Bab 15 Belanja bersama

36.7K 2.7K 10
                                    

Inka mencatat semua keperluan rumah. Sudah seminggu Inka dan Sadam tinggal dirumah cukup besar ini.

Rumah ini berlantai dua dan sangat nyaman dan memang di design untuk keluarga. Inka juga bisa melihat aktivitas warga sekita dari rumah ini.

Sadam sudah berusaha mendapatkan asisten rumah tangga namun lelaki itu belum juga dapat seperti yang dia inginkan. Sementara waktu pekerjaan rumah mereka handle berdua. Sadam seringkali membantu Inka untuk mencuci dan menjemur pakaian. Inka merasa tak enak pada suaminya itu.

"Ayo, katanya mau belanja," ujar Sadam. Lelaki itu sudah rapi dengan pakaian santainya.

"Kamu gak ngantor?" tanya Inka. Pasalnya hari ini adalah hari selasa. Hari produktif kerja.

Seminggu ini Sadam nampak hectic,ada masalah di perusahaan sehingga tak jarang lelaki itu lembur.  Inka tak bisa berbuat banyak, Ia hanya bisa menyemangati Sadam dan mendengarkan cerita lelaki itu.

"Masalah udah selesai kok yangg, semua penghianat di pabrik udah saya  pecat," jelas Sadam.

Inka tersenyum mengelus punggung  suaminya. "Aku belanjanya lama loh, nanti kamu bosen," jelas Inka.

Sadam menggeleng. Seminggu ini Ia sudah kehilangan quality time-nya dengan Inka. "Gak apa saya temenin" jelas  Sadam.

Inka hanya mengangguk lalu mengamit lengan Sadam. Lelaki itu tersenyum menyadari bahwa Inka sudah semakin nyaman bersamanya. "Tuan, kita belanja dimana?" tanya Pak Tejo pada Sadam.

Sadam memang menggunakan jasa supir sekarang untuk dirinya dan juga Inka. "Ke GI aja pak," pinta Inka.

Ia hanya membeli kebutuhan sayur dan buah sedangkan yang lainnya bisa Ia beli dari toko miliknya. Inka tetap menjalankan bisnis ruko miliknya.

"Saya tak suka sayuran itu," ujar Sadam saat Inka memasukan kangkung.

"Tapi aku suka," ujar Inka.

Sadam mengangguk, wajah Sadam nampak sangat tak suka dengan sayuran itu. Padahal kangkung adalah makanan favorit Inka.

"Saya suka yang ini," Sadam mengambil buah apel yang cukup banyak.

Lelaki itu memilih beberapa snack dan makanan sehat untuk dirinya dan Inka.

"Susu kamu masih?" tanya Sadam sembari membaca kandungan  apa yang terdapat pada susu hamil tersebut.

"Masih," jelas Inka.

Sadam tetap memasukan susu tersebut ke trolley. Ia bahkan memilih banyak varian rasa. "Kok banyak, rasa coklat saja," protes Inka.

"Putri saya pasti bosen hampir 5 bulan minum cokelat saja," jelas Sadam.

Perdebatan mereka menjadi perhatian SPG gerai susu itu. "Benar bu kata bapaknya, adiknya pasti bosen kalau minum susu rasa itu-itu aja," Inka memutar bola matanya malas melihat senyum kemenangan Sadam karena merasa mendapat dukungan.

Inka berjalan lebih dulu, Ia berencana membelikan Sadam sebuah kemeja. Lelaki itu memiliki stok pakaian yang sangat sedikit.

Sedangkan Sadam sibuk menatap pergerakan istrinya. Hari ini Inka memakai dress panjang berwarna hitam dengan dibalut sebuah jaket. Istrinya sangat cantik, pipinya memerah karena kepanasan setelah mondar -mandir kesana -kemari.

 Istrinya sangat cantik, pipinya memerah karena kepanasan setelah mondar -mandir kesana -kemari

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sudah semua?" tanya Sadam mendatangi Inka.

Wanita itu nampak berpikir dan mengecek catatan miliknya. "Sudah semua,"

"Kak Sadam," panggil Isabel membuat Inka dan Sadam menoleh. Sepupunya berjalan mendekati mereka berdua.

"Loh kak Sadam gak ngantor?" tanya Isabel.

"Enggak," jawab Sadam datar. Ia memang selalu seperti itu pada orang lain. Sok cool padahal aslinya jahil parah. Inka sebagai korban kejahilan hanya bisa usap-usap dada.

"Hai kak Inka, sudah berapa bulan?" tanya Isabel. Ia memang sudah tahu bahwa istri kakak sepupunya sudah hamil dari mamanya namun Ia tak tahu bahwa kandungan Inka sudah sebesar itu.

"5 bulan Isa," jelas Inka tersenyum. Rasanya aneh tersenyum akrab dengan istri dari mantan pacarmu.

Isabel menatap Sadam yang pinggang Inka erat seakan takut kehilangan. Kapan Ia mendapatkan itu dari Arthur.

Akhir -akhir ini lelaki itu sangat aneh dan selalu menyibukan diri dengan pekerjaannya bahkan disaat weekend pun Arthur tetap sibuk.

Isabel menjadi iri  bahkan dihari produktif kerjapun Sadam rela mengantarkan Inka ke supermarket.

"Sehat -sehat ya kak," ujar Isabel membuat Inka tersenyum mengangguk.

Isabel telah pergi lebih dulu karena Ia mendapatkan telpon dari Siska ibunya.

Disinilah Inka bersama Sadam. Entah apa yang sedang dipikirkan Sadam hingga lelaki itu membawanya menonton, film yang dipilih pun film komedi romantis yang bukan Sadam banget.

Inka tersenyum geli melihat wajah tertekan Sadam. Inka tentu saja menikmati wajah Sadam daripada film yang mereka tonton. "Kamu gak suka film-nya?" tanya Inka berbisik.

"Suka," jawab Sadam singkat berbanding terbalik dengan ekpresi wajahnya.

"Kita keluar yuk, aku pengen kencing" Inka mengamit tangan Sadam untuk keluar dari bioskop. Ia memang kebelet sejak tadi. Semakin membesar kehamilannya membuat Inka menjadi lebih sering kencing.

"Loh kamu kok nunggu disini?" tanya Inka. Sadam berdiri tegap didepan toilet wanita. Pantas saja beberapa orang menatap aneh. "Saya nungguin kamu," jelas Sadam datar.

Inka sebenarnya ingin bertanya mengapa Sadam nampak aneh, Ia yakin ada sesuatu yang terjadi. "Kamu  tampak aneh," ujar Inka.

Sadam masih memasang wajah datarnya. "Saya hanya ingin menjadi lebih romantis," jelas Sadam gamblang membuat Inka mau tak mau tersenyum.

"Makasih"

"untuk?" tanya Sadam menaikan alisnya

" Usahamu".

Fated to LovedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang