37

8.7K 1.2K 16
                                    

HAPPY READING

———

Di Kediaman mewah Baskara, para anggota keluarga saat ini sedang berkumpul di Ruang keluarga.

"Udah sore, tapi Eca ko belum pulang ya." Inggit terus melirik jam besar yang terdapat di Ruangan itu.

Ikhsan mengusap pelan rambut Istrinya yang sudah mulai memutih "Tenang aja, Eca kan janji kalo Dia bakal pulang sebelum malam."

Tiba—tiba Edrick mendatangi mereka dengan wajah panik dan langkah yang tergesa—gesa.

"Ada apa?" Azkara menatap Asistennya aneh, karena Edrick adalah salah satu orang yang sangat tenang dalam menghadapi permasalahan apapun.

Dengan nafas yang tidak beraturan Edrick berucap cepat "Nona Rebeca mengalami kecelakaan."

Mendengar kabar mengejutkan itu semua orang yang ada di Ruangan itu membatu, seperti ada ribuan pisau yang menghantam jantung mereka.

Azkara bangun lalu berjalan dengan cepat menuju Edrick lalu Dia mencekram erat kerah kemeja yang di gunakan Edrick "Apa maksudmu?!"

"Salah satu Bodyguard yang mengawasi nona Rebeca mengatakan jika mobil yang di tumpangi nona Rebeca dan temannya menabrak pembatas jalan lalu terjatuh ke laut."

Seketika amarah menguasai tubuh Azkara, dengan cepat pria paruh baya yang masih terlihat sangat tampan itu menodongkan pistol ke arah asistennya "Apa gunanya para Bodyguard itu, kenapa mereka membiarkan anakku mengalami kecelakan?!"

Tubuh Edrick bergetar "Ma—af Tuan, kecelakan itu terjadi begitu cepat sehingga tidak dapat kami cegah." Bagaimana pun juga ini salahnya karena seluruh Bodyguard yang bekerja di keluarga Baskara memang tanggung jawab Edrick.

"Sekarang bagaimana keadaan putri ku?"

"Nona Rebeca saat ini masih ada di Ruang UGD, di Rumah sakit 'Medika Hospital' yang terletak dekat laut timur."

Dor

Tiba—tiba saja Azkara menembak Edrick tepat pada jantungnya.

"Kau pantas mati!"

Tanpa menunggu yang lain Azkara segera meninggalkan Ruang Keluarga.

Mereka pun berjalan tergesa—gesa mengikuti Azkara untuk pergi ke 'Medika Hospital'.

Beberapa menit kemudian mereka telah sampai di 'Medika Hospital' seluruh anggota keluarga Baskara langsung berjalan menuju UGD.

Bugh

"Sialan, pintu UGD nya masih tertutup." Lucifer menonjok dinding di sampingnya.

"Sabar, jangan emosi." Excel menepuk pundak Lucifer mencoba menenangkan adiknya walaupun Dia sendiri sedang tidak tenang memikirkan keadaan Rebeca.

Lucifer menepis tangan Excel "Gimana gue ga emosi Hiks adik kesayangan gue Hiks ada di UGD." Lucifer berjongkok dengan menenggelamkan kepalanya di lipatan tangan, mencoba meredam suara tangisannya.

Pintu Ruang UGD pun terbuka dan munculah seorang Dokter pria dengan masker yang terpasang di wajahnya hingga hanya terlihat matanya saja.

"Tuan dan Nyonya Baskara." Sapa Dokter itu sambil membungkukan badan saat melihat salah satu keluarga terpandang ada di hadapannya.

Ikhsan berjalan mendekati Dokter itu "Bagaimana kondisi cucu saya?"

"Apa maksud Tuan?"

"Gadis yang di dalam adalah cucuku!"

Mata Dokter itu membola "Maafkan saya Tuan, saya tidak mengenali jika pasien di dalam adalah nona Rebeca karena kondisinya saat di bawa kemari sangat mengenaskan."

"Sekarang bagaimana kondisi cucuku?"

"Nona Rebeca sudah melewati masa kritisnya, Namun ada beberapa hal fatal yang belum bisa saya pastikan, mungkin setelah Dia sadar saya akan memeriksanya kembali untuk memastikan apakah dugaan saya benar atau tidak."

Mereka terdiam, Entah kenapa perasaan mereka tidak enak 'Semoga ga ada hal Fatal yang terjadi sama Eca.' Batin mereka.

"Tuan Ikhsan apa bisa kita berbicara di Ruangan saya? Ada yang ingin saya bicarakan mengenai kondisi Nona Rebeca."

Tanpa membalas ucapan Dokter itu Ikhsan berjalan terlebih dahulu di ikuti Dokter itu.

Setelah melihat punggung Ikhsan yang menghilang, mereka memutuskan untuk masuk ke Ruang UGD.

Perasaan sesak seketika mereka rasakan saat melihat tubuh Rebeca yang sangat pucat dan kondisinya yang mengenaskan.

"Eugh..."

Suara itu sukses membuat mereka terkejut dengan cepat mereka mengelilingi Rebeca.

Perlahan mata indah itu terbuka ada kekosongan di tatapan mata yang biasanya menatap berbinar itu.

"Ini dimana? Apa gue udah di neraka." Rebeca berucap lirih yang masih dapat di dengar mereka yang ada di Ruangan itu.

Ezkara menyerit "Ini di Rumah sakit."

"Ini di neraka kan? Lo siapa?!"

Angelina menatap khawatir Rebeca "Sayang ini Mommy, kita lagi di Rumah sakit. Dan apa maksud kamu, kalo kamu di Neraka?"

Rebeca memejamkan matanya lalu membukanya kembali "Kenapa gelap? Apa lagi mati lampu?"

Mereka terdiam mendengar ucapan Rebeca "Gelap?"

Rebeca terkekeh kecil "Iya gelap banget, pasti lagi mati lampu ya?"

Lucifer berjalan mendekati Rebeca "Hiks di sini terang, Hiks ga mati lampu."

"Kaya suaranya Kak Luci, kenapa Kak Luci nangis? Pasti Kak Luci takut gelap ya, gpp ko sebentar lagi juga lampunya nyala." Ucap Rebeca lembut seperti orang yang sedang menenangkan bocah menangis, walaupun perasaan takut Rebeca rasakan 'Kenapa sangat gelap?' Pikirnya.

Azkara yang ada di samping Rebeca berucap lembut "Eca ini Daddy, Eca ga lagi bercandakan? Di sini terang loh ga lagi mati lampu juga."

Kening Rebeca menyerit, mengusap pelan kepalanya yang terluka "Aw, Eca ga bercanda ko. Daddy kali yang lagi bercanda, gelap banget loh Dad. Masa lagi mati lampu di bilang terang, Daddy mah ngelawak."

"Ada yang sakit?" Tanya Angelina khawatir saat melihat Rebeca terus mengusap kepalanya.

"Mommy? Ini Mommy—Nya Eca kan?" Rebeca meraba—raba kesampingnya untuk mencari tangan Angelina tanpa meperdulikan luka di kepalanya yang mengeluarkan darah lagi.

Angelina memberikan tangannya ke genggaman Rebeca, Angelina membungkuk "Sayang ini Mommy, Hiks ini Mommy—Nya Eca. Eca kenapa?" Lirihnya dengan air mata yang sudah membanjiri pipinya.

"Eca gpp ko, Cuma di sini gelap—"

TBC

𝘼𝙡𝙬𝙖𝙮𝙨 𝙈𝙞𝙣𝙚 [𝘾𝙤𝙢𝙥𝙡𝙚𝙩𝙚𝙙]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang