"Jika kamu mencintai seseorang terlalu dalam, maka rasa sakitmu pun akan setara dengan rasa cintamu itu."
-------------------------------------------
Sehari setelah kejadian kemarin, Altezza memutuskan untuk pulang. Ia ingat sekarang ia tidak sendiri lagi, ia memiliki tanggung jawab, yaitu Elya, istrinya.
Kini Altezza telah sampai dirumahnya tak lupa sebelum itu ia menjemput Elya dikediaman orang tuanya.
"Lah, mau kemana lagi? Kan baru sampai," tanya Elya saat melihat Altezza keluar kamar dengan pakaian rapi, dan jas hitam yang tersampir dipundaknya.
Altezza menoleh kepada Elya. "Mau ke kantor bentar aja, boleh kan?" tanyanya. "Ntar pulang mau dibawain apa?"
"Beneran ke kantor kan?" tanya Elya memastikan, dan Altezza mengangguk mengiyakan.
"Emm, terserah, mau apa aja kok," jawab Elya.
"Yaudah nanti dibeliin. Apa aja kan ya?" tanya Altezza mengelus kepala Elya. "Berangkat dulu ya?"
"Ehh kak," panggil Elya.
"Kenapa?" Altezza mengangkat alisnya.
Elya menggelengkan kepalanya. "Enggak jadi deh."
"Kenapa gak jadi? Ada yang mau dibicarain?" tanya Altezza yang melihat Elya seperti ingin membicarakan sesuatu.
"Emm... Elya boleh ketemu sama Citra sama Fany gak? Di cafe baru itu," cicit Elya. "Tapi kalo gak boleh juga gak papa sih," lanjutnya dengan cemberut.
Altezza tersenyum melihat itu, istrinya ini sangat menggemaskan. "Boleh, tapi kamu harus ingat waktu, jaga diri baik-baik, hati-hati, kalo ada apa-apa cepet telfon aku, dan."
Altezza menjeda ucapannya, ia mengeluarkan kartu ATM dari sakunya dan menyerahkan itu kepada Elya. "Ini buat jajan kamu, pin-nya tanggal lahir kamu," ujarnya.
Mata Elya berbinar melihat apa yang ada ditangannya. "Ini?"
"Ini kartu yang aku buat khusus kamu. Dipake ya? Assalamualaikum," ujar Altezza dan langsung melangkah pergi.
Kini Elya dan kedua sahabatnya itu sudah duduk dengan pesanan masing-masing dan sesekali mereka bercanda.
"Gimana-gimana? Lo udah ada rasa belum, Elya?" tanya Citra.
"Rasa apa? Nih rasa coklat?" Elya mengangkat mangkuk es krimnya.
"Lo tau kali rasa apa yang dimaksud Citra," balas Fany. "Jadi gimana? Masa sih Lo gak luluh sama kak Al? Kak Al tuh perfect banget."
"Bisa ganti gak yang dibahas? Kasian kegigit nanti lidah dia," ujar Elya menikmati es krimnya.
"Eh iya, Lo pada tau gak?"
"Enggak," jawab Elya dan Fany serempak.
"Ck, itu loh tetangga Lo yang meninggal, teman kita SMP sama SMA," ujar Citra pada Elya.
Elya berfikir sejenak. "Della yang Lo maksud?"
"Nahhh ituuu! Minggu kemarin rame digrup alumni," ujar Citra.
"Rame kenapa?"
"Ternyata dia bukan meninggalkan karena bunuh diri, tapi... Karena dibunuh, juga katanya hamidun itu bener," ujar Citra pelan.
Uhuk
Uhuk
Uhuk"Ehh kalian jangan terlalu lebay gitu dong, elahh." Citra bingung melihat kedua sahabatnya yang terbatuk dan segera menyodorkan minum.
KAMU SEDANG MEMBACA
CERITA ALTEZZA
Teen FictionAltezza mencintai seorang gadis tapi ia tidak ingin berpacaran, tapi juga takut kehilangan. Terlebih ia harus menuruti keinginan keluarganya untuk meneruskan pendidikannya di pesantren. Hingga bertahun-tahun telah usai. Ia kembali dengan perasaan y...