"Kadang musuh terbesar adalah diri sendiri. Bernama kan ego, logika, ekpektasi, emosi dan hati."
~Author CA~
"Udah napa, banyak jomblo nih," celetuk Febian.
Altezza yang mendengar itu pun tersadar dan segera menyudahi.
"Silahkan kamu memberikan hadiah yang sudah kamu siapkan untuk istri kamu," ucap penghulu.
Altezza mengangguk dan kemudian menatap Elya. Elya yang tak tau itu pun bingung. "Bentar ya," pamitnya.
Altezza berjalan ke arah belakang dan tak lama keluar lalu berjalan ke arah meja kecil dengan satu kursi yang ada di sana.
"Assalamualaikum. Para tamu undangan yang terhormat, disini saya akan membaca surat Ar-Rahman dan An-Nisa sebagai hadia saya, untuk perempuan yang sudah resmi saya miliki, istri saya," ucap Altezza. Ia sudah menyiapkan itu saat ia masih menjadi santri.
Altezza mulai melantunkan surat Ar-Rahman terlebih dahulu dengan indah. Dan kemudian dilanjutkan membaca surat An-Nisa.
Mungkin banyak yang bertanya-tanya, kenapa gak dibuat mahar? Karena mahar itu adalah simbol nafkah. Karena itu ia lebih memilih untuk menjadikan surat Ar-Rahman dan An-Nisa sebagai hadia istimewa untuk Elya, istrinya.
"Enak ya suaranya si Al, merdu, adem," ucap Febian.
"Gak nyangka gue Al bisa ngaji gini," ucap Gabino takjub.
Galen menjitak kepala Gabino. "Ya bisa lah goblok, Al santri bego," jawab Galen.
Tak beda jauh seperti mereka, tidak sedikit dari para tamu undangan pun kagum kepada Al. Banyak dari meraka yang menginginkan menantu atau suami sepertinya. Memang suami dan menantu idaman. Sudah tampan, mapan, saleh juga. Insyaallah.
Elya dibuat diam, tak bisa berkata-kata. Hadia yang diberikan Altezza adalah hal yang mungkin semua perempuan inginkan dan idam-idamkan. Dan Elya tidak menyangka ia perempuan yang beruntung yang mendapatkan hadia itu.
"Beruntung yang jadi istrinya."
"Iya, saya pengen punya mantu kayak dia."
"Idaman banget."
"Kenapa gak saya duluan yang kenal dia, kan bisa saya jodohkan sama anak saya aja."
Elya tersenyum mendengar bisikan-bisikan dari para tamu. Kecuali yang terkahir. Membuat mood Elya sedikit rusak. Enak kalo ngomong tuh mulut. Batin Elya.
•••••
Akhirnya acaranya pun selesai, sekitar pukul 23.30 dini hari. Sekarang semua keluarga, dari orang tua Altezza, kakek dan neneknya, juga orang tua Elya berkumpul di ruang yang disediakan oleh pihak hotel. Tapi tak lama orang tua Elya pamit dan menitipkan salam untuk Elya.
Elya tertidur disofa dengan masih mengenakan gaun pesta dan riasannya. Ia tidur dengan keadaan duduk dan kepala bersandar pada sandaran sofa.
Pernikahan mereka bertema antara perpaduan Sunda, Jawa, dan Modern. Dikarenakan Elya Sunda, dan Altezza Jawa. Perpaduan yang sempurna.
"Al, kalian ke kamar sana kasian Elya udah capek banget kayaknya," ujar Nita pada putranya.
"Iya Al, kalo bisa jangan bangunin kasian," ujar Fitri.
Altezza menoleh kearah Elya dan benar saja sudah terlelap dan terlihat sangat letih. Ia mengambil duduk disebelah Elya dengan badan yang bersandar.
"Iya Mah, Nek. Tapi bentar tunggu koper baju-bajunya," jawabnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CERITA ALTEZZA
Ficção AdolescenteAltezza mencintai seorang gadis tapi ia tidak ingin berpacaran, tapi juga takut kehilangan. Terlebih ia harus menuruti keinginan keluarganya untuk meneruskan pendidikannya di pesantren. Hingga bertahun-tahun telah usai. Ia kembali dengan perasaan y...