"Jika kamu ingin sesuatu tapi tidak mau memperjuangkan, lebih baik lupakan, karna semua hanya mimpi."
-Cerita Altezza-
Hari ini, hari pembagian sertifikat kelulusan bagi siswa-siswi SMA Garuda Bangsa dan hari terakhir mereka menjadi siswa-siswi disana.
"Heh sok suci banget sih Lo, sok jual mahal. Nolak-nolak Fafa segala. Fafa tuh inceran semua cewe!" ujar Nanda.
"Lagian ya, Lo mau bisa nikah dari mana kalo gak pacaran? Mau jadi perawan tua Lo?" ujar Alma.
Elya yang sedang menghadap kaca di wastafel kamar mandi pun berbalik. "Urusan sama kalian?" tanya Elya tenang.
"Lo nolak Fafa dengan alasan gak mau pacaran? Sok suci tau gak. Tapi syukur deh, gue pikir-pikir Fafa juga gak pantes sama Lo yang sok suci." kata Nanda.
Elya mengangkat alisnya. "Emang kalian kotor ya? Kalian pacaran terus sekarang udah nikah belum? Ehh, tapi yakin bakal dinikahi? Yang gonta-ganti terus murahan atau gratisan nih?" Katanya santai.
"Kita mah kalo mau nikah tinggal milih, gak kayak Lo!!" ujar Alma.
"Ohh gitu, tunggu beberapa hari lagi deh,kita lihat," Kata Elya.
"Dih ogah," jawab Nanda.
"Ussttt. tunggu aja. Bye gue duluan." ujar Elya berjalan meninggalkan Kamar mandi.
Sesampainya dikelas ia melihat kelas yang sepi hanya terdapat dua sahabat yang sepertinya sedang kebingungan.
"Kalian kenapa?" tanya Elya.
"Nah. Lo dari mana sih? Acaranya udah hampir selesai tapi Bunda Ana belum datang, gimana sih kata Lo datang?" tanya Citra.
"Loh Bunda sendiri kok yang ngomong bakal ambil rapot sama sertifikast gue," jawab Elya.
Citra dan Fany menghela nafas. "Gini aja deh, gimana gue minta tolong Mama gue buat ambil punya Lo sekalian?" ujar Fany memberikan ide.
"Nah boleh tuh ide bagus," ujar Citra.
Elya menghela nafas pasrah, mau tidak mau ia harus setuju. "Hmm yaudah deh," jawab Elya lirih.
Keduanya mengangguk, dan Fany langsung menelfon Mamanya untuk memberi tahu.
"Khem. Assalamualaikum." ujar seseorang yang berada di ambang pintu kelas yang membuat ketiga orang didalamnya berbalik.
Ketiganya terkejut dan melotot saat melihat orang yang berada di ambang pintu tersebut apa lagi dengan apa yang ia bawa. Tapi tak lama Elya sadar dan langsung menghampiri orang tersebut.
"Waalaikumussalam. Mmm kenapa kak?" tanya Elya.
"Nih, tadi dimintai tolong tante Ana." ujarnya dengan menyerahkan apa yang ia bawa. Yaitu rapot dan sertifikat kelulusan atas nama Elya.
Elya menerima sambil tercengang. "Hah? Jadi...?"
"Selamat ya atas peringkat satu paralel-nya. Kamu hebat. Assalamualaikum." ujar Altezza yang langsung meninggalkan tempat itu.
"What, what, what Elyaaa!!!!! Kok bisa!!! Dia... Dia bang Altezza kan?" teriak Fany dan Citra yang dari memperhatikan mereka.
Elya mengangguk. "Gue belum cerita ya?" tanya Elya cengengesan.
"Lo hutang cerita sama kita pliss, Lo hutang cerita." ujar Citra.
Fany mengangguk. "Kok bisa Elya? Demi apa sih? Wow." kata nya.
"Nanti kalian kerumah gue ya? Nanti gue ceritain semua."
Sore ini seperti yang dibilang tadi mereka sudah berkumpul di rumah Elya lebih tepatnya kamar.
KAMU SEDANG MEMBACA
CERITA ALTEZZA
Teen FictionAltezza mencintai seorang gadis tapi ia tidak ingin berpacaran, tapi juga takut kehilangan. Terlebih ia harus menuruti keinginan keluarganya untuk meneruskan pendidikannya di pesantren. Hingga bertahun-tahun telah usai. Ia kembali dengan perasaan y...