"Jika tahajud ku tak bisa memilikimu, Dhuha ku tak bisa memelukmu, Doa ku tak bisa menyapamu.
Setidaknya itu membuatku semakin dekat dengan penciptaku."-Altezza Rafeyfa F.M.
Hari ini, hari pembagian rapot sisipan semester dua bagi kelas XII IPA 1, kelas dimana Elya dan teman-temannya berada.
"Oke semua sudah dapat rapotnya masing-masingkan? Sekarang silahkan boleh dilihat. Seperti yang kalian ketahui repot sisipan ini rapot murni tanpa tambahan nilai dari bapak atau ibu guru. Tapi yang nilainya kurang memuaskan jangan sedih kalian bisa perbaiki di rapot semesteran nanti. Eh, tapi semester besok kalian udah semester kelulusan ya? Oh Iya, minggu depan kalian udah try out, dan artinya kalian kurang lebih sekolah disini tinggal satu bulan setengah atau enam minggu." Kata Bu Eny panjang lebar.
"Buk, ini kok nilai matematika wajib saya 45?" tanya Putra memperlihatkan nilainya.
"Loh, ya kamu gimana kok bisa segitu? Jangan tanya saya dong ganteng," Jawab Bu Eny.
"Buk saya salting loh ini. Btw, Buk Eny juga cantik," ujar Putra malu-malu.
Bu Eny adalah guru yang umurnya masih sekitar 25 tahun, masih muda dan cantik.
"DIH!!!!!" Sorak riuh anak-anak kelas.
"Eh, bener loh ganteng kan. Kenapa pada dih semua?" tanya Bu Eny.
"Ganteng? Muka kayak gorengan gitu Buk," celetuk Citra.
"Heh!! Muka Lo yang kayak gorengan!" balas Putra.
"Kok gue? Lo lah, enek gue liat muka Lo dari SMP sampai sekarang SMA sekelas mulu gue sama Lo. Jangan-jangan Lo yang ngikutin gue ya?" tuduh Citra.
Nasib Citra selalu sekelas dengan Putra dari awal masuk SMP hingga sekarang SMA semester terakhir.
"Sudah-sudah sekarang damai. Yuk sekarang yang merasa mendapat perintah satu sampai tiga silahkan berdiri." Kata Bu Eny.
"Elya, Citra, Fany? Satu, dua, tiga?" tanya Bu Eny.
Mereka bertiga mengangguk. "Iya Buk."
"Nanti setelah istirahat kalian keruangan saya ya? Saya tunggu, ada yang mau saya bicarakan." Kata Bu Eny.
"Ya udah, kalo gitu saya pamit, kalian jangan ramai. Jangan lupa juga minta tanda tangan orang tua buat rapotnya." Pesan nya.
"BAIK BUK!!!"
Kring!!
Kring!!!"Gimana kalian terima gak tawaran Bu Eny?" tanya Citra.
Sesuai dengan ucapan Bu Eny tadi, saat ini mereka sedang berjalan di koridor seusai menemui Bu Eny.
"Gak tau, masih bingung gue," jawab Fany, mendapat anggukan dari Elya.
Khem, deheman seseorang dari belakang yang membuat ketiganya menoleh.
"Duh hoki banget ya Lo," ujar Nanda dari belakang mereka.
Mereka mengerutkan alisnya bertanda tak paham. "Maksud Lo?" tanya Fany.
"Maksud gue? Ya hidup kalian bertiga tuh hoki banget. Apalagi Lo Elya!" tekan Nanda.
"Kalian pake apa sih? Pelet?" Celetuk Alma- sahabat Nanda.
"Maksud kalian berdua apaan sih?" tanya heran Citra.
Alma memutur bola mata. "Kenapa pasti kalian sih yang selalu rangking? Kenapa harus kalian yang dipilih lomba olimpiade?" geram Alma.
KAMU SEDANG MEMBACA
CERITA ALTEZZA
Teen FictionAltezza mencintai seorang gadis tapi ia tidak ingin berpacaran, tapi juga takut kehilangan. Terlebih ia harus menuruti keinginan keluarganya untuk meneruskan pendidikannya di pesantren. Hingga bertahun-tahun telah usai. Ia kembali dengan perasaan y...