Halo gaes, apa kabar?Masih ada yang nunggu cerita ini enggak?
Jangan lupa follow ig @/ny.lestari dan tt @/penuliis_wattpadKarena disitu aku bakal post seputar cerita yang aku tulis salah satunya ini
Happy reading
.
.
.
"Jadi?"
Aku memutuskan untuk membuka suara ketika diantara kami masih bungkam, sebab tadi Zayn memintaku untuk menemuinya setelah ku temui ia tak mengatakan apa-apa.
"Gaji gua kerja di bengkelnya Yudha gak cukup untuk biaya kita, sekolah gua sekolah lo, itu kurang, La."
Mendengarnya berkata demikian aku hanya diam, lelaki itu memang memutuskan untuk bekerja di bengkel Yudha karena kebetulan membutuhkan karyawan, untung saja mereka sering ngumpul disitu jadi Zayn lumayan mengerti tentang dunia otomotif ya walaupun tidak begitu lihai.
"Gaji gua cuma bisa biayai satu orang untuk sekolah, kalau dua gua ragu pas gua hitung-hitung kemarin."
Aku sedikit salut melihat Zayn yang berada di depanku saat ini, meskipun ia terpaksa tetapi ia tidak pernah lupa akan tanggung jawabnya.
"Kalau gitu kakak aja ya yang sekolah?" putusku dengan sedikit pertimbangan walaupun ada berat tetapi aku mencoba untuk mengalah.
"Kenapa harus gua?" tanyanya yang menatapku datar.
"Kakak laki-laki kalau kakak enggak sekolah masa depan kakak bisa hancur, gimana kakak nanti ngehidupi keluarga kakak kalau enggak sekolah tinggi-tinggi. Walaupun suatu saat kita cerai setidaknya aku ikut suamiku kelak dan kakak akan menjadi tulang punggung buat istri kakak 'kan?"
Bukan berarti aku pro pada perkataan 'wanita tidak perlu sekolah tinggi-tinggi, toh nanti ikut suami dan di dapur'.
"Aku enggak mau kakak minder pas mau menikah nanti karena SMA enggak tamat, apalagi enggak nyampe setahun lagi kakak udah tamat."
Setidaknya kalau aku tidak sekolah, aku bisa buka usaha kecil-kecilan kelak dan belajar lewat buku-buku nantinya untuk mengurus anakku, tetapi kalau Zayn yang tidak sekolah maka akan rumit baginya melamar kerja terlebih lagi ia anak tunggal dari orang tuanya, jika orang tuanya sudah menerimanya nanti pasti warisan itu akan jatuh ke tangannya. Masak ia ahli waris mengurus perusahaan tanpa ilmu?
Zayn mengangguk mendengar penjelasanku. "Sekalian lo jaga anak gua, karena gua enggak mau dia kenapa-kenapa disana," imbuhnya.
Terlihat sekali jika Zayn begitu menyayangi calon buah hatinya nanti, sepertinya sudah terbayang jika kami cerai nanti hak asuh anak ini akan jatuh ke siapa mengingat ia orang kaya yang bisa mengatur segalanya dengan money.
"Kak."
"Hm?"
"Kalau kita cerai nanti, kalau hak asuhnya jatuh ke kamu jangan halangi aku buat jumpa sama dia, ya? Kamu boleh benci aku tapi jangan hasut dia juga, ya?"
Entah kenapa aku tiba-tiba mengatakan hal itu, kemudian lelaki itu melihatku dan menaikan alisnya sebelah.
"Sebegitu ngebetnya lo cerai sama gua?" ucapnya yang diakhiri dengan kekehan.
"Tenang, gua enggak sepicik itu karena gimana pun anak itu pernah numpang di rahim lo."
Ketika kata numpang itu terdengar di telingaku, entah kenapa aku merasakan suatu gejolak yang tidak nyaman. Numpang? Aku tak ubah seperti pabrik anak kalau begitu, setelah anaknya ada aku diabaikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kesalahan (End)
Teen Fiction"Jika rasa ini sebuah kesalahan, lantas mengapa ia dengan begitu lancangnya hinggap di benakku?" #Rank 1 - Sedih (25 Maret 2022) #Rank 2 - SMA (25 Maret 2022) #Rank 2 - Spiritual (1 April 2022)