34. keputusan

1.3K 132 43
                                    

Altezza punya akun Instagram, gimna menurut kalian?

-------------------------------------

Zara terkekeh pelan. "Ohh karena itu ternyata. Gampang, kita bisa sembunyi-sembunyi. Aku janji dan bakal jamin dia gak bakal tau tentang ini. Aku jamin, aku jamin istri kamu gak bakal tau tentang ini, Al." ujarnya.

Altezza berdiri dengan kasar dari kursinya. "Keluar kamu, Zara!! Saya gak butuh bantuan kamu!"

Bukannya keluar Zara justru semakin mendekat kearah Altezza. Zara mencondongkan kepalanya agar lebih dekat dengan Altezza. "Al, kesempatan ini gak datang dua kali," bisiknya dan tersenyum sinis.

"Tapi... kalo buat kamu, kapan pun kamu mau aku bakal bisa." Zara beralih duduk di meja kantor Altezza. "Aku tau kamu sekarang lagi kecapean aja, jadi kamu asal ambil keputusan."

Bruk

Refleks keduanya melihat kearah sumber suara itu, depan pintu.

"Maaf Bu, maaf saya gak sengaja nabrak Ibu," ujar OB itu menunduk.

"Elya?" Altezza membulatkan kedua matanya. Altezza terkejut melihat Elya yang entah mulai kapan sudah berdiri didepan pintu ruangannya.

Dan Zara tersenyum smirk melihat itu. Zara semakin melancarkan aksinya. Ia memegang bahu Altezza lembut dan merambat ke rahang Altezza. "Pikirkan baik-baik, dan aku tunggu kabar baiknya."

Zara mengambil tangan kanan Altezza dan, Cup! Zara menciumnya. Kemudian Zara turun dari meja dan berjalan keluar.

Saat melewati Elya, Zara berhenti sebentar. "Meet again. Ternyata Lo istrinya Al?" Zara melirik Elya. "Gak seberat yang gue bayangin ternyata. Good luck."

Elya tak menjawab atau apapun itu. Elya hanya diam dengan pandangan lurus kedepan.

"Elya, denge-" belum selesai Altezza berucap Elya sudah berbalik dan segera pergi dari sana. Hatinya benar-benar sakit saat melihat semua itu. Niat baik untuk memberi kejutan dan semangat pada Altezza, justru dia yang terkejut.

•••••

Elya langsung masuk kedalam kamarnya. Ia mengunci pintu dari dalam, dan kemudian ia terduduk di samping ranjang.

Tatapan Elya hanya kosong dan lurus ke depan. Dengan kedua pipinya kini sudah basah karena kerena air mata yang tiba-tiba saja turun tanpa izin.

Dari luar Altezza terus mengetuk-ngetuk pintu kamar mereka dan terus memanggil nama Elya sedari tadi.

"Elya! Elya! Elya kamu salah paham. Dengerin dulu penjelasan aku." Altezza terus mengetuk pintu tapi naasnya, Elya enggan membukanya.

Altezza mengacak-acak rambutnya frustasi. "Arghh!! Kenapa jadi begini sih?"

Ia memandangi pintu yang masih saja terkunci. Mungkin ia harus memberikan Elya waktu? Ya, ia harus memberi Elya waktu.

Jadilah sekarang Altezza duduk sendiri di ruang keluar. Sesekali ia mengecek jam, supaya ia dan Elya bisa makan siang tepat waktu. Meski Elya marah padanya, tapi ia berharap Elya tak melewatkan jam makan siangnya yang itu akan berakibat pada dirinya sendiri.

Drrtt..
Drrtt..
Drrttt...

Ponsel yang Altezza letakan di atas meja kini bergetar. Tertera nama sang mama disana.

"Assalamualaikum, Al," sapa Nita saat panggilan sudah terjawab.

"Waalaikumussalam, Mah."

CERITA ALTEZZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang