38

9.8K 1.4K 188
                                    

HAPPY READING

———

"Mom, Grandpa mana Eca mau ngomong sama Grandpa?"

Ikhsan tiba—tiba datang dengan langkah tergesa—gesa, Setelah mendengar penjelasan dari Dokter mengenai kondisi Cucunya, Ikhsan langsung berlari menuju UGD untuk menemui Rebeca.

Ikhsan menatap sendu Rebeca dengan perlahan Dia membawa tubuh Rebeca kepelukannya "Ini Grandpa, apa yang Eca rasain?"

Rebeca membalas pelukan Ikhsan dengan satu tangan karena tangan satunya sedang di Infus "Grandpa, Eca ga suka di sini gelap. Kenapa mati lampunya lama banget, Grandpa coba marahin petugas PLN—Nya bilangin buat cepet benerin listriknya, biar ga gelap lagi."

Air mata perlahan turun membanjiri pipi Ikhsan perasaan sesak di rasanya saat melihat kondisi cucunya "Eca harus sabar ya?"

"Eca ga suka nunggu, Eca juga ga suka di suruh sabar." Rebeca mengerucutkan bibir pucatnya.

Dokter pun datang untuk memeriksa kembali kondisi Rebeca, tapi sepertinya tanpa Dia periksa Dia sudah tau jika kondisi Nona muda keluarga Baskara itu tidak baik—baik saja, buktinya hampir seluruh anggota keluarga sedang menangis di Ruangan UGD.

"Permisi Tuan, tolong ijinkan Saya untuk memeriksa kondisi Nona Rebeca."

Ikhsan dengan tidak ikhlas melepas pelukannya dari Rebeca, dengan perlahan Dia menidurkan kembali tubuh Rebeca.

Dokter itu pun berjalan mendekati Rebeca untuk memastikan apa dugaannya benar atau tidak. Dokter itu mengecek dengan teliti kedua bola mata Rebeca.

"Nona Rebeca apa Anda bisa melihat saya?"

"Ini Dokter kan?" Tanya Rebeca karena suaranya sangat asing di telinga Rebeca.

"Iya saya Dokter."

Rebeca terkekeh "Dokter di sini gelap banget, terus Dokter nanya Eca bisa liat Dokter ngga? Dokter lagi ngelawak ya, sama aja kaya Daddy. Kenapa si kalian pada suka bercanda di saat mati lampu gini."

Mendengar ucapan Rebeca. Dokter itupun memeriksa sekali lagi bola mata Rebeca dengan senter khusus yang di pegangnya.

Menghembuskan nafas dalam—dalam "Saya minta maaf yang sebesar—besarnya, Dengan berat hati saya memberitahukan jika Nona Rebeca mengalami kebutaan di kedua bola matanya. Di sebabkan pecahan kaca mobil yang melukai ke dalam matanya."

Deg

Betapa terkejutnya mereka mendengar ucapan Dokter, apalagi Rebeca yang langsung terdiam dengan tangan terkepal.

"Apa adik saya masih bisa melihat lagi?" Tanya Ezkara.

"Bisa Tuan, Jika Nona Rebeca mendapatkan Donor mata yang cocok Nona Rebeca dapat kembali melihat."

Menghela nafas lega "Ethan cari donor mata untuk Rebeca, secepatnya!"

Ethan yang mendengar perintah Ezkara segera keluar dari Ruangan itu, sebelumnya Dia menyempatkan diri untuk menghapus secara kasar air mata yang terus membanjiri pipinya.

Aura mengerikan keluar dari tubuh Ezkara "Lucifer, Excel dan Edward habisi semua Bodyguard yang tidak becus menjaga Eca!"

Mereka yang di perintahkan Ezkara segera keluar dari UGD dengan aura mengerikan di tubuh masing—masing.

Dokter itu pun dengan badan bergetar memutuskan untuk undur diri karena kemarahan dari keluarga Baskara memang tidak main—main sangat mengerikan.

Setelah terdiam cukup lama Rebeca berucap "Tolong, tutup semua akses tentang Eca. Jangan sampai ada yang tau kalo Eca kecelakaan dan Buta."

Angelina mengobati dengan telaten luka yang mengeluarkan darah lagi di kepala Rebeca "Perintah Tuan Putri siap di laksanakan." Ucapnya lembut.

"Ezkara lakukan ucapan Eca."

Ezkara mengecup singkat pipi Rebeca lalu Dia keluar dari Ruangan untuk melakukan perintah Ibunya.

"Mom, Eca masih bisa melihat lagi kan?"

Angelina menghapus air mata yang lagi—lagi membanjiri pipinya "Bisa sayang, tenang aja anak cantiknya Mommy pasti akan bisa melihat lagi."

"Kalo Eca ga bisa melihat lagi, apa kalian akan ngebuang Eca?"

Azkara yang dari tadi diam berjalan mendekati Rebeca, Dia membawa tubuh Angelina ke pelukannya. Lalu mengusap pelan pipi Rebeca "Cantiknya Daddy, kamu tenang aja Eca ga akan pernah di buang dari keluarga Baskara. Kita ga mungkin ngebuang Berlian seindah Eca, Seperti yang Grandpa pernah bilang jika Eca adalah Hadiah terindah dari Tuhan."

Rebeca memejamkan matanya lalu membukanya, Dia berharap jika ini adalah mimpi. Tapi ternyata tidak Dia benar—benar buta, tapi seluruh keluarga Baskara masih mau menerimanya. Entah Dia harus Bahagia atau Kecewa, Bahagia karena tau jika keluarga Baskara tulus menyayanginya dan Kecewa karena yang bisa di lihatnya hanya kegelapan saja.

"Mau kasih tau kondisi kamu ke Zaidan, Malvin, Lucas dan Mixael?"

Rebeca dengan ragu menganggukan kepalanya, setelah Angelina membantunya untuk menghubungi nomor Zaidan dengan ponsel baru yang di berikan Angelina.

Memanggil Zaidan  ...

Di deringan pertama tidak aktif, di deringan kedua barulah di angkat oleh Zaidan.

"Siapa lo?"

Rebeca tidak terkejut mendengar suara Zaidan yang sedikit ngegas, karena ini juga nomor barunya dan pasti Zaidan tidak mengetahui jika yang menghubunginya adalah Rebeca.

"Ini Eca."

Terdengar kekehan dari telpon "Eca siapa ya? Oh Eca, ceweknya gue bukan?"

"Iya ini Eca."

"Ngapain lo cewek matre ngehubungin gue? Apa uang mingguan lo kurang banyak? Mau gue kirim lagi berapa? Sebut aja sebut nominalnya tenang aja gue kaya."

Sesak itu yang Rebeca rasakan apa—apaan cowok itu berani—beraninya mengatai Rebeca matre, padahal Dia sendiri yang memberikan uang untuknya "Apa maksud lo manggil gue cewek matre? Bajingan lo yang ngasih duit itu ke gue! Kalo ga ikhlas bilang, gue bakal balikin semuanya."

Terdengar tawa keras dari telpon "Lo matre Rebeca, buktinya lo punya Empat cowok sekaligus, dan tadi lo jalan sama cowok lain lagi, apa itu masih kurang? lo sengaja kan porotin gue dan cowok—cowok lainnya buat jadi Atm berjalan lo."

Rebeca menatap lurus di Ruangan kosong itu, karena tadi Dia sempat menyuruh seluruh anggota keluarganya untuk meninggalkannya sendiri di Ruangan itu "Iya gue matre, gue suka Uang. Puas lo?!"

"Bagus deh kalo nyadar, sekarang apa mau lo dengan nelpon gue? Mau minta Uang lagi?"

Rebeca terkekeh dengan tangan terkepal "Gue cuma mau bilang kalo gue mau nikah sama cowok kaya raya dari Negara lain, jadi bilangin sama Malvin, Lucas dan Mixael kalo gue bubarin Harem Rebeca." Rebeca berbohong, padahal tujuan Dia menelpon Zaidan adalah untuk memberitahu keadaannya yang buta.

"Apa maksud lo Sialan? Baru kemarin lo bilang cinta sama gue, tapi sekarang lo bilang mau nikah sama cowok lain!" Teriak Zaidan dari telpon dan terdengar juga suara pecahan kaca.

Rebeca tersenyum sinis "Gue cinta lo tapi gue lebih cinta uang, seperti yang lo bilang gue cewek matre. Udah dulu ya, gue mau nyamperin calon suami gue—"

"Bye—Bye mantan."

Tanpa mematikan panggilannya dengan Zaidan, Rebeca melempar asal ponsel yang di pegangnya, Rebeca merasa sangat sesak di hatinya "Sakit." Lirihnya.

Sebelum kesadarannya menghilang Rebeca terlebih dahulu berucap pada Sistem.

"Sistem tolong tutup semua akses tentang gue, buat seolah—olah gue ga pernah ada di Dunia ini."

"Baik Tuan."

Perlahan mata Rebeca tertutup, sebelum kesadarannya benar—benar menghilang Rebeca dapat mendengar suara pekikan dari Angelina.

TBC

𝘼𝙡𝙬𝙖𝙮𝙨 𝙈𝙞𝙣𝙚 [𝘾𝙤𝙢𝙥𝙡𝙚𝙩𝙚𝙙]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang