12. Atan

2.3K 227 7
                                    


"Hidup lusuh amat, bisa disetrika gak sih? Di Molto juga biar wangi?"

-author-

Kemarin setelah menginap beberapa hari di rumah sakit, akhirnya Ara diperbolehkan pulang. Sekarang pukul 8 malam, semua keluarga Bagas sedang berkumpul di ruang tv atau keluarga.

"Elya kemarin ada yang datang kesini," celetuk Ana.

Elya mengerutkan alisnya, menatap bingung Bundanya itu.

"Dia kesini mau minta izin buat melamar kamu," ujar Ana.

Uhuk
Uhuk

Elya terkejut bukan main mendengar ucapan Ana. Ia gak ada dekat sama laki-laki, tapi kenapa tiba-tiba ada yang datang untuk ... melamar?

"Bunda bohong... Bunda pasti jodohin Elya kan? Kayak film-film," tuduh Elya.

"Mana ada Bunda jodohin kamu, tanya Ayah, tanya Bi Siti kalo kamu gak percaya," jawab Ana.

"Tapi siapa Bunda?" tanya Elya.

"Mungkin lusa atau kapan dia datang lagi ke sini mau ketemu kamu. Kemarin kamu jaga Ara waktu dia kesini," jawab Bagas.

"Dia baik kok, Bunda juga suka. Bunda yakin kamu pasti suka. Terima ya?" ujar Ana.

"Iya, anaknya baik, keluarga juga baik, nyesel kamu kalo gak terima," tambah Bagas.

"Bunda sama Ayah kenapa sih? Bukannya Bunda sama Ayah gak suka, kalo Elya deket sama laki-laki? Tapi ini. Elya dilamar loh? Kok Bunda sama Ayah gak marah? Gak pukul-pukul Elya?" tanya Elya berturut-turut, dan dia merasa agak aneh dengan kedua orang tuanya.

"Elya, Bunda harap kamu terima ya? Bunda gak mau sampai kamu jatuh ke tangan laki-laki yang salah." Bukannya menjawab pertanyaan Elya, Ana malah berujar demikian.

"Iya, Ayah juga berharap kamu terima, dia anak baik-baik," harap Bagas.

"Lusa dia kesini, setelah bertemu, mungkin dia memberikan waktu untuk kamu menentukan jawabannya," lanjut Bagas.

"Bunda sama Ayah kenapa sih?" tanya Elya bingung. Yang kemarin orang tua nya yang cuek, tiba-tiba jadi begini, yah bingung.

"Ayah sama Bunda punya alasan Elya. Kita suruh kamu terima semuanya bukan semata-mata supaya kamu nikah aja, dan pasti ini yang terbaik. Jadi nurut!" ujar Ana.

"Tapi... Elya masih sekolah Bun," cicit Elya.

"Ini ngelamar atau biasa disebut tunangan Elya bukan nikah. Lagian kamu tinggal hitungan minggu udah lulus," jelas Ana.

"Elya pikirkan lagi setelah lusa bertemu aja, kalau gini kan Elya belum tau siapa orang yang lamar Elya, jadi Elya masih bingung," ujar Bagas lembut.

Elya yang mendengar nada lembut itu dari ayahnya pun terkejut. Setelah beberapa tahun lamanya, akhirnya ayahnya berbicara lembut lagi kepadanya. Ini salah satu yang Elya rindukan juga dari ayahnya. Elya senang, senang sekali.

Bagas duduk mendekat pada Elya. "Elya sekarang istirahat sana," perintahnya dengan mengusap lembut rambut putri sulungnya.

Dengan masih keterkejutan dan ketidak percayaan, Elya mengangguk dan mulai melangkah menuju lantai atas.

Sesampainya di atas. "T-tadi Ayah? Gue tadi gak mimpi kan? Ayah? Ayah ngelus rambut gue? Ayah ngomong lembut sama gue? Ini nyata kan?"

Elya menampar pipinya sendiri. "Sakit, berarti ini nyata?" Elya melihat  fotonya bersama Bagas dan Ara. "Ini yang Elya pengen Ayah, ini yang Elya kangenin dari Ayah." ujarnya dengan air mata yang mulai mengalir tanpa izin.

Elya, si anak perempuan pertama yang merindukan sikap manis orang tuanya terutama sosok ayah dalam hidupnya.

Membuat Elya bahagia sungguh muda bagi mu Bagas.

•••••

"Lo buru-buru banget mau kemana sih?" tanya Citra.

Putra yang tergesa-gesa memasukan buku kedalam tas pun menoleh. "Mau kumpulan gue," jawabnya.

"Kumpulan apaan? Narapidana?" celetuk enteng Citra.

"Kumpulan Aderfia, goblok!!" jawab kesal Putra.

"Lah, kenapa kok kumpulan? Ada kriminal lagi? Ada yang ke begal?" tanya Citra.

"Bukan bege."

"Ohh mau rutinitas Mingguan? Kasih-kasih sedekah?" tebak Citra, yang malah membuat Putra geram.

"Bukan!!!! Tapi... Bang Atan balik," jawab Putra. Telinganya sudah pengung mendengar celotehan Citra.

"Hah? Anjir gue ikut dong pengen ketemu bang Atan. Btw bang Atan dari mana sih? Terus orang nya yang mana? Gue penasaran seriusan jarang orang yang tau loh, Lo tau gak?" Celoteh Citra.

"Goblok, gue anggotanya ya pasti tau bego, ketua sendiri juga. Lagian bukan cuman Lo yang gak tau, bahkan anggotanya aja masih banyak yang gak tau," jawab Putra.

"Tapi kok Lo bisa tau?"

"Iya, gue kan anggota inti di angkat gue. Jadi yang tau tuh palingan anggota inti Aderfia sendiri sama anggota inti per angkatan," jelas Putra.

"Ohhh, Lo ada fotonya bang Atan gak?" tanya Citra.

"Ya kagak lah anjir, ntar yang ada gue dikira belok lagi," jawab Putra.

"Yaudah deh gue ikut aja kalo gitu ya? plissss.... Pliss Putra," rayu Citra.

"Kagak kagak kagak, yang ada gue nanti yang kena disono. Mana sekarang ada bang Atan juga, asal Lo tau, gak sembarangan orang bisa masuk sono," tolak Putra.

"Put..."

"Kagak kagak. Elya, Fany temen Lo nih, serem anjir mukanya," teriak Putra dengan berlari ngacir keluar kelas.

"Lo kenapa sih, Cit?" tanya Fany khawatir, ya takut-takut sahabatnya ini kesambet.

"Gapapa." jawab Citra.

"Lah terus Putra tadi Lo apain sampe kayak gitu?" tanya Elya.

Seketika wajah Citra sumringah. "Lo tau kagak?"

Dengan polos Elya dan Fany menggeleng. "Enggak."

"Ishh. Lo tau gak? Bang Atan balik," ujar Citra dengan senyum diwajahnya.

"Wahhh, yang bener Lo?" tanya Fany.

"Ho'oh, kata Putra tadi," jawab Citra antusias.

"Duh pasti cakep ya bang Atan, keren, ganteng," ujar Fany, sedang menerawang wajah Atan.

"Bang Atan siapa sih? Lagian nih, Lo berdua kan belum pernah ketemu, liat foto aja kagak pernah, dan jarang kan orang yang tau bang Atan itu meski namanya udah terkenal. Jadi jangan ketinggian ekpektasi nanti, kalo misal orangnya tua, jelek, om-om gimana?" ujar Elya.

Seakan tertampar, senyum yang mengembang di bibir Citra dan Fany langsung hilang seketika setelah mendengar ucapan Elya barusan.

"Lo kagak mau temannya bahagia dikit napa?" kesal Citra.

"Ihhh bukan gak mau ya, cuman ngingetin aja sih. Ntar kalo gak sesuai ekspektasi kan makin sakit," jawab Elya santai.

"Sama aja. Ucapan Lo tuh jleb banget temennya sapi," ujar Fany.

"Ya Lo dong sapinya?"

"Elya!!!!!" Teriak Citra dan Fany bersama.

"Iya deh, iya...." jawab Elya pasrah.

Kemudian Elya hanya diam mendengarkan celotehan kedua temannya itu.


_______________________

Hai gimana part ini?

Udah lumayan aja ya part nya, padahal baru kemarin rasanya ngeyakinin diri buat publik cerita ini.

Semoga kalian suka yah.....

Jangan lupa Share juga dong bestieeee......

Yuk komennnnnn

Voteeee yahhhhhh

CERITA ALTEZZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang