"Sajadah menjadi saksi bisu bahwa namamu selalu tersebut dalam setiap doaku."
-Altezza Rafeyfa F.M
•••••
Pagi menjelang siang ini Altezza duduk atas ranjang kamarnya dengan laptop di pangkuannya. Hari ini ia berencana menyelesaikan sedikit berkas-berkas yang harus ia selesaikan.
Sejak kemarin malam senyum di bibirnya tak kunjung luntur meski hanya senyum tipis.
Tok!!
Tok!!
Tok!!"AL!!! BUKA!!!" teriak seseorang dari luar kamarnya.
"AL!! BUKA, BERAT INI!!! AL!!!" teriakkan yang tak digubris olehnya.
Galen menggeplak kepala Gabino. "Goblok, tinggal buka kagak dikunci anjir Gabino, ribet banget hidup Lo!!" Sahutnya.
"Ya mana gue tau, Lo sih gak ngasih tau! Lagian ini Coca-Cola berat anjir berapa liter ini gue bawa?" Balas Gabino.
"Gue abis ambil nasgor. Sana masuk," perintah Galen saat pintu sudah terbuka.
Altezza menoleh pada keributan yang terjadi. "Ngapain?" tanyanya.
"Gak ngapa-ngapain," jawab Gabino mulai membuka snack yang ia bawa tadi.
Altezza mengangkat pundaknya tak acuh, kemudian melanjutkan pekerjaannya.
"Si kulkas tadi mana sih? Ngambil es jeruk aja lama banget," gerutu Gabino.
"Sabar, paling sekalian ngambil kue keringnya," jawab Galen.
"Nah tuh dia. Lah mana es yang Lo ambil, Van?" tanya Galen saat melihat Elvan masuk tidak membawa apapun kecuali diri dan nyawa.
"Febian yang ngambil." jawabnya.
Tak lama Febian masuk dengan bawaan yang ia bawa. Dan langsung bergabung dengan yang yang lainnya, di karpet samping ranjang sang pemilik kamar.
Altezza melihat kearah teman-temannya berada, terlihat jus jeruk beberapa gelas, beberapa piring nasi goreng, dua botol Coca-Cola ukuran 1.5 liter, dan berbagai macam snack. Ia yakin itu hasil mereka merampok isi kulkasnya didapur.
"Kalian semua kesini cuman numpang makan ya?" tanya Altezza.
Gabino menggeleng. "Enggak kok tenang aja." jawabnya santai.
Altezza mengangguk antara percaya dan tidak, lalu kembali fokus pada laptopnya. Tiba-tiba terlintas peristiwa dimana lamarannya diterima, dan tanpa sandar ia tersenyum.
"Al? Kenapa Lo, bahagia banget kayaknya?" tanya Galen. Yang dibalas gelengan kepala.
"Kenapa sih, senyum-senyum gitu? Ahhh Lo habis menang togel ya?" tebak Gabino.
Yang ditanya tak menjawab tapi lebih melebarkan senyumnya. Sebelumnya ia memang belum mengatakan apa yang sudah terjadi.
"Al jangan senyum-senyum gitu deh takut gue jadinya, soalnya kayak bukan Lo. Serem, Al," celetuk Febian menatap aneh kearah Altezza. Seketika senyuman itu luntur dan menghilang.
"Diem deh kalian semua," sentak Altezza. Ia badmood mendengar perkataan Febian, meskipun benar ia tak pernah menampilkan ekspresi sebahagia itu dihadapan teman-temannya. Tapi ayolah ia sedang bahagia saat ini...
"Aneh Lo," kata Elvan. Tapi Altezza hanya mengangkat bahunya tak acuh.
Drrtt....
Drrtt....
Drrttt...Suara dering ponsel terdengar, dengan cepat sang pemilik mengambil ponsel yang berada disebelahnya.
"......"
KAMU SEDANG MEMBACA
CERITA ALTEZZA
Teen FictionAltezza mencintai seorang gadis tapi ia tidak ingin berpacaran, tapi juga takut kehilangan. Terlebih ia harus menuruti keinginan keluarganya untuk meneruskan pendidikannya di pesantren. Hingga bertahun-tahun telah usai. Ia kembali dengan perasaan y...