35. overthinking

1.2K 141 34
                                    


Happy reading 🎉

---------------------------------

Elya menuruni tangga. Ia berniat membantu mama mertunya yang sedang menanam bunga di kebun kecil belakang rumah keluarga Andra.

Tanpa sengaja ia berpapasan dengan Zara yang sedang menaiki tangga.

"See? Gue menang. Dan Lo? Lo udah kalah, Elya," bisik Zara saat mereka berada di anak tangga yang sama.

Elya tak memperdulikan ucapan Zara. Ia hendak melanjutkan langkah, tapi Zara menahan tangannya. "Lo gak mau ucapin gue congrats gitu atas kemenangan yang udah gue dapat?" ujar Zara pada Elya dengan senyum mengejek.

Elya diam. Ia mengepalkan erat kedua tangannya. Kemudian ia menyibakkan tangannya kasar hingga tangan Zara terlepas darinya. Hingga Zara mundur beberapa langkah dan punggung Zara menyentuh pegangan tangga.

Elya hanya melirik Zara dan kemudian tanpa memperdulikannya, ia melanjutkan langkahnya.

•••••

Hari ini. Hari dimana dilangsungkannya acara pernikahan di keluarga Andra untuk kedua kalinya.

"SAH!!!!" teriak para tamu undangan yang datang di acara tersebut. Acaranya hanya acara sederhana yang dihadiri oleh beberapa keluarga dekat dari kedua mempelai. Dan itu ialah keinginan dari Altezza sendiri.

"Alhamdulillah."

Tak lama mempelai wanita pun keluar. Diantara secara langsung oleh Elya dan Nita, yang sekaligus juga istri pertama dan mama dari Altezza, mempelai pria. Dan lagi-lagi itu keinginan dari Altezza sendiri, yang sebenarnya ditolak keras oleh Nita.

Setelah Zara berhasil duduk pada kursi di sebelah Altezza. Elya pun dengan pelan melangkah mundur. Hatinya terasa sakit bahkan sangat sakit. Ia tidak menyangka semua akan begini jadinya. Elya, ia menyaksikan sendiri bahkan menjadi saksi, suaminya menikah lagi, dengan perempuan lain.

"Silahkan mempelai wanita mencium tangan suaminya. Dan mempelai pria mencium kening istrinya." Penghulu itu memberikan arahan pada kedua mempelai.

Sebelum mencium kening Zara, Altezza terlebih dahulu melihat kearah Elya berada, yang kebetulan tak jauh darinya. Bisa diartikan ia sedang meminta izin kepada Elya. Dan dapat Altezza lihat dengan jelas kini kedua mata Elya sudah penuh dengan air mata.

Elya hanya diam tak merespon apapun. Apakah mungkin jika Elya tak mengijinkannya Altezza akan mengakhiri semua ini? Oh tentu tidak mungkin. Bagaimana mana bisa? jika semuanya sudah terlanjur terjadi.

"Silahkan sekarang waktunya untuk mempelai pria memberikan hadiah pada istrinya. Yang berupa bacaan surat Al-Qur'an."

Dan lagi-lagi Altezza menoleh kearahnya.

Hingga kini, Elya sudah tak kuasa lagi menahan air matanya. Elya lari kebelakang gedung. Ia sudah tak tahan lagi melihat semua itu.

"Elya!! Elya!!" panggil Nita saat menyadari Elya pergi dari tempat acara.

Malamnya, setelah semua acara selesai. Elya diantara pulang oleh mama dan papa mertuanya. Sedari acara mulai hingga selesai mama dan papa mertuanya lah yang menemani Elya.

"Mah, Pah, Elya masuk dulu. Makasih udah anterin Elya ke rumah." Elya menyalami keduanya.

Nita menahan tangan Elya. "Kamu langsung istirahat aja. Gak usah pedulikan apapun lagi."

Elya mengangguk. "Iya Mah."

"Elya, maafin Al, ya nak? Maafin Mama sama Papa juga yang udah gagal didik Altezza sebagai laki-laki." Nita menatap menantunya prihatin.

CERITA ALTEZZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang