Happy reading 🎉
-------------------------------------------
Altezza memukul keras kemudi mobilnya. Ia bingung harus melakukan apa dan bagaimana sekarang. Ia tidak boleh menganggap remeh ucapan Zara begitu saja. Karena ia tau, siapa dan dari mana asal keluarga Zara. Yang hampir setara dengan kakeknya. Tapi dia juga tidak akan melakukan hal bodoh itu hanya karena duniawi semata.
Altezza menaikkan kecepatan mobilnya. Sekarang yang ia inginkan hanya cepat sampai di rumahnya dan bertemu dengan istri tercintanya.
Tak lama kemudian Altezza telah memarkirkan mobilnya pada pekarangan rumahnya. Ia cepat-cepat turun dari mobil dan melangkah memasuki rumah. Kondisi rumah sepi seperti biasanya, karena memang hanya Altezza dan Elya yang menepati rumah itu.
Hingga Altezza sampai pada ruang tamu. Di sana dapat dilihatnya Elya yang sepertinya sedang membaca salah satu majalah. Seketika senyum terpatri di bibirnya. Rasa lelah dan letihnya seakan terobati saat telah melihat Elya.
"Assalamualaikum." Altezza menghampiri Elya dan duduk disampingnya.
Elya menolehkan kepalanya. "Waalaikunussalam." Elya langsung menyalami tangan Altezza. Dan Altezza mengelus kepala Elya.
"Nih." Altezza meletakkan sekotak donat kesukaan Elya yang kebetulan saja ia lewat depan toko donat itu saat hendak pergi ke resto tempat dimana ia melaksanakan meeting tadi.
Elya menatap binar pada donat di atas meja tersebut. "Buat Elya?"
"Iya, mau kan? Kalo gak mau ki-"
"Mau banget. Elya mau banget." Elya memotong ucapan Altezza. Tanpa berbicara lagi, Elya langsung menyantap donat dengan berbagai toping itu.
Altezza gemes sendiri melihat betapa lahapnya Elya memakan donat-donat itu. "Gak ada yang minta, jadi
pelan-pelan aja, oke?"Altezza beranjak dari duduknya. "Aku keatas dulu, mau bersih-bersih. Nanti habis makan langsung keatas ya? Kita salat magrib bareng," ujarnya yang mendapat anggukan dari Elya.
Setelah salat magrib, kini mereka berdua duduk di atas ranjang dengan Altezza yang sedari tadi diam dan Elya yang hanya membolak-balikkan ipad yang ia pegang.
"Elya," panggil Altezza dengan pandangan lurus ke depan.
Elya menolehkan kepalanya pada Altezza. "Kenapa?" tanyanya.
"Aku boleh meluk kamu gak?" tanya Altezza yang kini sudah beralih menatap intens Elya.
Elya diam, ia tidak tau harus merespon bagaimana. Ia juga sedikit terkejut dengan permintaan Altezza yang tiba-tiba.
"Kalo gak mau juga gak papa. Aku ke bawah dul-"
Sebelum Altezza beranjak dan menyelesaikan ucapannya. Elya terlebih dahulu memeluk erat Altezza dan itu membuat Altezza diam menegang.
Dengan ragu Altezza membalas pelukan Elya. Ini kali pertama mereka berpelukan dengan keadaan sadar. Tanpa drama berebut guling atau saling tuduh melanggar garis batasan yang Elya buat.
Altezza semakin mengeratkan pelukannya. Pelukan ini begitu sangat menenangkan baginya. Seolah-olah semua masalahnya telah hilang begitu saja. Altezza mengecup lembut pucuk kepala Elya, kemudian ia memejamkan matanya.
"Makasih," ujarnya tulus.
•••••
"Apaan sih, Lo?!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
CERITA ALTEZZA
Teen FictionAltezza mencintai seorang gadis tapi ia tidak ingin berpacaran, tapi juga takut kehilangan. Terlebih ia harus menuruti keinginan keluarganya untuk meneruskan pendidikannya di pesantren. Hingga bertahun-tahun telah usai. Ia kembali dengan perasaan y...