Sakit terdalam adalah yang tak terlihat oleh mata. Kesedihan yang terdalam adalah yang tak dapat terucap oleh kata.
___________________
"Ini udah selesai, Mah." Andra menyerahkan baskom yang berisikan sayuran yang telah ia potong-potong kepada istrinya, Nita.
"Sekalian dicuci in dong Papa," ujar Nita.
"Sekalian buat bumbunya juga, sekalian masakin sampai mateng," lanjutnya dengan tersenyum menatap suaminya itu.
"Banyak sekaliannya ya, istriku," dumel Andra tapi dengan patuh ia melakukan pekerjaan yang telah istrinya perintahkan.
Nita dan Andra sudah sering berbagi pekerjaan seperti sekarang. Mereka hanya memperkerjakan asisten rumah tangga saat hanya salah satu diantara mereka sibuk.
Nita dan Andra memiliki pemikiran yang sama. Menurut mereka hal-hal kecil seperti ini bisa menjaga keharmonisan dan kehangatan keluarga.
"Mah, Pah, maafin Elya. Elya kesiangan ya?" ujar Elya yang berdiri tak jauh dari mereka.
Nita dan Andra lantas menoleh mendengar suara menantunya itu. "Loh kenapa udah bangun sayang? Cari Al?" tanya Nita.
"Mmm, iya Mah," balas Elya merasa tak enak.
"Al nya lagi jogging, bentar lagi pulang mungkin," kata Nita.
"Ohh gitu. Mah ada yang mau Elya bantu gak?" Elya berjalan mendekati Nita yang menata meja makan, dan menoleh ke aras Andra. "Pah, Elya gantiin sini," ujarnya.
"Tinggal tumis aja selesai ini, mending kamu susulin Al aja sana, takutnya lupa jalan pulang," gurau Andra kepada menantunya itu seraya terkekeh.
"Papa udah biasa bantu-bantu Mama gini, dari dulu awal nikah. Kadang Papa sendirian yang masak, yah lumayan lah, Mama ada yang bantu," ujar Nita.
"Ya kan Papa suami idaman. Pinter masak, cari duit, bersihin rumah, kurang apalagi coba?" celetuk Andra membayangkan dirinya sendiri.
"Kurang peka kadang," balas Nita.
"Mana ada, Papa peka ya. Nih contohnya, kemarin Mama marah sama Papa, Mama gak mau ketemu Papa. Karena Papa peka, Papa belain nginep dikantor, karena Papa tau Mama gak mau ketemu, karena Mama marah sama Papa," ujar Andra.
"Iya deh, yang paling idaman. Padahal mau pulang takut 'kan," balas Nita malas.
Andra tertawa melihat wajah malas istrinya, dan diikuti Elya karena merasa lucu dengan perdebatan kedua mertuanya itu.
•••••
"Habis ini kalian langsung pulang?" tanya Fitri.
"Iya Nek, kak Al nya udah mulai sibuk," jawab Elya.
Seusai sarapan tadi, para perempuan berkumpul berbincang ria diruang keluarga dan diselingi menonton televisi. Sedangkan para lelaki diajak oleh Ahmad untuk keruang kerja Andra, ya paling-paling membahas pekerjaan.
"Al sibuk banget? Al ada waktu gak buat kamu?" tanya Nita menatap menantunya itu.
"Kak Al udah semester lima, jadi ya mungkin lumayan sibuk Mah," jelas Elya.
Setelah itu semuanya diam, hingga suara Andra terdengar. "Ayo Bu, katanya mau dianter ke rumah temen e," ajak Andra kepada Fitri.
"Oh iya, ayo. Nenek pergi dulu." Fitri bangkit dari duduknya.
Nita menoleh pada menantunya. "Kamu mau ikut gak? Habis antar Nenek, Mama sama Papa mau belanja sebentar," ujarnya.
Elya menggeleng. "Elya di rumah aja Mah."
KAMU SEDANG MEMBACA
CERITA ALTEZZA
Teen FictionAltezza mencintai seorang gadis tapi ia tidak ingin berpacaran, tapi juga takut kehilangan. Terlebih ia harus menuruti keinginan keluarganya untuk meneruskan pendidikannya di pesantren. Hingga bertahun-tahun telah usai. Ia kembali dengan perasaan y...