

  Aku tidak tahu harus bagaimana, harus bahagia karena lelaki itu bertanggung jawab atau menikmati rasa ketar-ketirku ini.

  Ya Allah, membayangkan wajah sedih kedua orang tuaku saja membuatku tak sanggup lagi untuk berkata-kata.

  "Ini?" tanya Zayn ketika aku mengintrupsikan berhenti di salah satu rumah bercat dominan putih itu dan ditumbuhi banyak bunga.

  Kepalaku mengangguk. Rasanya aku tidak berani untuk keluar dari mobil, semakin aku memegang gagang pintu tanganku semakin dingin rasanya.

  Aku rasa lelaki ini tidak memiliki rasa ketakutan sedikitpun, sebab raut wajahnya biasa saja tanpa ada rasa panik sedikitpun terukir di wajahnya.

  Setelah membenahi khimar serut yang tadi kami beli dahulu di sebuah tokoh aku langsung membuka pintu serta bibirku tak henti-hentinya merapalkan doa.

  Sebenarnya apa yang ku harapkan? Berharap orang tuaku tidak akan marah mendengar berita kehamilanku? Mustahil!

  Bukannya hal yang wajar jika mereka marah karena kebejatanku?

  Dan aku begitu terkejut ketika tanganku yang tadinya begitu dingin kini mendadak hangat akibat sebuah genggaman disana, kulirik tanganku kemudian melirik lelaki disebelahku.

  Jujur aja rasanya sedikit menghangat dan nyaman, rasanya mau nangis karena secara tidak langsung Zayn menyodorkan kekuatannya kepadaku.

  "Assalamualaikum, Ma, Pa!" Dengan takut-takut aku mengetuk pintu itu.

  Biasanya ketika aku mengetuk pintu kedua orang tuaku menyambut dengan raut wajah bahagianya.

  "Mama! Papa!" panggilku lagi karena tidak ada respon dari dalam.

  Tidak menunggu lama jantungku semakin berdebar dan darahku seolah turun entah kemana ketika melihat pintu bergerak.

  "Stella? Eh, siapa?" Aku dapat melihat raut wajah terkejut Mama ketika melihatku pulang padahal ini bukan jadwal liburan, apalagi melihat seorang lelaki bersama anak perawannya.

  Ketika Mama menatap tangan ku dan Zayn yang saling bertautan, buru-buru aku langsung melepas tangan Zayn.

  "Kenalin, Ma, Pa, ini Zayn kakak kelas Stella," cicitku kepada kedua orang tuaku setelah itu aku mencium tangan beliau dengan hormat.

Kesalahan (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang