Jika kali ini gagal kita coba besok, jika besok gagal lagi kita coba lagi, jika gagal lagi kita coba lagi. Gak papa gagal namanya juga belajar. Capek? Istirahat dulu aja. Nyerah? Ingat perjuanganmu sebelumnya.
___________________
"Nyonya Al, lagi ngapain nih didapur?" tanya Citra.
"Hehe, ngapain ya? Gue juga bingung, semua udah selesai dikerjain," jawab Elya.
"Widih istri sejati deh temen gue satu ini," kata Citra.
"Btw, emang ini kalian gak kuliah?" tanya Elya.
"Udah tadi. Sekarang gak ada kelas lagi, tapi ngerjain tugas nih," jawab Fany, mengarakan kamera kearah laptop miliknya.
Untuk Elya, ia memilih tidak berkuliah dulu atau istirahat selama satu tahun. Meski dulu Al sempat memaksa dirinya, sebab Al merasa ini semua karena dirinya. Tetapi Elya tetep kukuh terhadap keinginannya.
"Lah, kalo gitu ngapain ngajak telfonan?" kata Elya.
"Kita-kita mah tau, lo lagi gabut sendiri karena ditinggal doi kuliah," kata Citra.
"Elya," panggil Fany.
"Hm? Kenapa?"
"Kapan Lo punya baby? Emm biar lo gak gabut kayak gini sih. Tuh liat, habis makan semangka bukannya buang kulitnya malah dipotong-potong sampai jadi bubur gitu," celetuk Fany.
"Heh! Gak ada baby-baby! Random banget omongan Lo," kata Elya.
"Masa sih gak ada baby-baby. Lo gak keping punya baby ntar?" tanya Fany.
"Gak ntar ribet kayak Ara," jawab Elya.
"Gak boleh gitu Elya. Ntar gak punya anak beneran lo! Lagain kasihan kak Al tau," kata Citra.
"Ngaco banget deh lama-lama yang kalian omongin. Udeh deh gue tutup. Assalamualaikum." Elya langsung menutup panggilan mereka tanpa menunggu jawaban dari Citra juga Fany.
"Gak jelas banget yang diomongin, baby-baby, gue aja masih belum Pernah buka hijab depan dia," gerutu Elya.
"Gue laper, tapi malas masak. Gue pesen aja deh, lagian udah jam makan siang, lewat malah," Elya membuka aplikasi di ponselnya dan memilih beberapa menu.
"Eh, kak Al dipesenin juga gak? Gak usah deh palingan dia udah makan, tapi kalo belum?" tanya Elya pada dirinya sendiri.
"Duh Elya, kalo dia laper pasti beli makan lah, kan udan gede. Lagain gak mungkin pulang buat makan, udah lewat jam makan siang ini," jawabnya sendiri.
Setelah itu Elya beranjak dan menuju kamar. Sesampainya disana ia langsung masuk kedalam kamar mandi dan membersihkan diri, sedari pagi ia belum mandi.
Beberapa menit ia telah menyelesaikan mandinya dan sudah lebih segar dari sebelumnya.
"Astaghfirullah, abangnya udah telfon berkali-kali," ujar Elya mengecek ponselnya dan terdapat beberapa panggilan dari kurir yang mengantar makanan-nya.
Elya langsung lari kebawa dan mengambil asal hijab yang ada di lemari.
"Assalamualaikum."
Bruk
"Astaghfirullah," kaget Altezza. Saat ia membuka pintu rumah langsung ada Elya yang berlari dengan masih membenarkan hijabnya dan menubruknya.
Elya mendongakkan kepalanya menatap Altezza dengan posisi dirinya masih terduduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
CERITA ALTEZZA
Teen FictionAltezza mencintai seorang gadis tapi ia tidak ingin berpacaran, tapi juga takut kehilangan. Terlebih ia harus menuruti keinginan keluarganya untuk meneruskan pendidikannya di pesantren. Hingga bertahun-tahun telah usai. Ia kembali dengan perasaan y...