08. Pesantren

1.9K 237 1
                                    


Hai...
Selamat baca....

Komen dong......

"Maaf, jika sekarang doaku tak lagi untuk memintamu, tetapi meminta yang terbaik untukmu.
Kurasa cukup sudah bertahun-tahun aku memintamu terkesan memaksa dalam doaku."


-Altezza Rafeyfa F.M.



Pukul 03.00 dini hari. Disebuah masjid, terlihat seorang santriwan telah selesai menunaikan salat malamnya. Kini dia tengah menyampaikan doanya.

Ya Allah, terima kasih atas segala nikmat-Mu. Ya Allah, jika dia bukan jodohku, jodohkan lah dia dengan orang yang lebih baik dari ku, yang bisa membuatnya bahagia, bahagiakan dan jagalah dia selalu, batin Altezza, diakhiri dengan kalimat aamiin di setiap doanya.

Santriwan tersebut adalah Altezza Rafeyfa yang dulu disuruh oleh keluarganya meneruskan pendidikannya di pesantren. Dengan semua pertimbangannya, akhirnya ia menyetujuinya.

Selesai dengan semuanya, dengan segera ia melipat sajadahnya.

"Assalamualaikum, Al," salam seorang ustadz yang menghampirinya.

"Waalaikumussalam Ustadz," jawab Altezza.

"Al, kamu saya calonkan untuk mewakili lomba dakwah di negara tetangga. Gimana minat? Soalnya saya liat kamu cocok," ujar Riski ustadz yang berbicara dengan Altezza, ia Ustadz muda disana.

"Saya pertimbangkan dulu, Ustadz," jawab Altezza.

"Iya silahkan, tapi saya harap kamu bersedia Al. Temui saya jika kamu sudah dapat jawabannya." harap Riski.

Altezza mengangguk."Insyaallah Ustadz. Ya sudah kalo gitu saya pamit dulu Ustadz, mau setor hafalan, assalamualaikum," pamitnya.

Sepulang sekolah, ada berapa jam untuk waktu free bagi santri-santri. Tak sedikit dari sebagai mereka menghabiskan waktu tersebut didalam kamar, untuk menghafal atau hanya sekedar rebahan.

Tetapi berbeda dengan salah satu santriwan ini, ia memilih berjalan menuju ruang Kyai, untuk bertemu dengan Ustadz Riski dan Kyai untuk membicarakan persoalan lomba dakwa. Karena seperti yang ia tau bahwa lomba itu sudah tak lama lagi.

Tok
Tok
Tok

"Assalamualaikum,"

"Waalaikumussalam, masuk Al. Ayo duduk."

"Jadi gimana Al keputusan kamu?" tanya Ustadz Riski.

"Iya Ustadz saya bersedia, tetapi gimana sama tanggung jawab saya yang ada disini?" tanya Altezza.

"Kamu gak usah khawatir untuk tanggung jawab sebagai ketua osis, buat lomba banyak anggota osis dan pengurus lain." jelas Kyai.

"Kamu fokus buat lomba aja 2 minggu lagi kamu akan berangkat," lanjutnya.

"Kamu disana cuma sepuluh hari, jangan terlalu khawatir. Untuk materi, jika sekarang kamu  free, kamu bisa rembukan dengan saya sekarang." tawar Ustadz Riski.

Altezza mengangguk. "Sekarang Al sedang free Ustadz."

"Assalamualaikum," salam seseorang dari luar.

"Waalaikumussalam." jawab mereka yang didalam.

"Mari Al," ajak Ustadz Riski.

"Lama tidak berjumpa," sapa seorang tamu tersebut, sebut aja dia Tono, teman Kyai.

"Silahkan duduk." Kyai membalas sapaan temannya tersebut.

Tono menatap Altezza yang bersamaan Ustadz Riski yang masih berada di ruangan itu tetapi berada disudut berbeda.

CERITA ALTEZZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang