MENU 22

146 31 9
                                    

Please vote ⭐ and leave any commentSupaya author semangat 😆Happy Reading!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Please vote ⭐ and leave any comment
Supaya author semangat 😆
Happy Reading!

❁❁❁

Ryujin melipat tangan di atas meja seraya tertunduk, layaknya murid yang tengah merasa bersalah sehingga mendapat teguran dari gurunya.

Di seberang meja, Hyunjin tengah duduk sembari menatap gadis itu lamat-lamat, memikirkan kalimat pembuka apa yang cocok untuk kondisi mereka saat ini.

Keduanya tengah berada di cafe yang dulu mereka kunjungi saat Hyunjin mengajak Ryujin pergi jalan-jalan berdua dengannya. Bahkan, mereka duduk di kursi yang sama.

Hyunjin berdeham. "Diminum, Ryu." kata pria itu basa-basi, sekaligus mengingatkan gadis itu karena es batu dari minuman yang dipesannya sudah mulai mencair.

Ryujin mengangguk canggung seraya menyimpulkan helaian rambutnya di sebelah kiri ke belakang telinga.

Saat dirasa keberaniannya sudah mulai terkumpul, Hyunjin menghirup nafas panjang.
"Ryu, lo paham kan kenapa gue ajak lo ketemu?"

Ryujin masih menempelkan bibirnya dengan sedotan, meskipun gadis itu sebenarnya hanya menggigit ujungnya. Ia hanya mengangguk.

"Maaf, gue pasti bikin lo kaget ya?"

Ryujin kembali mengangguk.

Hyunjin menghela nafas.
"Maaf kalau gitu. Tapi, gue serius sama kata-kata gue waktu itu, Ryu. Gue memang suka sama lo."

Ryujin masih diam, menimbang-nimbang kalimat seperti apa yang harus dia ucapkan. Bahkan otak 'jenius' miliknya tidak cukup membantu.

"Lo nggak bakal diemin gue gini terus kan, Ryu? Maaf kalau gue egois, tapi gue butuh jawaban dari lo."

Hening cukup lama. Hyunjin memilih mengunci bibirnya sementara, memberikan kesempatan bagi Ryujin untuk memberi respon padanya.

Beberapa menit berlalu, akhirnya Ryujin berhenti menatap gelas dan mengangkat kepalanya. Matanya tertuju ke arah Hyunjin, meskipun sesekali ia mencuri kesempatan untuk menatap ke arah lain karena merasa canggung.

"Gue... Gue bingung."

"Bingung soal?" Hyunjin memajukan kursinya. Suara Ryujin terlalu pelan.

"Gue bingung mau jawab apa. Jawabannya harus gimana atau gue harus bersikap gimana ke lo. Gue nggak tau."

Hyunjin tersenyum. Meskipun sedikit menyebalkan, sisi polos Ryujin juga bisa jadi menggemaskan di matanya.
"Lo inget nggak waktu itu gue nanya lo, keberatan nggak gue gandeng atau gue peluk. Tapi lo bilang enggak, kan?"

Ryujin mengangguk, alisnya bertaut.

"Lo nyaman nggak kalau lagi bareng sama gue? Atau risih?" lanjut Hyunjin.

Ryujin menggeleng. "Nggak risih."

"Kalau gitu, kenapa nggak dicoba dulu?"

"Coba apa?"

SECRET RECIPETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang