"Ya Allah apakah sebenarnya dia lah lauhul mahfudz ku? Kalau bukan kenapa rasa ini tak pudar sedikit pun dan semakin bertambah tiap harinya."
-Altezza Rafeyfa F.M
•••••
"Ara cepet sembuh, kak Fany sama kak Citra kangen nih. Udah lama gak main sama Ara," ujar Fany, mengelus rambut Ara yang sedang tiduran dengan infus tertancap ditangannya.
"Iya nih bocil, cepet sembuh ya bocil," sahut Citra yang duduk di sofa.
"Ihhh Ara bukan bocil ya!!" Kesal Ara.
"Iya deh, iya... Ara bukan bocil, tapi anak-anak," jawab Citra santai.
"Kak Citra mah gitu, Ara gak like deh," rengek Ara.
"Kok bisa masuk RS lagi sih Ara, Elya?" tanya Fany pada Elya yang duduk disofa.
"Kemarin subuh tiba-tiba badan Ara panas sampe gak sadar diri dia, kayak biasa," jawab Elya.
Fany mengangguk. "Bunda mana?"
Elya menoleh. "Lagi di kantin, paling bentar lagi balik."
"Nih gue bawain cake buat Lo, oleh-oleh kakak gue dari Surabaya, pas mau nganterin ke rumah Lo, eh kata tetangga Lo nya disini. Itu punya Bunda sama Ara juga," ujar Fany menyerahkan katong yang ia bawa.
"Wihhh makasih Fany," balas Elya sumringah.
"Yoi sama-sama bestie."
Kreek...
"Nah itu Bunda udah datang," kata Citra yang melihat Ana membuka pintu ruangan Ara.
"Loh kalian? Udah lama?" tanya Ana.
"Hehe lumaya Bun," jawab Fany.
"Duh Bunda dari kantin tadi," ujar Ana.
"Gak papa Bunda. Oh iya, Citra sama Fany mau pamit dulu ya Bun, nanti kesini lagi," pamit Citra.
"Loh kok cepet banget?" tanya Ana.
"Iya Bun udah ditelfon sama kakak," ujar Fany.
"Ya udah Bun. Assalamualaikum, dada Elya. Cepet sembuh ya Ara," ujar Citra dan Fany.
"Waalaikumussalam."
"Kak Ara mau dong," pinta Ara saat melihat Elya hendak memakan cake yang dibawakan Fany tadi.
"Lah itu punya Ara, sama kok dari kak Fany juga," tunjuk Elya pada cake yang ada di nakas samping Ara.
"Gak mau, mau punya kakak," kukuh Ara.
"Kasih aja kenapa sih Elya!? Adiknya lagi sakit juga! ngalah dikit dong," ujar Ana dengan nada tegas, lebih ke perintah.
Dengan hati dongkol setengah ikhlas, akhirnya Elya memberikan cake yang hendak ia makan.
"Makasih kak," ujar Ara.
"Hmm."
Kreek...
"Ayah!!!..." Teriak Ara.
"Halo putri Ayah yang cantik," ujar Bagas, langsung berjalan ke arah Ara dan langsung memeluk putri bungsunya.
"Ayah kenapa lama banget sih?" tanya Ara.
"Ayah minta maaf cantik, tadi Ayah nemuin temen Ayah dulu dikantin," jawab Bagas mengelus lembut kelapa Ara.
"Eh lagi makan apa nih? Enak kayaknya?" tanya Bagas.
"Iya dong, ini dibawain sama kak Fany tadi, Enak banget loh Yah," jawab Ara semangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
CERITA ALTEZZA
Teen FictionAltezza mencintai seorang gadis tapi ia tidak ingin berpacaran, tapi juga takut kehilangan. Terlebih ia harus menuruti keinginan keluarganya untuk meneruskan pendidikannya di pesantren. Hingga bertahun-tahun telah usai. Ia kembali dengan perasaan y...