Hai kita ketemu lagi...
Btw kalian baca jalur apa nih?
Komen yuk, kalo komen nya bnyak baru lanjut!!!
"Terkadang orang tua tak sadar, bahwa dialah luka terbesar."
- Fidelya Sifabelia Pratama
"Elya apa-apaan ini?" tanya Ana dengan nada tinggi.
"Nilai kamu turun lagi?" Bentakan itu keluar secara kasar dari mulut Ana.
Ana menyobek dan melempar kertas ulangan tersebut kepada Elya. "Jadi Bunda sama Ayah bayar orang buat ngajar kamu les selama ini percuma iya? Jawab Elya!!" Ana berjalan ke arah sofa dimana tempat Elya duduk kemudian mencengkeram dagu Elya dengan kasar.
"Kamu Bunda les-in bukanya pinter kenapa kamu malah anjlok begini hah!? Ohh apa jangan-jangan kamu gak les, tapi kamu pergi main sama laki-laki iya!!?" tuduh Ana dengan tangan masih mencengangkan dagu Elya semakin kuat. Dengan cepat Elya menggeleng sambil menahan air mata dan rasa sakit akibat cengkraman itu.
"Katanya kamu sakit, iya kan? Kenapa kamu gak pura-pura pingsan aja waktu ulangan? Bego kamu!! Dengan begitu kamu bisa ngulang dari awal." Elya menatap Ana tak percaya, sebegitu terobsesinya Ana pada Nilai? Tak terasa air mata pun turun dengan sendirinya.
"BUNDA UDAH BILANG JANGAN NANGIS YA JANGAN NANGIS ELYA!!! GITU AJA KAMU NANGIS CENGENG BANGET SIH KAMU!!! BUNDA GAK SUKA PUNYA ANAK YANG CENGENG," murka Ana.
"Liat tuh si Della, kemarin dia yang dapat peringkat satu, sekarang dia dapat seratus sedangkan kamu? Kamu jauh dibawah dia Elya!!" Bentak Ana.
Della adalah tetangga Elya sekaligus teman bermain saat ia masih kecil, mereka sepantaran. Namun saat mereka memasuki SD mereka sama bersaing hanya untuk mendapatkan nilai bagus, dan dari situ hubungan mereka hanya diselimuti dengan persaingan.
Elya tak boleh kalah sedikit pun dengan Della jika masalah nilai. Bukan, itu bukan keinginan Elya melainkan Ana, Bundanya.
"Ini nih gegara kamu keseringan dimanja, jadi begini kan!! Belajar males-malesan, gak kayak Della pinter." Ana berucap kasar, berjalan dan berdiri membelakangi Elya. Ia berdiri disamping nakas yang berada diruang ruang tamu.
"Bunda kenapa harus Dell-"
"Mau ngebantah kamu hah?" Ucapan Elya terpotong karna bentakan bundanya.
"Elya ya Elya Bun, Elya bukan Della, coba Bunda ngertiin perasaan Elya yang selalu salah dimata bunda, Elya selalu dibanding-bandingkan," ucap Elya dengan air mata yang mengalir deras.
Plak!!!
Satu tamparan yang mendarat di pipi Elya dapatkan sekarang, tamparan yang kasar sehingga membuat pipi Elya langsung merah seketika dan sobek di ujung bibirnya.
"Kenapa kamu malah nyalahin Bunda hah?" pekik Ana.
"Kamu tuh Bunda didik supaya jadi anak yang bener, supaya punya prestasi," sambungnya.
"Pokoknya Bunda gak mau tau sekarang kamu kekamar kamu belajar. Kamu renungi semua, semua kesalahan kamu sekarang juga," usir Ana sembari melemparkan tas sekolah Elya yang berisi beberapa buku paket tebal kepada Elya.
Elya pun bergegas menuju kamarnya, didalam kamar ia meletakkan tas di meja belajar, lalu kemudian ia berdiri didepan cermin.
"Duh perih banget, sampai kayak gini, mana besok sekolah lagi, gini amat ya nasib gue," gumam nya sambil mengamati luka bekas tamparan bundanya.
•••••
"Pagi Bun, pagi Ayah," sapa Elya dengan senyum, yang kemudian duduk disalah satu kursi meja makan.
"Hmm," jawaban cuek dari Ana.
Elya melihat Bagas-ayah nya yang duduk di kursi depannya sedang memakan sarapannya.
"Bun, Ayah berangkat dulu ya," pamit Bagas kepada istrinya.
"Ayah, aku boleh ikut berangkat bareng Ayah gak?" tanya Elya.
"Gak, biasanya juga pake ojol, Ayah lagi buru-buru," jawab Bagas datar.
"Oh gitu ya, yaudah deh." Akhirnya Elya hanya bisa menatap kepergian ayahnya dengan tatapan sendu.
"Bun, Elya berangkat ya," pamit nya. Setelah menyalami tangan bundanya ia keluar menunggu ojek yang ia pesan melalui online.
Sesampainya disekolah, berjalan menyusuri koridor, tak sering ia berkaca kelayar ponselnya untuk mengecek foundation yang dipakainya untuk menutupi bekas tamparan kemarin yang masih lumayan membekas merah.
"Elya." panggil seseorang yang membuatnya terkejut.
"Astaghfirullah, udah kayak tuyul aja langsung nongol," tegur Elya kepada Fany, yah orang tersebut adalah Fany.
"Hehehe maaf yeh... Btw Elya cantik, gue liat pr Lo dong..." pinta nya dengan cengengesan.
Elya memutar bola matanya malas, ia sudah memiliki firasat, saat salah ada satu sahabatnya yang memuji pasti ada maunya.
"Cit Lo udah ngerjain pr belum?" tanya Fany pada Citra saat mereka sudah sampai kelas.
"Gue? Ya... Belum lah, apa itu pr? Kalo bisa nanti kenapa harus sekarang?" jawabnya santai.
"Yeh gue dong udah, udah nyalin tapi hahaha..." Akunya dengan tertawa.
"Eh liat dong, Lo juga liat punya Elya kan? Bentar lagi masuk nih mana?" tanya Citra panik.
"Iya, nih-nih makan dah tuh. Kalo bisa nanti kenapa harus sekarang? Prett... Lo bingung juga kan belum ngerjain," sindir Fany.
Kring!!!
Kring!!!Bel istirahat berbunyi, semua siswa-siswi berhamburan keluar kelas.
"Yuk ke kantin," ajak Citra.
"Yuk lah, laper gue," Celetuk Fany.
Akhirnya mereka bertiga berjalan bersama beriringan menuju kantin. Kantin yang sudah ramai dengan siswa-siswi terlihat begitu padat.
"Lo pada mau makan apa?" tanya Fany saat mereka sudah sampai didepan salah satu stand langganan mereka.
"Bu Elya soto aja satu ya, minumnya es teh satu," ucap Elya.
"Saya sama Fany bakso aja Bu, minum nya sama es teh," ujar Citra.
"Duduk sana ya? Yang kosong cuma itu," tunjuk Fany kesalah satu meja dengan 3 Kursi.
"Yaudah disana aja, yuk," ajak Elya.
Setelah kurang lebih 8 menit akhir pesanan mereka pun sudah diantara.
"Sambel dong mana?" tanya Elya.
"Nih nyonya," ujar Fany dan menyerahkan mangkuk sambal kepada Elya.
"Ssshh... Duh," ringis Elya saat luka sudut bibirnya tak sengaja terkena kuah panas dan pedas saat ia menyendok soto yang ia makan.
"Elya, sudut bibir Lo kenapa?" tanya Fany.
"Luka loh itu," ujar Citra.
"Gak papa kok, kemarin kepentok pintu aja," jawab Elya menenangkan.
"Gak papa gimana sih orang jelas-jelas luka gitu, kenapa coba??" desak Citra.
"Gak papa Citra, Fany. Tuh bakso kalian hampir dingin makan tuh," tunjuk Elya.
"Jangan-jangan itu Lo di-"
"Udah makan gak boleh banyak bicara dibantu setan." Elya memotong ucapan Fany yang belum terselesaikan.
•••••
Gimana kalian kesel gak sama ortunya Elya?
Gimana penulisannya udah rapi belum?👇 Yang belom vote yuk silahkan...
KAMU SEDANG MEMBACA
CERITA ALTEZZA
Teen FictionAltezza mencintai seorang gadis tapi ia tidak ingin berpacaran, tapi juga takut kehilangan. Terlebih ia harus menuruti keinginan keluarganya untuk meneruskan pendidikannya di pesantren. Hingga bertahun-tahun telah usai. Ia kembali dengan perasaan y...