Bab 26 Penjelasan

33.6K 2.4K 13
                                    

Sadam mendekat pada Inka, lelaki itu hendak memegang tangan Inka namun Inka menepinya. "Don't touch me!" tekan Inka.

"Dengerin penjelasan saya" Sadam memohon pada Inka.

Gagita datang langsung bergelendot dilengan Sadam, dengan cepat lelaki itu melepaskan pegangan Gagita. "Lepasin saya," Sadam langsung membawa Inka menjauhi Gagita.

Toh nanti Gita akan lupa pikir Sadam. Ia membawa Inka duduk di kantin rumah sakit. "Gagita sakit," ujar Sadam.

Inka hanya mengangguk, sebenarnya Ia ingin menangis sekarang namun baginya pantang menangis dihadapan lawan. "Lalu?" hanya itu yang bisa keluar dari bibir Inka.

"Saya hanya menolongnya sampai dia mendapatkan treatment. Saya janji tak akan lama," ujar Sadam.

Inka hanya mengangguk, Sadam merasa bahwa istrinya tak mempercai ucapannya. Sadam langsung menelpon nomor ponsel Ardan ayah Gagita untuk menjelaskan kondisi wanita itu.

Sadam menatap wajah cantik istrinya yang tak menampakan ekspresi apapun. Wajah yang biasanya ekpresif kehilangan warnanya.

Tak selang berapa menit Ardan datang, lelaki paruh baya itu segera bergabung dengan pasangan suami istri itu.

"Nyonya Sadam,  kenalkan saya Ardan, Ayah dari Gagita," ujar Ardan memperkenalkan diri.

Inka mengulurkan tangannya. "Inka,"

"Maafkan saya, saya seharusnya minta maaf karena ulah permintaan saya membuat hubungan kalian merenggang. Inka saya mohon ini tidak akan lama sampai Gita mau kembali ke Amerika dan menjalani pengobatan. Saya pastikan tak akan lebih dari sebulan," ujar Ardan panjang lebar.

Inka tak tega pada lelaki paruh baya didepannya ini. Ardan nampak sangat menyayangi putrinya. Inka bertanya tanya bagaimana rasanya disayang oleh ayah? dilindungi seperti Ardan melakukannya untuk Gagita?

Inka mengelus perutnya. Ia tak berharap banyak pada Sadam ataupun Arthur. Sejak awal Ia memang tak mau lagi menggantungkan hidupnya pada Sadam meski lelaki itu sudah menjadi suaminya. Hatinya sudah terlalu sering sakit hingga membuat Inka mati rasa.

"Saya mengerti," ujar Inka tersenyum. Ia kemudian pamit undur diri membuat Sadam langsung mengejar wanita itu.

"Inka kamu masih marah?" tanya Sadam.

"Tidak," Inka berjalan mengabaikan Sadam dibelakangnya. Inka memasuki mobil dan Sadam langsung ikut masuk.

"Kamu masih marah" ujar Sadam membuat Inka menoleh.

"Tidak,"

Sadam tak puas. "Inka kalau kamu gak setuju saya  bisa jelasin ke om Ardan, tapi saya mohon jangan kayak gini," pinta Sadam memohon pada Inka.

Tejo yang sedang mengendarai mobil hanya bisa diam dan merasakan suasana mencengkram disana. "Lakukan apa yang ingin kamu lakukan. Itu bukan urusanku" ujar Inka.

Pegangan Sadam langsung mengendur pada Inka. Ucapan Inka membuatnya terdiam. Sadam terkekeh pelan. Apa yang kau harapkan dude? Kau dengar! Inka tak perduli. Dia tak perduli denganmu!

Suasana mobil makin kelabu. Inka sibuk dengan pikirannya sedangkan Sadam pun sama.

Inka masuk kedalam kamar, Ia memutuskan mandi sedangkan Sadam masih terdiam. Perkataan tajam berputar dipikirannya.

Suara pesan masuk kedalam ponsel Inka yang berada di nakas. Sadam mengambil ponsel itu. Nama Arthur tertera, seketika banyak pertanyaan muncul.

Seingatnya kontak Arthur diblok oleh Inka, apa mereka sudah berbaikan? tapi kapan?

Fated to LovedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang