Tidak semua yang kita mau bisa kita dapatkan. Kita menginginkan nya namun Allah tau apa yang terbaik untuk kita.Kini Altezza duduk didepan tv dengan ditemani secangkir kopi dan segelas susu untuk istrinya yang ia buatkan khusus untuk dia. Hari ini, ia ingin menghabiskan hari dengan istrinya dirumah. Ia merasa bersalah kepada istrinya itu, karena baru seminggu mereka menikah tetapi ia sudah harus meninggalkan-nya sendirian dikarenakan minggu-minggu ini Altezza cukup sibuk.
Mendengar tapakan kaki seseorang sontak ia menoleh dan melihat istrinya yang sudah segar terlihat seperti habis mandi.
"Elya sini, duduk sini," panggilnya.
Elya pun melangkah kan kakinya dan duduk disebelah Altezza.
"Nih, aku buatin susu buat kamu." Altezza menyodorkan segelas susu yang ia buat tadi.
Elya menerimanya, tetapi ia tak sengaja melirik cangkir yang berada didepan Altezza yang berisikan kopi. "Kopi?" tanyanya.
Altezza mengangguk. "Iya, kopi. Kamu mau?"
"Pagi- pagi dan belum sarapan?" tanya Elya.
"Lagi pengen minum kopi, mangkanya aku buat. Kamu jangan mau juga deh, ntar sakit perut." Altezza mengambil cangkir itu dan menyeruputnya.
"Terus kamu enggak?" tanya Elya.
"Hmm.... gimana, ya? Aku udah lumayan terbiasa sih. Soalnya dipondok dulu waktu tidurnya lumayan sedikit jadi sering minum kopi meski belum sarapan, apalagi kalo mau ada lomba atau acara gitu," jelas Altezza.
Elya mengangguk lalu beranjak dari duduknya.
"Mau kemana lagi?" tanya Altezza.
"Masak," jawab Elya tanpa menoleh.
"Ohh. Ya udah hati-hati."
Elya mengangkat bahu tak acuh."Masak doang padahal."
"Aku gak kuliah," ujar Altezza.
Elya memutar badannya. "Libur?" tanyanya.
"He'em." Altezza mengangguk lucu.
Setelah sarapan Elya mencuci piring, sedangkan Altezza, tanpa sepengetahuan dari Elya ia menyapu rumah.
Saat hendak membuang sampah kedepan Elya terkejut melihat Altezza menyapu dengan telaten.
"Eh, mau kemana?" tanya Altezza.
"Buang sampah ke depan."
"Sini aku aja." Altezza mengambil alih sampah yang dipegang Elya dan dengan segera ia meletakan sampah itu disamping gerbang rumahnya.
"Udah. Ada lagi nggak yang mau dikerjain?" tanya Altezza.
Elya menggelengkan kepalanya. "Enggak." Kemudian ia duduk di teras.
Altezza mengangguk dan ikut duduk disebelah Elya dengan sapu yang masih dipegangnya.
"Disini banyak anak-anak kecil, ya? Lucu banget mereka, mana akur banget lagi pas main," celetuk Altezza tiba-tiba saat tak lama tadi ada segerombolan anak-anak yang lewat depan rumah mereka dengan tertawa bersama.
Elya diam dan menoleh kepada Altezza yang sedang menatap lurus ke depan dengan tersenyum.
"Tawa anak kecil itu bikin tenang, kamu ngerasa juga gak?" tanya Altezza.
Elya mengangguk. "Tapi gak semua," jawabnya.
Altezza menoleh kearah Elya.
"Kadang tawa Ara ngeselin," lanjut Elya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CERITA ALTEZZA
Fiksi RemajaAltezza mencintai seorang gadis tapi ia tidak ingin berpacaran, tapi juga takut kehilangan. Terlebih ia harus menuruti keinginan keluarganya untuk meneruskan pendidikannya di pesantren. Hingga bertahun-tahun telah usai. Ia kembali dengan perasaan y...